Elf

2.5K 497 58
                                    

Chenle memandang vas bunga di nakas. Lili putih pemberian Jisung sudah dihiasi warna coklat setengahnya, hanya tinggal menunggu kelopaknya tanggal meninggalkan batangnya.

Di sebelah vas berisi lili putih, ada sebuah vas kecil pemberian Jaemin untuknya. Isinya adalah bunga hydrangea merah muda.

Chenle menyukai bunga pemberian Jaemin, tapi entah mengapa lili putih yang layu pemberian Jisung lebih Chenle perhatikan ketimbang bunga segar dari seniornya itu.

"Tampaknya bungaku sudah layu."

Chenle menoleh ke jendela. Jisung berdiri dan bersandar di sana.

"Ya, lili memang layu dengan cepat. Tidak apa, belum sepenuhnya layu."

Jisung, dengan wajah merajuk yang tanpa sadar dia buat, menggeleng seraya mendekati nakas. "Sudah tidak bagus."

Tangan tegas Jisung sudah menggenggam bunga-bunga itu. Melihat itu, Chenle bergerak cepat menahan pergelangan tangan Jisung.

"Aku masih ingin memandanginya."

Genggaman Jisung pada bunga lilinya melonggar.

"Kau tidak memandangi bunga lilinya."

"Siapa bilang?" bibir Chenle sedikit mencebik, "Aku masih senang memandanginya. Kau sendiri yang menyuruhku untuk banyak memandanginya."

Sesuatu dalam diri Jisung mendesaknya untuk memeluk erat Chenle dan tidak melepaskannya, mungkin seraya mengusap lembut pucuk kepala lelaki itu. Namun Jisung dengan susah payah menekan perasaan itu dan berdeham.

"B-bagus. S-seperti yang kukatakan waktu itu, bunga ini mahal. Bagus kau masih mengingatnya." Jisung mengalihkan pandangannya pada tangan Chenle.

Chenle tersenyum kecil. "Tentu aku masih mengingatnya."

Karena kau yang mengatakannya.

Jika saja Jisung lebih memperhatikan Chenle, mungkin dia akan menemukan rona manis yang samar menghiasi wajah pucat lelaki itu.

"K-kenapa makananmu belum datang?" Jisung melepaskan tangannya dari bunga lili yang layu, secara tidak langsung membuat Chenle melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Jisung.

"Belum waktunya-"

"K-kau pasti sudah lapar. Cih, perawat di sini adalah manusia-manusia pemalas! Biar aku tegur mereka!"

Sebelum Chenle dapat mengatakan apa pun, Jisung sudah berubah menjadi bayangan dan bergerak keluar kamar.

Chenle tidak tahu apakah ini hanya perasaannya saja atau memang matanya menangkap rona merah pada wajah serta telinga Jisung?

"Mereka bilang mereka mengikuti jadwal. Cih, mereka ingin membuat pasien mereka kelaparan."

Chenle menoleh pada Jisung yang masuk dengan kepala yang ditundukkan. Pria itu berjalan dan duduk di sofa, wajahnya dipalingkan dari Chenle. Chenle yang melihatnya tersenyum kecil.

"Jisung, kau sepeduli itu padaku?"

"Ck, sepertinya kau terlalu percaya diri lagi."

"Begitukah?" Chenle terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "Kalau begitu, karena aku tidak ingin terlalu percaya diri dengan mempercayai bahwa kau akan melakukan ini atas keinginanmu sendiri, maka aku akan memintanya."

Jisung menoleh dengan cepat. Siapa pun dapat dengan mudah mengetahui bahwa Chenle berbicara dengan sangat serius saat ini. Namun, hanya Jisung yang mungkin merasakan seolah dia menjadi lemah dan ingin bersembunyi dari semua hal yang dapat menyakitinya, seolah seseorang akan merenggut apa yang berharga baginya.

Byōyomi [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang