"Bagaimana bisa?"
Changbin yang berdiri di depan Jisung mengangkat bahunya dan menggeleng. "Aku tidak mengerti. Namun, berhubung aku di sini, aku hanya akan melakukan apa yang harus kulakukan." Pria yang menjabat sebagai salah satu petinggi langit itu mengintip ke dalam kamar rawat Chenle.
Bisa dia lihat seorang lelaki terbaring di atas ranjangnya dan sedang ditangani oleh dokter di dalam. "Tampaknya kau mengalami hal yang sama denganku dan Felix." Pria itu bergumam, tidak cukup keras untuk Jisung tangkap. Nafasnya terhela. "Waktunya hampir tiba, kau tahu itu kan?" kepalanya menoleh untuk melihat Jisung. Jisung tampak begitu frustasi dan nafasnya terhela kasar.
"Karena itu aku berdoa untuk keselamatannya. Bisakah kau mencabut mautnya?"
Changbin menggeleng. "Kau tahu aku tidak boleh ikut campur langsung dengan nyawa manusia, sama sepertimu."
Jisung mengerang kesal dan memukul dinding begitu keras. "Sialan!"
"Untuk sekarang aku hanya bisa mencabut rasa sakitnya. Itu akan membuatnya lebih baik dan menyelamatkannya... dari rasa sakit."
Jisung seolah tidak mendengar Changbin. Dia hanya diam, menatap kosong ke depannya. Dia juga tidak memperhatikan Changbin yang menembus ke dalam ruangan dan kembali keluar beberapa saat kemudian. Harapan yang sebelumnya sedikit menerangi kegelapan dunianya hilang dan tidak bisa ditemukan.
"Sakitnya sudah kukurangi, semoga dia lebih baik setelah ini."
Ucapan Changbin menarik Jisung dari lamunannya. Dia menahan pria itu dan membawanya ke kantin rumah sakit.
"Bagaimana bisa doaku terdengar olehmu?"
"Jika saja kau manusia, jawabanku adalah karena doa yang sampai padaku adalah doa yang disertai perasaan murni dan tulus. Namun, dengan posisimu yang bukan manusia... aku tidak tahu."
Jisung mengusak kepalanya dengan kasar. "Ini gila!"
Changbin menepuk punggung Jisung, berusaha memberikan sedikit semangat pada pria itu. "Dunia manusia terkadang penuh kejutan."
"Apa kau benar-benar tidak tahu cara untuk menghapus mautnya?"
"Tidak, maafkan aku."
"Bisakah—"
"Kau tahu aturan dibuat karena memiliki alasan. Itu semua demi keseimbangan, Jisung, kau seharusnya tahu itu."
Jisung secara refleks mengayunkan tangannya untuk memukul meja yang ditempatinya. Pria itu berdiri dan pergi, sementara Changbin meminta maaf kepada semua orang yang berada di sekitar sebelum menyusul Jisung.
"Jisung!"
"Jika kau tidak bisa melakukan apapun, lebih baik kau pergi." Jisung mengubah wujudnya dan pergi dengan cepat.
Changbin pun turut mengubah wujudnya. Tubuhnya yang seringan angin pun melesat cepat menyusul Jisung.
Namun begitu Jisung masuk ke dalam kamar rawat, Changbin berhenti. Pria itu hanya berdiri di depan pintu. Namun dia mengawasi Jisung dari sana.
Pria pucat berpakaian hitam itu duduk di samping ranjang pasien dan tampak begitu kacau. Sementara lelaki yang Changbin ketahui sebagai alasan dari semua kekacauan yang Jisung rasakan, terbaring dengan wajah yang hampir sama pucatnya dengan Jisung.
Changbin sudah mengenal Jisung begitu lama. Pada awalnya, Changbin mengira hanya Felix yang sedikit berkelainan dari saudara-saudaranya, tapi ketika Jisung membantu mereka, Changbin tahu Jisung juga tidak berbeda dari Felix.
Hanya dengan melihat, Changbin tahu perasaan yang Jisung miliki sangat dalam. Akan sangat disayangkan jika mereka tidak bisa bersatu.
"Semoga dunia ini memberikanmu keajaiban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Byōyomi [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ Chenle tidak pernah mengira dirinya akan mendapat tamu yang sangat mengejutkan seumur hidupnya. ▶️JiChen / ChenSung / ChenJi ▶️NCT ⚠️BxB [211009] #1 in chenji (out of 2.12k stories)