Hari ini adalah hari pertama bagi Gadis bersekolah di SMA Sanjaya. Rasanya seperti mimpi, Gadis benar-benar tidak menyangka. Gadis adalah anak yang pintar jadi ia bisa bersekolah disini melalui beasiswa. Papa Angga sangat baik, ia mau mengurus surat perpindahannya. Ibu dan Ayah Gadis juga sangat senang mendengar Gadis bersekolah di sekolah yang bagus dan juga merasa lega bahwa Gadis berada di keluarga yang sangat baik padanya."Sebenernya gue masuk kemarin hari Senin, tapi karna gue mau masuknya sama lo jadinya gue undur." Anggi memulai pembicaraan.
"Aku gugup banget, Anggi." Gadis tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.
Anggi menggenggam tangan Gadis dan tersenyum. "Kan ada gue, lo jangan gugup atau takut. Oke?"
Gadis mengangguk dan membalas senyuman Anggi. Angga yang sedang fokus menyetir hanya menyimak saja pembicaraan kedua cewek di belakangnya. Angga menampakkan wajah kesal, ia seperti supir saja.
Mobil Angga berhenti dan sang pemilik keluar diikuti oleh Gadis dan Anggi. Kemudian mereka berjalan meninggalkan parkir.
"Eh Anggi?" Gilang kaget ketika melihat Anggi.
"Kenapa?" Anggi menghentikan jalannya ketika melihat Gilang dan Kevin. Gadis dan Angga juga berhenti dan berdiri berdampingan di belakang Anggi.
"Kok lo bisa disini?" Kevin melihat seragam Anggi, "lo sekolah disini?"
Anggi mengangguk. "Ya gue sekolah disini," ucap Anggi sambil tersenyum. Tapi senyuman Anggi tak berlangsung lama karena cowok yang tak bisa ia lupakan sekarang berada di belakang Gilang dan Kevin. Gilang dan Kevin merasa aneh dengan tatapan Anggi dan mereka melihat ke belakang, Raka. Pantas saja. Kemudian Gilang dan Kevin menyingkir membiarkan Anggi dan Raka saling berhadapan.
Anggi menatap Raka dengan sorot kerinduan, sedangkan Raka menatap Anggi dengan datar. Anggi memutuskan aksi tatap-tatapan mereka."Gue ke kelas dulu," ucap Anggi sambil menarik tangan Gadis. Tapi Angga juga menarik tangan Gadis yang lain. Anggi dan Gadis menatap Angga heran.
"Kakak ngapain sih?" tanya Anggi kesal.
Angga menatap Anggi kemudian menatap Gadis. "Gue mau ngomong sama lo."
"Ngomong apaan, den?" tanya Gadis penasaran.
"Ck lo gak perlu panggil gue den aden den den di sekolah. Di rumah aja panggil gue begitu."
"Emang kakak mau ngomong apaan sama Gadis?" tanya Anggi masih memegang tangan Gadis.
"Kepo amat lo." Angga menarik tangan Gadis lagi, tapi Anggi tak mau melepaskan tangannya dari tangan Gadis. Terjadi aksi saling tarik menarik antara dua saudara kembar dengan Gadis sebagai korban. Tapi percuma, tenaga Anggi kalah dengan tenaga Angga. Angga menarik Gadis dengan sangat kuat hingga Gadis menabrak dada bidang milik Angga. Gadis langsung menjauh dari Angga tanpa ada acara tatap menatap seperti di novel atau drama.
Angga berdehem dan langsung menggenggam tangan Gadis. "Gue pergi bentar aja. Lo sama mereka aja dulu," ucap Angga kepada Anggi lalu pergi. Anggi menatap Angga kesal. Selalu begitu, seenaknya sendiri. Dasar Angga.
"Udahlah, sama kita aja dulu," ucap Gilang.
"Hooh lo gak kangen apa sama kita?" tanya Kevin menggoda sambil menunjuk Raka melalui tatapan mata. Anggi memutar bola matanya.
"Kantin," ucap Raka singkat kemudian pergi. Gilang dan Kevin menarik Anggi untuk ikut bersama mereka ke kantin.
Masih tinggal 20 menit untuk mereka masuk kelas. Mereka masuk kelas jam setengah delapan. Sekolah memang memberikan waktu 30 menit sebelum jam masuk kelas untuk sarapan. Mereka masuk sekolah jam 7 dan jika ada yang terlambat tidak diberi keringanan sedikit pun dan langsung disuruh pulang. Sekolah itu memang memilki kedisiplinan sangat tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNG PERJODOHAN (END)
FantasiHidup Gadis Ayu Marshanda atau akrab dipanggil Gadis baik-baik saja sebelum mendengar bahwa Ayahnya ingin menjodohkannya dengan kepala desa. Gadis tentu saja menolak perjodohan itu dan pergi bekerja ke Jakarta melalui seseorang yang datang ke desany...