KMB | 29 : Pertarungan Diambang Kematian

3.1K 224 3
                                    

Pintu bergetar ketika Liam berdiri di depan Axel, siap menghadapi pria besar yang menghalangi mereka. Pria itu mengenakan pakaian hitam yang ketat, menunjukkan tubuh kekar dan otot-ototnya yang menonjol. Senyumnya yang lebar memperlihatkan niat jahat yang mendalam.

"Berguna sekali kalian datang ke sini. Semua orang yang berani mengganggu Iron Fist akan membayar harga yang mahal," pria itu mengancam, mengulurkan tangannya untuk menahan Liam.

"Liam, hati-hati!" Axel berteriak, tidak bisa berbuat banyak selain berharap sahabatnya bisa mengatasi situasi berbahaya ini.

Tanpa memperdulikan peringatan Axel, Liam melancarkan serangan pertamanya. la bergerak cepat, menendang lutut pria itu, membuatnya terhuyung. Namun, pria itu hanya tersenyum, seolah serangan Liam tidak mempengaruhi kekuatannya sama sekali.

"Bodoh! Kalian tidak tahu siapa yang kalian hadapi!" dia menggeram, mengangkat tangan untuk menyerang balik.

Axel merasakan ketegangan memuncak saat Liam terdesak. Dia tahu jika mereka tidak menemukan cara untuk keluar dari situasi ini, semuanya bisa berakhir buruk. "Liam, kita harus pergi! Kita tidak bisa menang!"

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!" Liam menjawab, berjuang melawan pria itu.. Dengan cepat, Liam mengalihkan perhatian pria itu, memberikan Axel kesempatan untuk mencari jalan keluar.

Axel berusaha mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata. Di sudut ruangan, ia melihat sebuah pipa besi tergeletak. la mengambil pipa itu dan kembali ke Liam, yang tengah berjuang melawan pria besar tersebut.

"Liam!" Axel berteriak, mengangkat pipa besi itu dengan kedua tangannya. "Kau tidak sendirian!"

Liam, melihat Axel dengan pipa di tangan, segera memberi sinyal untuk menyerang bersama. Axel mengayunkan pipa ke arah pria itu, tetapi dengan gesit, pria itu menangkis serangan tersebut dan melawan balik.

Pipanya mengenai tubuh pria itu, tetapi serangan itu tidak menghentikannya. Dia. mengeluarkan geraman marah, berbalik dan menyerang Axel. "Kau pikir bisa menghentikanku dengan itu? Kalian berdua sudah selesai!"

Axel berusaha menghindar, namun dalam sekejap, pria itu sudah berada di depannya, menggenggam lehernya dan mengangkatnya dari tanah. "Kau akan membayar untuk semua ini!" dia mengancam, tatapan matanya penuh kebencian.

Liam melompat, menendang pria itu dari belakang. Axel jatuh ke tanah, terengah-engah. "Axel, bangun!" Liam berteriak, berusaha menarik perhatian pria itu kembali.

"Jika kau ingin sahabatmu selamat, lepaskan aku dari ini!" Liam mendesak, bersiap untuk menyerang lagi. Pria itu terkekeh, "Kau pikir bisa menghentikanku? Kalian tidak tahu siapa aku!"

Dengan sekuat tenaga, Liam menyerang pria itu sekali lagi, tetapi kali ini pria itu menyambutnya dengan pukulan yang telak. Liam terjatuh, merasakan nyeri di seluruh tubuhnya. "Kau tidak akan bisa menang," pria itu mengejek, mengalihkan fokusnya kembali ke Axel.

Axel, yang sudah berjuang untuk bangkit, merasa kemarahan mengalir dalam dirinya. Dia tidak bisa membiarkan sahabatnya terluka lebih jauh. Dalam keadaan terdesak, dia menemukan kekuatan yang tidak pernah dia sadari sebelumnya.

Dengan sisa-sisa tenaga, Axel berlari menuju pria itu, bersiap untuk menyerang dengan pipa besi. "Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Liam!" teriaknya, mengayunkan pipa dengan kekuatan penuh.

Pipa itu mengenai punggung pria itu, membuatnya terhuyung ke depan. Dalam kekacauan, Liam bangkit kembali dan mengambil kesempatan itu untuk melancarkan serangan balasan. "Sekarang!" dia berteriak, berusaha menggerakkan Axel untuk bersatu melawan musuh mereka.

Mereka berdua mengoordinasikan serangan, Axel dengan pipa dan Liam dengan tinjunya. Mereka terus menyerang tanpa henti, berusaha mengejutkan pria itu dengan gerakan cepat. Akhirnya, serangan mereka membuahkan hasil; pria itu terjatuh ke tanah, tampak lelah dan kehabisan tenaga.

"Sekarang kita harus pergi!" Liam berteriak, mengambil tangan Axel dan menariknya ke arah pintu. Mereka berlari menjauh dari tempat itu, menghindari kerumunan dan kembali ke jalanan yang gelap.

Ketika mereka tiba di luar gedung, Axel merasa lega bisa bebas dari ancaman itu, tetapi ketegangan di dalam dirinya masih ada. "Apakah kita aman sekarang?" tanyanya, berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar.

"Belum, kita masih perlu mencari tempat aman untuk bersembunyi dan merencanakan langkah berikutnya," Liam menjawab, wajahnya serius.

Mereka terus berjalan, menghindari setiap bayangan yang bergerak. Saat mereka berjalan di tengah malam, Axel teringat tentang informasi yang mereka ambil. "Liam, kita punya flashdisk itu. Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Kita perlu membuka informasi itu dan mencari tahu apa yang sedang mereka rencanakan," jawab Liam, menatap Axel dengan ketegangan di matanya. "Tapi kita harus berhati-hati. Iron Fist tidak akan tinggal diam."

Setelah beberapa saat berjalan, mereka menemukan sebuah kafe kecil yang tampak sepi. "Mari kita masuk dan memeriksa flashdisk itu," Liam berkata, berusaha mengalihkan fokus dari bahaya yang baru saja mereka hadapi.

Mereka masuk ke dalam kafe dan menemukan meja di sudut yang cukup terlindung. Axel mengeluarkan flashdisk dari sakunya dan menyerahkannya kepada Liam. "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanyanya, menunggu Liam membuka informasi di dalamnya.

Liam memasukkan flashdisk ke dalam laptop yang ada di meja dan mulai mencari data. Ketegangan meningkat saat mereka menunggu informasi yang mereka butuhkan. Ketika layar laptop menyala, Liam melihat sebuah folder berjudul "Rencana Iron Fist."

"Ini dia," Liam berbisik, membuka folder itu. "Kita harus tahu apa yang sedang mereka rencanakan dan bagaimana cara menghentikannya."

Axel menatap layar dengan penuh perhatian, berusaha menahan napas. Dia tahu bahwa informasi ini bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan mereka dan menghentikan ancaman Blackout sekali dan untuk selamanya.

Namun, saat mereka meneliti informasi tersebut, mereka tidak menyadari bahwa bahaya lain sedang mengintai di luar kafe.

---

❤️🔪🌪️

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang