KMB | 15 : Perhitungan

5K 299 15
                                    

Setelah berhasil melarikan diri dari markas Iron Fist, Axel, Liam, Kai, dan Jax bersembunyi di dalam sebuah gudang tua yang terletak di pinggir kota. Suasana di dalam gudang itu sunyi, hanya terdengar suara napas mereka yang terengah-engah. Axel merasakan ketegangan di udara, sementara Liam duduk di sudut, matanya penuh kekhawatiran.

"Apakah kita benar-benar aman di sini?" tanya Axel, suara ragu mengisi ruangan.

"Seharusnya aman untuk sementara," jawab Jax, mengamati sekitar dengan hati-hati. "Kita harus menganalisis informasi yang kita dapatkan sebelum melakukan langkah berikutnya."

Kai mengangguk, membuka dokumen yang mereka ambil dari tempat penyimpanan. "Kita perlu melihat lebih dekat pada rencana ini. Jika Iron Fist benar-benar ingin menyerang Blackout, kita harus memberi tahu pimpinan besar secepatnya."

Axel dan Liam duduk berdampingan, berusaha menangkap detail dari rencana itu. Sementara Jax dan Kai membahas langkah-langkah strategis, Axel tidak bisa mengabaikan perasaan gelisah yang menghantuinya. Dia tahu mereka telah memasuki arena yang lebih berbahaya dari sebelumnya.

"Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" Liam bertanya, mengalihkan perhatian Axel dari pikirannya.

"Jika kita dapat mengungkapkan rencana mereka kepada para pemimpin besar Blackout, kita bisa mencegah serangan ini," kata Kai. "Tapi kita perlu bukti yang lebih konkret."

Axel merasa seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Bagaimana kalau kita mencari tahu lebih banyak tentang kelompok ini? Siapa saja yang terlibat dan di mana mereka berkumpul?"

Liam menatap Axel, merasakan semangatnya. "Itu ide yang bagus. Jika kita tahu lebih banyak tentang mereka, kita bisa merencanakan serangan balik."

Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk menyusup ke markas Iron Fist untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Axel merasa cemas, tetapi keberanian untuk melindungi Liam dan semua orang yang mereka cintai membuatnya bertekad.

Malam menjelang saat mereka merencanakan penyusupan. Suasana terasa mencekam, dan setiap detik terasa seperti satu jam. Axel berusaha fokus, tetapi bayangan masa lalu mengganggu pikirannya-masa-masa ketika dia dan Liam masih remaja, menghabiskan waktu bersama tanpa kekhawatiran.

"Axel?" suara Liam memecah kesunyian. "Kau tidak apa-apa?"

Axel tersentak, menatap Liam yang duduk di sampingnya. "Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit memikirkan semuanya."

"Aku tahu ini sulit," Liam berkata lembut. "Tapi kita harus tetap bersatu."

Axel mengangguk, merasakan dorongan dari Liam. "Kau benar. Kita bisa melakukan ini bersama-sama."

Dengan rencana di tangan, mereka bergerak menuju markas Iron Fist yang berlokasi di kawasan industri. Gudang tua itu tampak mengintimidasi, tetapi mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan.

Setelah berhasil memasuki gedung, mereka bergerak perlahan, berusaha menghindari penjaga yang berkeliaran. Jax dan Kai memimpin, mengamati situasi dan memberi isyarat jika ada bahaya.

Ketika mereka memasuki ruang rapat, Axel melihat beberapa anggota Iron Fist berkumpul. Suara mereka terdengar jelas, dan Axel berusaha menangkap setiap kata yang keluar dari mulut mereka.

"Rencana kita harus segera dilaksanakan sebelum Blackout menyadari apa yang sedang kita lakukan," salah satu anggota berbicara. "Kita tidak bisa membiarkan mereka mengganggu langkah kita."

"Ya, kita harus menghancurkan mereka sebelum mereka menghancurkan kita," jawab yang lain.

Axel merasa seolah ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongannya. Dia dan timnya harus cepat sebelum mereka tertangkap.

Setelah beberapa saat, Jax memberi sinyal untuk mundur. Mereka berhasil mendapatkan informasi yang cukup, tetapi saat mereka berusaha keluar, tiba-tiba alarm berbunyi.

"Lari!" teriak Jax, dan mereka semua bergegas menuju pintu keluar.

Suara langkah kaki semakin mendekat, dan Axel merasakan ketegangan di seluruh tubuhnya. Mereka berlari sekuat mungkin, tetapi saat mereka hampir sampai ke pintu keluar, beberapa anggota Iron Fist muncul di depan mereka.

"Jangan biarkan mereka melarikan diri!" teriak seorang pemimpin, menunjuk ke arah Axel dan teman-temannya.

Mereka berlari ke arah lain, tetapi penjaga lain sudah mengepung mereka. Axel merasakan jantungnya berdegup kencang. "Kita tidak bisa terjebak di sini!"

"Ke atas!" teriak Kai, menunjuk ke arah tangga darurat. Mereka segera memanjat, berusaha menjauh dari kejaran.

Setelah mencapai atap, Axel menatap ke sekeliling. "Kita perlu menemukan jalan keluar dari sini."

Mereka merunduk di balik atap, menyaksikan kekacauan di bawah. "Di sebelah kiri!" Jax menunjuk ke arah atap gedung sebelah. "Kita bisa melompat ke sana."

Axel merasa adrenalin mengalir dalam dirinya saat mereka bersiap untuk melompat. Saat mereka melompat, Axel merasa waktu seolah melambat. Dia melihat Liam di sebelahnya, wajahnya bertekad meski ketakutan menyelimuti hatinya.

Begitu mereka mendarat, mereka berlari lagi. "Kita hampir sampai!" teriak Kai. Namun, mereka dikejutkan oleh suara tembakan dari belakang.

"Cepat! Jangan berhenti!" seru Jax, mengarahkan mereka menuju jalan keluar.

Akhirnya, mereka menemukan jalan kecil yang membawa mereka keluar dari markas Iron Fist. Mereka tidak berhenti berlari sampai mereka mencapai tempat yang aman, jauh dari sorotan.

Mereka berhenti sejenak untuk mengambil napas. Axel menoleh kepada teman-temannya. "Kita berhasil. Kita mendapatkan informasi yang mereka butuhkan."

Liam tersenyum, tetapi wajahnya menunjukkan kelelahan dan ketegangan. "Sekarang kita harus merencanakan langkah selanjutnya."

Axel merasakan harapan baru muncul dalam dirinya. "Kita tidak akan berhenti sampai Iron Fist dihentikan."

Malam itu, saat mereka duduk di tempat aman, Axel tahu bahwa pertempuran ini baru saja dimulai. Dia tidak akan membiarkan Liam dan semua orang yang mereka cintai menjadi korban.

Dengan tekad yang kuat, mereka mulai merencanakan langkah selanjutnya. Axel tahu bahwa di hadapan mereka terdapat banyak rintangan, tetapi bersama-sama, mereka akan menghadapinya.

---

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang