KMB | 27 : Menghadapi Kegelapan

3.3K 254 16
                                    

Dengan napas terengah-engah, Axel dan Liam terjebak di tengah kerumunan pria-pria dari Iron Fist, yang tampak marah dan siap untuk menyerang. Axel merasakan jantungnya berdegup cepat, dan pikirannya berputar. Mereka berdua berada dalam bahaya besar, dan mereka harus menemukan cara untuk keluar dari situasi ini.

"Liam, kita harus bersembunyi!" Axel berbisik, tetapi Liam tampak tak tergoyahkan, matanya menyala dengan determinasi.

"Tidak! Kita tidak akan menyerah," jawab Liam, menyiapkan posisinya untuk bertarung. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu!"

Satu pria maju, wajahnya ditutupi oleh bayangan gelap. "Akhirnya, kita menemukan kalian. Pemimpin Iron Fist ingin berbicara denganmu, Liam."

Axel menahan napas. "Siapa dia? Apa yang dia inginkan?"

Pria itu tertawa sinis. "Dia ingin melihatmu -dan temanmu. Dia tidak senang dengan pengkhianatan ini."

Liam menegakkan punggungnya, siap untuk berjuang. "Aku tidak akan membiarkan mereka mengendalikan hidupku, dan aku pasti tidak akan menyerahkan Axel."

Pria itu melangkah maju, menunjukkan sebuah senjata. "Kau tidak punya pilihan. Ikutlah dengan kami, atau kami akan mengambilnya dengan cara yang lebih brutal."

Axel merasa takut, tetapi ada sesuatu dalam diri Liam yang membuatnya merasa sedikit tenang. Mereka telah melalui begitu banyak bersama, dan Axel tidak ingin menyerah begitu saja. "Liam, kita bisa menemukan cara lain!" serunya.

"Tutup mulutmu!" salah satu pria berteriak, berusaha untuk mendekat.

Axel tahu bahwa mereka harus bergerak cepat. Dalam sekejap, dia mendapatkan ide. "Liam, ingat rencana kita tentang pintu belakang?"

Liam melihat Axel dengan cepat, mengerti maksudnya. "Baiklah, kita harus melakukannya."

Mereka berbalik dan mulai berlari ke arah pintu belakang, tetapi satu pria sudah menghalangi jalan mereka. "Ke mana kalian akan pergi?" dia berteriak, mencoba menyerang Axel.

Dengan naluri bertahan hidup, Axel menghindar dan menendang pria itu dengan sekuat tenaga. Dia jatuh ke tanah, memberikan kesempatan bagi Axel dan Liam untuk melarikan diri ke lorong sempit yang mengarah ke pintu belakang.

Namun, ketika mereka mencapai pintu, Axel mendapati bahwa pintu itu terkunci. "Kau harus membukanya, Liam!" teriaknya panik. Liam segera memeriksa kunci. "Aku butuh waktu sebentar! Ini kunci lama!"

Mereka mendengar langkah kaki mendekat, dan Axel merasakan ketakutan menjalar di seluruh tubuhnya. "Cepat, Liam!"

Dengan semangat yang menggebu, Liam berusaha membuka kunci, sementara Axel menatap ke arah lorong dengan cemas. Setiap detik terasa seperti berjam-jam, dan

dia tidak bisa menahan rasa putus asa yang menggerogoti hatinya.. Dapatkan itu terbuka!" Axel berteriak, berusaha mendorong Liam untuk bekerja lebih cepat.

Akhirnya, dengan satu putaran terakhir dari kunci, pintu terbuka. "Ayo!" teriak Liam, menarik Axel keluar ke udara malam yang segar.

Mereka berlari ke jalanan, tetapi suara langkah kaki mengejar mereka semakin dekat. "Mereka masih di belakang kita!" Axel berteriak, ketakutan menyelimuti dirinya.

"Ke sana!" Liam menunjuk ke arah sebuah mobil tua yang terparkir. "Kita bisa menggunakan mobil itu!"

Axel melihat mobil yang tampak tua, tetapi tidak ada waktu untuk berpikir. Mereka berlari menuju mobil itu dan Liam segera berusaha membuka pintunya. "Berharap ini tidak terkunci!"

Pintu terbuka, dan mereka melompat ke dalam. Liam menghidupkan mesin, dan mobil itu bergetar sebelum akhirnya menyala.

"Maju!" Axel berteriak, melihat pria-pria Blackout mendekat.

Liam menginjak pedal gas, dan mobil itu meluncur maju, meninggalkan jejak keributan di belakang. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi, dan Axel bisa merasakan adrenalin mengalir di tubuhnya.

"Ke mana kita pergi sekarang?" tanya Axel, masih merasa ketakutan setelah melarikan diri dari cengkeraman Iron Fist.

"Kita perlu mencari tempat aman untuk bersembunyi," jawab Liam, fokus pada jalan di depan. "Aku tahu tempat yang aman. Temanku memiliki tempat persembunyian di luar kota."

Setelah beberapa menit berkendara, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Rumah itu tampak tidak mencolok, dikelilingi oleh pepohonan yang lebat. Liam berhenti dan melihat sekeliling. "Kita aman di sini," katanya.

Mereka berdua keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Di dalam, suasana tenang, tetapi Axel merasakan ketegangan di udara. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanyanya.

"Kita harus berstrategi dan mencari tahu langkah selanjutnya," Liam menjawab, membuka jendela untuk memastikan tidak ada yang mengintip. "Kita perlu menghubungi informanku dan mendapatkan informasi tentang Iron Fist."

Axel mengangguk, tetapi hatinya dipenuhi oleh keraguan. "Aku tidak ingin menyusahkanmu lebih lanjut. Ini semua karena aku."

Liam berbalik dan memandang Axel dengan serius. "Jangan pernah berpikir begitu. Aku melakukannya karena aku peduli padamu. Kita sudah terjebak dalam ini bersama, dan aku tidak akan meninggalkanmu."

Kata-kata Liam membuat Axel merasa sedikit lebih tenang, tetapi kekhawatiran masih menyelimuti pikirannya. Mereka tidak bisa berada di tempat ini selamanya, dan Iron Fist akan terus mengejar mereka.

Dengan rencana baru yang terbentuk di kepala mereka, Axel dan Liam bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang, bertekad untuk tidak membiarkan kegelapan menyelimuti mereka.

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bastard!! [End✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang