Happy reading!
~~Masih dihari yang sama, Shani pergi meninggalkan ruangannya saat Gracia sudah merasa jauh lebih baik. Setelah mendengar penjelasan Feni, Shani mulai mencurigai Reynan. Shani memutuskan untuk pergi ke rumah sakit agar ia lebih yakin dengan apa yang dikatakan oleh Feni. Namun Shani tidak sengaja berpapasan dengan Orn. Shani bisa melihat wajah Orn yang menahan emosi. Shani memutar bola matanya malas harus meladeni Orn untuk saat ini.
"What do you want from me?" tanya Orn dengan nada marahnya.
(Apa yang kamu mau dariku?)"Nothing!"
"Really? Don't you make my personal photographer work for your company because you can control me freely?"
(Benarkah? Bukankah kamu membuat fotografer pribadi saya bekerja di perusahaan kamu itu agar kamu bisa bebas mengendalikan saya?)"Wow.. Who told you?" tanya Shani berpura-pura terkejut.
(Wow.. Siapa yang memberitahumu?)"You wouldn't know if I had eyes everywhere!" ucap Orn tersenyum meremehkan.
(Kamu tidak akan pernah tau jika aku mempunyai mata dimana-mana)"So you better stop playing your stupid game before i tell everyone that you're a mafia, a very stupid mafia, who only cares about money without thinking about it well!"
(Jadi kamu lebih baik berhenti memainkan permainan bodohmu itu sebelum aku memberitahu semua orang jika kamu adalah seorang mafia, mafia yang sangat bodoh, mafia yang hanya mementingkan uang namun tidak memikirnya dengan baik!)"So you already know.." ucap Shani mengangguk-angguk kepalanya.
(Jadi kamu sudah tau..)Shani melangkahkan kakinya mendekati Orn, mengikis jarak diantara mereka. Orn bisa merasakan tatapan Shani yang berubah menjadi dingin dan benar-benar berbeda dari sebelumnya, dan Orn akui jika tatapan Shani cukup mengintimidasinya.
"Miss you forgot one thing.." ucap Shani berbisik tepat pada telinga Orn, Orn sontak menatap tanya pada Shani.
(Kamu melupakan sesuatu..)"Mr. Patchanan!" ucap Shani sembari menyunggingkan senyumnya.
"My dad? Why?"
"Your dad used drugs"
"He would never do that!" ucap Orn mengepalkan tangannya.
(Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu!)"But he did, and now he's addicted" ucap Shani tersenyum.
"Wait.." Shani mengeluarkan ponsel miliknya dan melakukan panggilan video dengan Reynan.
Shani memperlihatkan ponselnya pada Orn. Orn seketika menutup mulutnya tak percaya melihat ayahnya disebrang sana sedang menghirup serbuk berwarna putih. Lalu layar ponsel itu berubah menjadi menampilkan seorang Reynan.
"You're too busy there, so I better accompany your dad here. It's okay right?" ucap Reynan tertawa disebrang sana.
(Kamu terlalu sibuk disana, jadi saya lebih baik menemani ayahmu disini. Tidak apa-apa kan?)Orn masih terdiam ditempatnya, sedangkan Shani berpamitan pada Reynan dan segera mengakhiri panggilan video tersebut.
"So who's the stupid here?" tanya Shani sembari memasukan ponsel miliknya.
Orn mengepalkan tangannya kesal, ia kesal pada Shani dan ia juga kesal pada dirinya sendiri karna bisa-bisanya ia terjebak dalam permainan Shani. Selama ini orang suruhannya selalu mengikuti Shani dan melaporkan jika Shani sangat menginginkan Orn untuk bergabung dengan perusahaanya karna Shani menginginkan sesuatu dari Orn.

KAMU SEDANG MEMBACA
LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]
Fanfiction"Kenapa rasa sakit ini ga ada habisnya?" "As long as you're here, I'll enjoy this endless pain" [28 Feb 2021 - 08 Agust 2021]