KMB | 03 : Jejak Mafia

8.8K 756 59
                                    

Axel tak bisa mengalihkan pandangannya dari Liam. Sosok yang dulu begitu familiar kini membawa aura asing, hampir tak terjangkau. Axel ingin bertanya lebih banyak, tapi semua pertanyaannya terasa tercekat di tenggorokan. Pertemuan ini, di tengah malam hujan, terasa lebih seperti mimpi buruk daripada pertemuan seorang teman lama.

“Ayo kita bicara di tempat yang lebih hangat,” kata Liam, memecah keheningan yang memekat di antara mereka.

Axel mengangguk pelan, mencoba memahami situasi. Di sisi lain, pikirannya berputar, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terlalu gila untuk dipercaya. Mengapa Liam muncul di saat yang begitu tepat, ketika hidupnya mulai berantakan setelah kecelakaan aneh itu?

Di kafe kecil di ujung jalan, Liam memesan dua cangkir kopi hitam tanpa bicara. Axel hanya menatapnya, memperhatikan gerakan tangannya yang tenang, sorot matanya yang tetap dingin. Pria ini bukan lagi remaja yang dulu dia kenal. Ada sesuatu yang mengerikan di balik senyum tenang itu.

“Aku ingin bicara tentang masa lalu,” Liam memulai, suaranya terdengar tenang namun tegas. “Tapi sebelum kita sampai ke sana, aku harus memberi tahumu sesuatu.”

Axel merasa ada beban berat yang baru saja dilemparkan ke dadanya. Dia tidak tahu apa yang akan dikatakan Liam, tapi perasaannya mengatakan bahwa itu akan mengubah segalanya. “Tentang apa?”

Liam menatap Axel dalam-dalam sebelum berkata, “Aku terlibat dengan sesuatu yang besar, Axel. Sesuatu yang berbahaya.” Dia berhenti sejenak, seolah memastikan Axel mendengarkan setiap kata yang akan diucapkannya. “Aku adalah pemimpin dari kelompok mafia yang paling ditakuti di kota ini.”

Kata-kata itu menggantung di udara, menghantam Axel seperti pukulan keras. Seketika, semua pertanyaan yang berputar di benaknya tadi malam terjawab. Pria yang dia tabrak… ancaman yang diterimanya… semuanya mulai masuk akal. Tapi yang paling menghantam Axel adalah kenyataan bahwa Liam, sahabat yang dulu pernah dia percayai, kini telah berubah menjadi seseorang yang tak pernah dia bayangkan.

“Kau... apa?” Axel tergagap, hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“Aku memimpin organisasi mafia yang dikenal sebagai Blackout,” Liam mengulangi dengan nada tenang, seperti membicarakan hal biasa. “Dan pria yang kau tabrak tadi malam adalah salah satu dari musuhku.”

Axel merasa kepalanya berputar, tak mampu menerima kenyataan yang begitu tiba-tiba ini. “Apa maksudmu? Kau... mafia? Bagaimana bisa—"

“Kupikir kau butuh penjelasan lebih dalam tentang ini,” potong Liam dengan nada yang lebih dingin. “Dunia yang kini aku jalani sangat berbeda dari yang dulu kita tinggali, Axel. Aku berubah, dan aku tidak berharap kau akan mengerti sepenuhnya.”

Axel tidak tahu harus merasa apa—takut, marah, atau bingung. Dia menatap Liam, berharap sahabat lamanya itu akan tertawa dan mengatakan bahwa ini semua hanyalah lelucon yang buruk. Tapi tatapan serius di mata Liam mengatakan sebaliknya. Semua ini nyata.

“Kecelakaan itu,” Axel mulai dengan suara gemetar, “pria yang aku tabrak, apa yang sebenarnya terjadi?”

Liam menyandarkan tubuhnya ke belakang, tampak mempertimbangkan kata-katanya. “Pria itu adalah salah satu informan dari kelompok mafia lain, Iron Fist Coalition. Dia sedang mengawasiku, dan kebetulan dia melihatmu.” Mata Liam menyipit. “Sekarang, kau terjebak di tengah-tengah permainan ini, Axel.”

Axel terhenyak. “Tunggu, maksudmu... mereka akan memburuku sekarang? Aku tidak ada hubungannya dengan ini!”

Liam menghela napas panjang, ekspresinya berubah sedikit lebih lembut. “Aku tahu. Itulah masalahnya. Mereka mengira kau adalah bagian dari rencanaku atau mungkin orang yang kuandalkan. Mereka tidak tahu kau tak ada hubungannya.”

“Liam, ini gila!” Axel hampir berteriak, suaranya penuh ketakutan. “Aku bukan bagian dari duniamu! Aku cuma orang biasa! Apa yang akan terjadi padaku sekarang?”

“Aku akan melindungimu,” jawab Liam, suaranya datar namun penuh keyakinan. “Selama kau bersamaku, tak ada yang bisa menyentuhmu.”

Kata-kata itu seharusnya menenangkan Axel, tapi malah menambah kekhawatiran dalam pikirannya. Bagaimana dia bisa merasa aman jika Liam adalah bagian dari dunia yang penuh kekerasan dan bahaya ini?

“Kau tidak mengerti, Liam. Aku tidak ingin terlibat,” Axel berkata dengan tegas, mencoba menahan ketakutannya.

“Aku tahu,” jawab Liam. “Tapi sekarang ini bukan lagi tentang apa yang kau inginkan. Kau sudah terlibat, suka atau tidak.”

Axel terdiam. Jantungnya berdetak kencang, pikiran berputar mencoba memahami apa yang harus dia lakukan. Liam, sahabat yang dulu dia cintai dengan cara yang tak bisa dia jelaskan, kini menjadi ancaman sekaligus pelindung. Semuanya terasa begitu salah, tetapi di sisi lain, Axel tahu bahwa meninggalkan Liam bukanlah pilihan yang bisa dia ambil sekarang. Terlalu banyak yang dipertaruhkan.

“Apa yang harus kulakukan?” tanya Axel akhirnya, suaranya lemah.

“Kau tinggal di sisiku,” jawab Liam, suaranya tegas. “Aku akan memastikan kau tetap aman. Tapi ada satu hal lagi, Axel...” Liam mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Axel dengan tatapan yang lebih dalam. “Ini tentang kita. Aku tidak hanya datang untuk urusan bisnis. Aku masih ingin jawaban atas perasaanku dulu.”

Axel menelan ludah, tubuhnya kaku. Topik ini kembali menghantuinya. Perasaan yang dulu dia abaikan, sekarang muncul lagi, di waktu yang begitu salah. Di tengah teror mafia yang mengintai, Liam masih menginginkan jawaban tentang hubungan mereka.

“Liam...”

“Aku takkan menunggu lebih lama lagi, Axel. Kau harus memberiku jawaban.” Suara Liam menjadi dingin, penuh tuntutan. “Apakah kau merasa hal yang sama denganku?”

Axel terdiam. Dia tahu bahwa jawaban ini bukan hanya tentang cinta. Jawaban yang dia berikan mungkin akan menentukan nasibnya di dunia yang Liam jalani sekarang. Dengan segala bahaya yang mengintai, bagaimana bisa dia menjawab pertanyaan yang seharusnya tak lagi relevan?

Namun, di balik semua ketakutan itu, Axel menyadari sesuatu: Liam tidak lagi hanya meminta jawaban untuk perasaan masa lalunya. Liam sedang mencoba mengikatnya ke dunia yang gelap ini.

Dan mungkin, hanya satu jawaban yang bisa menyelamatkan nyawanya.

---

.
.
.

To be continued.... ♡

Bagaimana??

Tulis di komen ya.
Vote dan komen jangan lupa....❤

Thanks(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و

published on 9/4/21
revisi on 3/4/22

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang