KMB | 10 : Kebenaran Yang Terungkap

5.3K 447 41
                                    

Pertarungan semakin memanas, peluru berdesing di udara dan suara teriakan bergema di antara dinding-dinding markas yang terbuat dari beton. Axel dan Liam bersatu, saling melindungi satu sama lain, tetapi pemimpin Iron Fist tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.

“Dia kuat!” teriak Liam, mengambil posisi defensif di samping Axel. “Kita perlu strategi lain!”

Axel mengangguk, berusaha mengatur napasnya. “Kita harus mencari cara untuk menjebaknya. Jika kita bisa memisahkannya dari para pengikutnya…”

“Dia tidak sendirian!” potong Liam, menunjuk ke arah sekelompok anggota Iron Fist yang bersiap menyerang.

“Baik! Mari kita buat keributan lagi!” Axel berkata, merasakan semangat yang mengalir dalam dirinya. Mereka bergerak cepat, memutuskan untuk menarik perhatian pemimpin Iron Fist dengan serangan frontal, berharap bisa mengalihkan perhatian dari anggota lainnya.

Mereka berlari maju, melepaskan tembakan ke arah sekelompok musuh. Dengan peluru yang meluncur deras, mereka berhasil membuat lawan-lawan mereka terpaksa menghindar. Namun, pemimpin Iron Fist tetap berdiri tegak, menatap mereka dengan tatapan tajam.

“Aku sudah menunggu kalian,” katanya, suaranya tenang meskipun di tengah keributan. “Kau pikir kau bisa melawan kami? Kau hanya dua ekor tikus yang terjebak dalam perang antara singa.”

“Jangan anggap remeh kami!” seru Axel, merasakan keberanian yang membara. Dia tidak akan membiarkan kata-kata itu menghancurkan semangatnya.

Mereka terus maju, tetapi tiba-tiba pemimpin itu melangkah maju, berhadapan langsung dengan mereka. “Aku tahu tentangmu, Axel,” katanya, suaranya penuh ancaman. “Kau adalah bagian dari kisah yang lebih besar. Kisah yang akan berakhir dengan kehancuranmu.”

Axel merasa jantungnya berdegup kencang. “Apa maksudmu?” tanyanya, tidak bisa menyembunyikan ketakutannya.

“Aku tahu tentang hubunganmu dengan Liam. Kau berusaha melindunginya, tetapi itu hanya akan menyakiti kalian berdua,” jawab pemimpin itu, senyumnya semakin lebar.

“Diam!” Liam berteriak, melompat maju untuk menyerang, tetapi Axel menahannya. “Jangan!”

“Biarkan dia berbicara,” Axel berkata, merasa dorongan untuk mendengarkan penjelasan lebih lanjut. “Apa yang kau ketahui tentang kami?”

“Liam adalah pemimpin Blackout. Dia berbohong padamu!” Pemimpin Iron Fist tertawa sinis. “Dia hanya ingin memanfaatkanmu untuk kepentingan kelompoknya. Dia tidak mencintaimu. Dia mencintai kekuasaan.”

Axel menatap Liam, jantungnya berdegup kencang. “Liam… apa ini benar?”

Liam terlihat terkejut, tetapi sebelum dia bisa berbicara, pemimpin itu melanjutkan. “Kau pikir dia melindungimu karena cinta? Tidak, Axel! Dia hanya memanfaatkanmu sebagai pion.”

“Kau tidak tahu apa-apa!” Liam berteriak, suaranya penuh kemarahan. “Aku tidak pernah memanfaatkanmu!”

“Aku tidak percaya padanya,” Axel berkata, suaranya bergetar. “Liam, katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Axel, aku…” Liam terdiam, tampak bingung. “Aku tidak ingin kau terjebak dalam semua ini. Aku…”

Namun, sebelum Liam bisa menyelesaikan kalimatnya, pemimpin Iron Fist meluncurkan serangan mendadak. Axel dengan cepat menarik Liam menjauh, tetapi beberapa anggota Iron Fist mulai menyerang mereka.

“Bertahan!” teriak wanita berambut merah, membantu Axel dan Liam untuk mundur ke belakang. “Kita harus keluar dari sini!”

Axel dan Liam bekerja sama, saling melindungi saat mereka melawan serangan yang datang. Mereka berhasil mengalahkan beberapa anggota Iron Fist, tetapi ketegangan di antara mereka semakin meningkat. Axel merasa terombang-ambing antara rasa percaya dan keraguan terhadap Liam.

Setelah beberapa saat bertempur, mereka berhasil mundur ke sudut ruangan, mengatur strategi. Axel menatap Liam, merasakan ketidakpastian yang menyelimuti hati mereka.

“Aku tidak tahu siapa yang bisa kau percayai sekarang,” Liam berkata, napasnya terengah-engah. “Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu, Axel. Itu yang sebenarnya!”

Mendengar pengakuan itu membuat Axel terkejut. Dalam segala kekacauan ini, ada satu hal yang jelas: perasaannya terhadap Liam tidak pernah pudar. “Aku juga mencintaimu, tetapi bagaimana aku bisa percaya padamu setelah semua ini?” jawab Axel, suaranya bergetar.

“Karena kita bersama dalam ini. Kita bisa melawan mereka,” Liam bersikeras, menatap Axel dengan mata penuh harapan. “Tapi kita harus percaya satu sama lain.”

Axel menatap ke dalam mata Liam dan merasakan kehangatan yang sama. “Baiklah. Kita hadapi ini bersama,” katanya, bertekad. Mereka berdua berbalik, bersiap untuk melawan kembali.

Dengan semangat yang baru, mereka maju kembali, bersatu melawan musuh yang mengancam. Axel merasa kepercayaan antara mereka mulai tumbuh kembali, meskipun risiko yang mereka hadapi.

Dalam keheningan sejenak sebelum pertempuran dilanjutkan, Axel berdoa agar cinta mereka cukup kuat untuk melewati badai yang sedang melanda.

---

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang