EP 7

4.8K 619 9
                                    

Happy reading!
~~

Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, Gracia terbangun saat mendengar alarm ponselnya berbunyi. Gracia menyentuh dahinya dengan punggung lengan. Gracia dari semalam memang merasa tidak enak badan, dan benar saja pada pagi harinya ia demam. Semua ini karna perbuatan Shani semalam yang mendorongnya hingga ia tercebur kedalam air, dan parahnya Shani benar-benar meninggalkan Gracia. Maka dari itu Gracia terpaksa pulang dengan keadaan basah kuyup.

"ARGHH BENCI BANGET GW SAMA LO SHANI!" ucap Gracia mengacak rambutnya, namun tiba-tiba ponselnya berdering.

Sebuah nomor tidak dikenal muncul pada layar ponselnya. Gracia mengabaikan panggilan pertama, namun nomor tersebut kembali menelponnya terus-menerus. Karena kesal, Gracia segera mematikan ponsel miliknya lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah 35 menit berada dikamar mandi, akhirnya Gracia selesai membersihkan dirinya. Baru saja Gracia hendak memakai pakaiannya, suara bel apartemennya berbunyi. Gracia mengabaikan bel tersebut, ia masih dengan santai memakai pakaiannya. Begitu ia selesai, bel tadi sudah berubah menjadi ketukan terus-menerus. Gracia segera berlari untuk mengecek siapa orang yang mengganggu ketenangan paginya. Begitu Gracia sampai didepan pintu, ia segera membuka pintu tersebut.

"Kenapa hpnya dimatiin hm?!"

Gracia mematung ditempatnya karna Shani tiba-tiba ada diapartemennya dan berbicara dengan nada yang dingin kepadanya.

"K-kamu tau alamat aku dari siapa?"

"Lo belum jawab pertanyaan gw!"

"Tadi mau mandi, jadi aku matiin" jawab Gracia jujur.

"Sekarang ikut gw ke kantor!" ajak Shani menarik lengan Gracia, namun dengan cepat Gracia menolaknya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku!" ucap Gracia menirukan nada bicara Shani.

"Lo ga perlu tau!"

"Dasar egois!" ucap Gracia mendengus kesal.

Gracia hendak menutup pintunya, namun Shani lebih dulu masuk kedalam apartemen Gracia.

"Ngapain masuk?!" tanya Gracia dengan nada kesal.

Alih-alih menjawab pertanyaan Gracia, Shani berjalan pergi menuju balkon. "Waktu lo 15 menit buat siap-siap!"

Gracia berjalan kesal menghampiri Shani. Gracia memperhatikan punggung Shani, dan tiba-tiba sebuah ide jahat melintas begitu saja dikepalanya.

"Waktu lo tinggal 14 menit lagi! Dan jangan pernah berpikiran buat dorong gw, karna akhirnya yang bakalan ada dibawah sana itu lo bukan gw!" ucap Shani tanpa melihat kearah Gracia.

Gracia menelan ludahnya. "Aku gatau kalau amnesia bisa bikin seseorang jadi bisa baca pikiran."

Shani sontak membalikkan badannya saat mendengar perkataan Gracia, dan pada detik yang sama Gracia sudah berlari meninggalkan Shani. Shani kembali masuk kedalam kamar Gracia, ia melihat ponsel milik Gracia yang tergeletak diatas tempat tidur. Keadaan ponsel tersebut sudah kembali hidup dan Shani teringat sesuatu.

"Gee, nomor gw udh lo save?" tanya Shani setengah berteriak pada Gracia.

"UDAH!"

Shani mengeluarkan ponselnya dan menelpon Gracia untuk mengetahui namanya dikontak Gracia. Seketika ponsel Gracia menampilkan sebuah panggilan masuk dengan nama kontak 'penipu'.

Shani seketika membulatkan matanya, ia segera mengakhiri panggilan tersebut. Shani hendak mengganti nama kontaknya, namun ternyata ponsel Gracia terkunci.

"Gee, pin ponsel lo berapa?" tanya Shani begitu Gracia sudah berada dihadapannya, lengkap dengan kamera yang menggantung dilehernya.

Bukannya menjawab pertanyaan Shani, Gracia malah mengangkat kameranya dan memotret Shani.

LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang