KMB | 23 : Pertarungan Diujung Malam

3.4K 249 21
                                    

Ketika mobil Blackout melaju menyusuri jalanan gelap, suasana di dalamnya terasa tegang. Axel duduk di samping Liam, yang memegang kemudi dengan wajah penuh konsentrasi. Sementara anggota lainnya bersiap dengan senjata di tangan, suasana hening dan menegangkan menyelimuti mereka. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, menambah ketegangan yang menggantung di udara.

"Marcus, kita harus tahu persis di mana posisi mereka," Liam berkata, memecah keheningan.

"Informasi terakhir yang kita dapatkan, mereka sudah berada di area penyimpanan barang. Itu adalah tempat yang mudah untuk diserang, tetapi juga berbahaya," jawab Marcus dari kursi belakang. "Kita perlu mendekati mereka tanpa terdeteksi."

Axel merasakan adrenalin memompa dalam dirinya. Dia tahu, risiko yang mereka ambil sangat besar, tetapi juga merasa tidak bisa mundur lagi. Selama perjalanan, ingatan akan Liam, senyumannya, dan semua momen indah yang mereka lalui bersama membara dalam pikirannya. Dia tidak ingin kehilangan semua itu.

Akhirnya, mereka tiba di lokasi. Ruang penyimpanan itu terlihat sepi, hanya diterangi lampu jalan yang redup. Mereka turun dari mobil dan menyusun rencana dengan cepat. "Kita akan membagi diri menjadi dua tim. Tim satu akan menyusup dari sisi barat, sementara tim dua akan memecah perhatian dari sisi timur," perintah Marcus.

Axel dan Liam bergabung dengan tim satu. "Ingat, jika ada yang terlihat mencurigakan, jangan ragu untuk memberi sinyal," Liam mengingatkan. "Kita tidak bisa mengambil risiko."

Mereka menyusup dengan hati-hati, berusaha tidak mengeluarkan suara. Setiap langkah terasa berat, tetapi tekad untuk melindungi satu sama lain membuat mereka terus bergerak maju. Axel berusaha untuk tetap tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang, mengetahui apa yang ada di depan.

Ketika mereka mendekati pintu masuk, Axel melihat sekumpulan orang berdiri di dalam ruangan gelap. Dia bisa mengenali beberapa wajah, termasuk beberapa anggota Iron Fist. "Mereka ada di dalam," bisik Axel, suaranya nyaris tidak terdengar.

"Siap?" tanya Liam, matanya menatap Axel dalam-dalam.

Axel mengangguk, meraih senjatanya. "Siap."

Dengan sinyal dari Marcus, mereka meluncur masuk. Terjadi keributan saat mereka menyerang. Tembakan saling beradu, suara teriakan dan ledakan menggema di seluruh ruangan. Axel berlari maju, berusaha melindungi Liam dan rekan-rekannya.

Dalam kekacauan itu, Axel merasa ketakutan dan keberanian bercampur aduk. Dia melihat Liam di seberang ruangan, mengelak dari serangan musuh dan menembak balik dengan presisi. "Liam!" teriak Axel, berusaha mencari cara untuk bergabung dengannya.

Sementara itu, sebuah suara keras memecah fokus Axel. Dia berbalik dan melihat seseorang yang familiar. "Axel!" teriak orang itu, dan jantung Axel berhenti sejenak.

Marcus berdiri di tengah pertempuran, terjebak dalam duel melawan salah satu pemimpin Iron Fist. Axel merasa panik saat melihat Marcus terdesak. Tanpa berpikir panjang, Axel melompat ke arah Marcus. "Marcus, belakangmu!" teriaknya.

Dengan gerakan cepat, Axel mengarahkan senjatanya ke musuh dan menembak. Tembakan tepat sasaran, dan musuh terjatuh. Marcus menoleh, terkejut melihat Axel muncul di sampingnya. "Kau baik-baik saja?" tanya Marcus, meski ja tetap berfokus pada musuh yang tersisa.

"Ya, aku baik. Kita harus keluar dari sini!" jawab Axel.

Mereka berdua bergerak maju, berusaha mengumpulkan kembali tim mereka. Namun, saat mereka berlari, Axel merasakan kehadiran yang tidak nyaman. Dia berbalik dan melihat seseorang mendekat dengan cepat, wajahnya disamarkan.

"Axel!" suara itu terdengar familiar, tetapi tidak bisa dikenali. Axel berbalik, bersiap untuk menyerang, tetapi orang itu sudah lebih dulu menyerang dengan cepat.

"Liam!" teriak Axel saat melihat Liam berjuang melawan beberapa musuh sekaligus di belakang. "Aku butuh bantuan!"

Liam, yang mendengar teriakan Axel, segera berbalik. Dengan keberanian yang tak tergoyahkan, dia melawan semua musuh yang menghalangi jalannya menuju Axel. Tembakan demi tembakan dilepaskan, hingga Liam berhasil mendekati Axel.

"Apa yang terjadi?" tanya Liam, nafasnya sedikit terengah.

"Dia... dia menyerangku dari belakang. Kita harus keluar dari sini!" Axel menjawab, menatap musuh yang mendekat.

Mereka segera berlari menuju pintu keluar, namun musuh sudah mengepung mereka. Axel dan Liam berdiri berdampingan, bersiap untuk menghadapi serangan itu. "Kita tidak bisa mundur," kata Liam, mengatur napasnya.

"Tidak, kita tidak akan mundur!" jawab Axel dengan semangat yang baru. "Kita akan bertarung bersama."

Dengan semangat juang yang membara, mereka melawan. Tembakan dan teriakan saling berganti dalam pertarungan yang sengit. Axel merasakan kekuatan Liam di sampingnya, dan bersama-sama mereka mengatasi setiap rintangan yang menghadang.

Namun, di tengah pertempuran, Axel merasakan kehadiran yang lebih besar. Dia mengingat semua ancaman yang pernah ditujukan kepada mereka. Dia tahu bahwa tidak semua orang yang mereka hadapi hari ini akan mundur dengan mudah.

Ketika mereka berhasil melawan beberapa musuh, Axel merasakan aliran adrenalin di seluruh tubuhnya. "Kita bisa melakukannya, Liam!" teriaknya, semangat membara di dalam dirinya.

"Ayo, Axel! Kita harus keluar!" balas Liam, matanya penuh tekad.

Dengan satu serangan terakhir, mereka berhasil menembus barisan musuh dan melarikan diri dari lokasi tersebut. Tetapi Axel tahu, ini baru permulaan dari perjuangan mereka. Musuh mereka masih banyak, dan mereka harus bersiap untuk menghadapi lebih banyak ancaman di masa depan.

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang