KMB| 18 : Menghadapi Kebenaran

3.5K 261 31
                                    

Pertarungan di depan mereka semakin sengit, dan Axel merasakan keputusasaan menggerogoti hati. Mereka telah bertahan selama beberapa waktu, tetapi jumlah anggota Iron Fist yang terus berdatangan membuat situasi semakin sulit. Dalam kebisingan pertarungan, dia melihat Liam yang sedang bertarung dengan gigih, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat.

Namun, kelelahan mulai menghantui mereka, dan Axel tahu bahwa mereka tidak dapat terus bertahan tanpa rencana yang lebih baik. “Liam!” teriak Axel di antara suara dentingan senjata. “Kita perlu menyusun rencana! Kita tidak bisa bertahan selamanya!”

Liam mengangguk, terengah-engah. “Kita harus menemukan cara untuk memisahkan mereka. Jika kita bisa menarik perhatian mereka ke satu sisi, kita bisa mengelak dari yang lain.”

Axel memikirkan kemungkinan itu. “Bagaimana jika kita menciptakan kebisingan di tempat lain? Mungkin itu bisa mengalihkan perhatian mereka.”

“Bagaimana kita melakukannya?” Jax yang berada di sisi mereka bertanya, wajahnya penuh ketegangan.

Axel melihat ke arah beberapa barang di sekitar, termasuk beberapa mobil yang diparkir tidak jauh dari lokasi. “Kita bisa meledakkan sesuatu untuk menciptakan kebisingan. Itu akan menarik perhatian mereka.”

“Apakah kamu yakin itu aman?” tanya Liam, gelisah.

“Aku tidak peduli. Kita perlu melakukannya,” jawab Axel, suara tekadnya menggema. “Ini mungkin satu-satunya cara kita bisa menang.”

Liam mengangguk, dan mereka segera beraksi. Dengan cepat, Axel dan Jax bergerak ke arah mobil yang terparkir, sementara Liam tetap berusaha menahan anggota Iron Fist yang mendekat. Axel meraih benda-benda di sekitar mobil yang bisa digunakan untuk menciptakan ledakan.

Setelah beberapa saat, Axel berhasil mengumpulkan beberapa bahan yang bisa meledak. Dengan hati-hati, dia menata semuanya di dekat mobil dan mengatur alat pemicunya. “Kita harus segera pergi setelah ini!” Axel memperingatkan Jax.

Ketika mereka kembali ke posisi Liam, suara dentingan semakin keras. Axel bisa melihat bahwa Liam sudah kehabisan napas, tetapi semangatnya tidak padam. “Kau siap?” Axel bertanya, menatap Liam dan Jax.

Liam mengangguk. “Lakukan saja.”

Axel menarik napas dalam-dalam, lalu menekan pemicu. Seketika, suara ledakan bergema, diikuti oleh api dan suara bergetar yang mengejutkan. Seperti yang diharapkan, anggota Iron Fist segera berbalik, teralihkan oleh kebisingan yang datang dari arah mobil.

“Sekarang!” teriak Axel, menarik Liam dan Jax untuk bergerak ke arah yang lebih aman. Mereka berlari menjauh dari kerumunan, berusaha memanfaatkan kebingungan yang terjadi.

Tetapi saat mereka berlari, Axel merasakan ketegangan di udara. Mereka menuju ke area yang lebih gelap, tempat di mana mereka bisa bersembunyi sejenak untuk merencanakan langkah berikutnya.

Setelah mencapai tempat yang lebih aman, Axel berhenti untuk bernafas, merasa jantungnya berdebar keras. “Kita berhasil,” katanya, menatap Liam dan Jax.

“Tapi untuk berapa lama?” Jax bertanya, masih merasa waspada.

Axel merasakan keringat mengalir di pelipisnya. “Kita perlu mencari cara untuk mengakhiri semua ini.”

“Tapi bagaimana?” Liam bertanya, matanya menatap Axel dengan harapan. “Kita tidak bisa terus bersembunyi. Kita harus melawan mereka secara langsung.”

Axel menimbang kata-kata Liam. “Kita perlu mencari tahu apa yang mereka rencanakan. Mungkin ada cara untuk menghentikan mereka tanpa harus bertarung habis-habisan.”

“Bagaimana jika kita mencari informasi lagi?” Jax menyarankan. “Mungkin ada seseorang di antara mereka yang bisa kita ajak bicara.”

“Aku setuju,” Liam menambahkan. “Jika kita bisa menemukan titik lemah mereka, kita mungkin bisa memanfaatkan situasi ini.”

Axel mengangguk, merasakan semangatnya kembali. “Baiklah, kita perlu menemukan seseorang yang tahu lebih banyak tentang Iron Fist. Kita bisa menyusup ke dalam dan mencari tahu.”

Mereka bergegas, menyusuri jalanan yang sepi, berusaha menjauh dari pertarungan yang masih berlangsung. Axel merasakan ketegangan di tubuhnya, tetapi saat bersamaan, harapan mulai tumbuh di dalam hatinya. Dia tahu bahwa meskipun situasi tampak suram, mereka memiliki kekuatan untuk mengubah arah pertarungan ini.

Beberapa saat kemudian, mereka menemukan tempat yang aman di belakang sebuah gedung tua. Axel mengintip ke dalam, melihat beberapa anggota Iron Fist berkumpul di dalam. Dia bisa mendengar percakapan mereka, tetapi tidak ada yang cukup jelas.

“Kita harus mendengarkan mereka,” bisik Axel kepada Liam dan Jax.

Mereka menunggu dengan sabar, mengamati anggota Iron Fist yang tampaknya sedang merencanakan langkah berikutnya. Axel merasakan kegugupan melanda saat mendengar nama Liam disebutkan.

“Liam sudah melakukan hal yang bodoh. Dia berani melawan kita,” salah satu anggota Iron Fist berkata, nada suaranya penuh kebencian. “Kita harus menunjukkan kepadanya bahwa kita tidak bisa diremehkan.”

Axel menahan napas, merasa ketegangan meningkat. “Kita harus segera mengambil langkah,” bisiknya kepada Liam dan Jax.

“Tunggu,” Liam membalas, mengamati anggota yang berbicara. “Mungkin kita bisa memanfaatkan informasi ini.”

Axel merasa jantungnya berdebar. Jika mereka bisa mendapatkan informasi lebih lanjut tentang rencana Iron Fist, itu bisa menjadi langkah penting bagi mereka. “Kita harus mendekati mereka dengan hati-hati,” Axel menambahkan.

Mereka mengintip lebih dekat, siap untuk mengumpulkan informasi yang bisa membantu mereka dalam pertempuran yang semakin mendekat.

Dengan keberanian dan tekad yang tumbuh di dalam diri mereka, Axel tahu bahwa kebenaran akan segera terungkap, dan mereka akan siap untuk menghadapi apa pun yang datang.

---

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang