KMB | 01 : Malam Yang Merubah Segalanya

13.3K 979 82
                                    

Suara hujan yang terus menghantam kaca mobil Axel hanya menambah kebisingan di dalam kepalanya. Jalanan gelap di depannya tampak sepi, hanya diterangi oleh lampu-lampu jalan yang sesekali berkelip. Tangannya memegang setir erat-erat, dan pikirannya berkecamuk antara rasa bosan dan kesepian yang tak pernah benar-benar hilang.

Dia baru saja pulang dari kerja lembur, sesuatu yang belakangan menjadi rutinitas. Meninggalkan apartemen kecilnya yang kosong terasa lebih mudah daripada menghadapi keheningan. Di balik wajah tegar dan senyum kecil yang selalu dia tunjukkan pada rekan kerjanya, ada kekosongan yang tak bisa diabaikan. Sebuah ruang yang pernah diisi oleh kebersamaan dan tawa, terutama oleh satu orang: Liam.

Satu nama yang terus menghantui pikirannya. Axel mencoba mengenyahkannya, mencoba melupakannya seperti membuang kenangan lama, tetapi kenangan itu selalu kembali—seperti arus yang tak henti-henti menariknya kembali ke masa lalu.

Namun malam ini, bukan kenangan yang datang menghantuinya. Ada sesuatu yang lebih nyata.

Saat Axel mengambil belokan terakhir menuju apartemennya, tiba-tiba ada sosok gelap yang berlari keluar dari bayangan, muncul begitu cepat dari trotoar. Axel terkejut, kakinya menginjak rem dengan keras, dan detik itu juga, mobilnya bergetar hebat saat tubuh seseorang menghantam kap mobilnya. Dunia Axel terasa berhenti sejenak.

Pikiran pertama Axel adalah ketakutan—ketakutan yang melumpuhkan.

“Tidak… tidak mungkin…” Axel terengah-engah, tangannya gemetar memegang setir. Dia menatap tak percaya ke depan, melihat sosok yang tergeletak di atas aspal, terhuyung sebentar sebelum jatuh tak bergerak.

Keringat dingin mulai merembes di pelipisnya, bercampur dengan ketegangan yang merayap di sepanjang punggungnya. Hujan yang terus mengguyur seolah memperparah kekacauan di dalam dirinya. Haruskah dia melapor polisi? Apa yang harus dia lakukan? Pertanyaan itu berputar-putar dalam pikirannya, tetapi tak satu pun jawaban datang.

Dengan susah payah, Axel membuka pintu mobilnya dan berlari keluar. Hujan menghantam wajahnya, dingin dan kasar, tetapi dia tak peduli. Dia berjongkok di samping tubuh yang terbaring di atas jalan, berusaha mencari tanda-tanda kehidupan.

"Hei! Bangun! Kau baik-baik saja?" Axel mencoba membangunkan pria itu, tetapi tubuhnya tetap diam. Axel mengulurkan tangannya, meraba denyut nadi di leher pria itu. Ada denyut yang lemah, tetapi pria itu tak sadar.

Seketika, rasa lega mengalir di tubuh Axel, meskipun hanya sejenak.

“Aku harus memanggil ambulans,” gumamnya, mengambil ponselnya dengan tangan yang masih gemetar. Namun, sebelum dia bisa menekan angka darurat, suara samar muncul di belakangnya.

"Tidak usah," suara serak itu terdengar pelan namun jelas di tengah hujan. Axel menoleh dengan cepat.

Pria yang dia tabrak sekarang setengah duduk, meskipun dengan wajah yang masih pucat. Namun, ekspresi di wajahnya—mata yang tajam, bibirnya yang tersungging licik—membuat Axel merasakan sesuatu yang tidak beres. Pria itu tak tampak seperti korban kecelakaan biasa.

"Sebaiknya kau lari," ucap pria itu dengan nada yang anehnya terdengar seperti peringatan, bukan ancaman. "Mereka akan mencarimu."

Axel mundur selangkah, matanya melebar. "Apa maksudmu? Siapa yang akan mencariku?"

Pria itu tertawa kecil, batuk sejenak, lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya—sebuah benda kecil yang tampak seperti telepon seluler, tetapi rusak dan pecah. "Kau tak seharusnya ada di sini, Rodman."

Axel membeku. Bagaimana pria ini tahu namanya? Hujan terus menghujam tubuh mereka, tetapi Axel hampir tak bisa merasakan dinginnya lagi. Yang ada hanya rasa takut yang semakin besar. Ini bukan sekadar kecelakaan. Ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

"Sial!" Axel berlari kembali ke mobilnya, menutup pintu dengan keras. Tangannya gemetar saat dia menghidupkan mesin. Napasnya tersengal-sengal, dan pikirannya terus berputar. Dia harus pergi dari sini. Dia harus lari secepat mungkin sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

Tanpa menoleh lagi, Axel menekan gas dan melaju kencang di jalan yang licin, meninggalkan pria itu tergeletak di belakangnya, bersama dengan firasat buruk yang mulai menghantui pikirannya.

Malam itu, Axel tidak tahu bahwa hidupnya akan berubah selamanya. Apa yang dia pikir sebagai kecelakaan biasa hanyalah permulaan dari teror yang akan datang.

---

.
.
.

To be continued....

Selamat datang di versi terbaru Kiss Me, Bastrad!
Karena aku merasa alur sebelumnya berantakan jadi aku rombak total dengan alur yang sudah aku rapikan dan aku ubah!

Thanks (๑˃̵ ᴗ ˂̵)و

published on 7/4/21
revisi on 3/4/22

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang