Seumur hidupnya, Sungchan tidak pernah berpikir bahwa hari di mana Jisung mendatanginya tanpa niat perlawanan sedikit pun akan datang. Sungguh di luar dugaannya dan sama sekali tidak terasa nyata. Terutama setelah lima puluh tahun yang lalu Jisung bilang dia akan berhenti mengurusi Sungchan dan yang lainnya.
"Apa yang Kakak inginkan?!" Sungchan bertanya dengan kesal. Sejak Jisung datang ke kamarnya, pria itu belum mengatakan apa pun kepadanya. Hanya diam dan duduk di pinggir ranjang seraya menatap Sungchan yang lama-kelamaan jengah. Yang menjadi sasaran kejengahan tersebut menunduk dan tersenyum kecil.
"Mulai sekarang, kau adalah Putra Mahkota Neraka."
Sungchan mengerutkan dahinya dalam. Jika Jisung mengatakan ini kepada saudara mereka yang lain, mungkin mereka sudah berteriak kegirangan hingga membuat geger seisi istana. Namun, Sungchan sama sekali tidak merasakan kebahagiaan. Dadanya rasanya ingin meledak karena api yang membara di dalamnya.
"KAKAK SUDAH GILA?!"
Jisung mengangkat kepalanya dan menatap Sungchan. Sulit untuk bisa menebak apa yang Jisung pikirkan terhadap perilaku Sungchan kepadanya.
"MEREKA AKAN MERENDAHKAN KAKAK SETELAH INI! YA, KAMI SUDAH TAHU BAHWA KAU DAN FELIX, JUGA SHOTARO YANG SUDAH MATI ITU BUKAN DARAH MURNI!" Sungchan menarik kerah kemeja hitam Jisung hingga kakaknya tersebut terangkat. "KETIKA TAHU, RASANYA AKU HAMPIR GILA, KAU TAHU?! KAU... KAU..."
Jisung mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala Sungchan. "Maaf karena mengecewakanmu."
Sungchan menghempaskan tubuh Jisung ke samping, membuat Jisung terlempar dan membentur dinding. "Cih! Jangan bicara sembarangan!"
Jisung terkekeh lemah. "Aku tahu, aku tidak bicara sembarangan. Kau... sejak dulu menjadikanku panutan bukan?"
Tidak ada jawaban dari Sungchan yang berdiri membelakanginya. Jisung akhirnya bangun dan merapikan dirinya. "Aku menunjukmu karena aku percaya padamu. Sungchan, mari kita sudahi hal konyol seperti pertengkaran dan pengkhianatan. Aku ingin kau menjadi salah satu orang yang bisa kuceritakan kepada Chenle."
Sungchan menggeram. Bahkan setelah lima puluh tahun berlalu, Jisung tetap mengingat lelaki itu. Apa bagusnya manusia itu? Sungchan benar-benar tidak mengerti.
"Kau mungkin tidak akan pernah mengerti mengapa aku melepaskan gelarku dan juga masa depan yang menurutmu sempurna. Namun, aku berharap bahwa entah bagaimana caranya kau akan mengerti. Sampai jumpa lagi, Adik."
Jisung melesat pergi setelahnya, meninggalkan Sungchan yang terdiam dalam kebingungan dan mungkin, amarah.
Lima puluh tahun berlalu seperti angin yang berhembus pelan bagi Jisung. Selama seribu tahun lebih hidupnya, lima puluh tahun ini benar-benar berjalan lambat untuknya. Jisung hampir gila di awal-awal, tapi dengan usahanya, dia bisa bertahan hingga sejauh ini. Semuanya tentu tidak sepenuhnya dia lakukan sendiri, berkat bantuan Felix dan Changbin, Jisung bisa mempertahankan kewarasannya. Jika saja Jisung tidak memiliki orang yang membantunya, mungkin dia sudah melakukan hal bodoh yang akan sangat disesalinya.
Keputusan tadi bukan termasuk hal bodoh yang Jisung maksud. Jisung tidak lagi ingin menjadi penerus takhta Neraka. Jika dia menjadi penguasa Neraka, dia akan menjadi sangat sibuk. Itu mungkin bagus selama Chenle belum kembali, tapi ayahnya tampaknya akan memiliki hidup yang sangat panjang, jadi Jisung tidak ingin menjadi raja ketika Chenle kembali. Ditambah, pekerjaan adalah apa yang membuat ayahnya bisa bertahan menunggu kedatangan ibunya.
Jisung berhenti begitu sampai di tempat yang dia tuju. Senyumnya mengembang kecil begitu melihat figura kecil yang terletak di samping batu nisan di depannya. Jisung duduk di samping batu nisan tersebut dan mengusapnya lembut.
"Bagaimana di sana? Apa kau senang?"
Hanya ada keheningan sebagai jawaban untuk Jisung. Jisung menekuk kakinya dan memeluknya. "Apa kau terlalu senang di sana hingga tidak ingin kembali?"
Jisung menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan. "Aku bahkan melepas gelarku dan memberikannya kepada adik bungsuku. Kau masih tidak ingin kembali?" Jisung mengambil fugura kecil di dekatnya dan menatapnya. Ini adalah hadiah kecil yang diberikan oleh Jeno kepadanya sewaktu mereka bertemu di pemakaman Chenle. Chenle tampak begitu segar dan berseri-seri di foto ini. Mungkin saat foto ini diambil, keadaan Chenle masih baik-baik saja.
"Bagaimana jika aku memberikan penawaran? Jika kau kembali dengan cepat, aku akan menceritakan tentang adik bungsuku juga. Hubungan kami bak drama dan cerita dalam novel, kau pasti tertarik. Bagaimana, hm?"
Jisung mengusap foto Chenle dengan lembut. "Chenle... aku mungkin bisa menunggu satu juta tahun, tapi aku tidak tahu jika aku akan dalam keadaan waras jika kau kembali selama itu."
--
Mama Z mau belanjain Z hehehehe, seneng banget :D, Z jadi pengen update jadinya 😁Z lagi coba masak 'pasta' shin ramyeon resepnya Yunhyeong iKON, doain semoga jadi guys, Z ngga pinter masak :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Byōyomi [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ Chenle tidak pernah mengira dirinya akan mendapat tamu yang sangat mengejutkan seumur hidupnya. ▶️JiChen / ChenSung / ChenJi ▶️NCT ⚠️BxB [211009] #1 in chenji (out of 2.12k stories)