Happy reading!
~~Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, namun Shani belum juga tertidur. Setelah melewati malam yang panjang, Shani sibuk bergelut dengan ingatannya yang perlahan kembali. Shani mulai mengingat saat dimana Gracia terpaksa harus mengakhiri hubungan mereka karna diancam oleh Reynan. Shani juga mengingat malam dimana ia kehilangan ingatannya akibat kecelakaan. Shani belum mengingat semuanya, tapi untuk sekarang itu sudah merupakan suatu kemajuan. Namun yang membuat Shani kesal adalah proses bagaimana ingatan itu kembali.
Shani menatap langit-langit kamarnya, lalu menatap Gracia yang berada disampingnya. Shani bangkit dari tidurnya, dan mengambil posisi duduk menghadap Gracia.
"Gee aku udah inget semua tentang kita" ucap Shani dengan suara yang sangat pelan. Sekarang Shani sedang berlatih untuk memberitahu Gracia dan ingin meminta maaf karna ia sudah bersikap kasar pada Gracia.
"Pasti nanti kamu nanya kan 'kapan?', terus masa aku jawab pas semalem pas kita-" Shani langsung mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak tahu harus memberitahu Gracia dengan cara seperti apa, namun dengan cara apapun tetap saja akan terasa sangat memalukan. Tiba-tiba saja Shani merasakan pergerakan dari Gracia, Shani segera membaringkan badannya kembali dan berpura-pura tertidur. Dan benar saja, Gracia terbangun dari tidurnya.
Gracia perlahan membuka kedua matanya, beberapa menit Gracia hanya diam menatap langit-langit kamar. Namun seketika Gracia teringat dengan apa yang terjadi semalam. Sontak Gracia mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya, ia langsung menutup mulutnya terkejut. Gracia menoleh pada Shani yang masih tertidur disampingnya. Seketika pipi Gracia memanas, ia segera memungut pakaiannya dan memakainya kembali. Gracia masih merasakan sakit dibawah sana karna ulah Shani semalam, ia memaksakan langkahnya meskipun terasa nyeri. Gracia mengambil ikat rambut Shani yang berada diatas meja riasnya, lalu Gracia mengikat rambutnya asal. Gracia memperhatikan lehernya yang dipenuhi bekas kemerahan karna perbuatan Shani, namun tak hanya dileher, Gracia juga menemukan tanda kemerahan itu di dadanya. Gracia hanya bisa menghela nafasnya, lalu kembali menuju tempat tidur.
Gracia kembali berbaring menghadap Shani, memperhatikan setiap detail wajah Shani. Lalu sebuah sebuah senyuman muncul begitu saja di wajah Gracia, ia sangat beruntung karna ia kembali dipertemukan dengan Shani, orang yang sangat ia cintai.
"Shani bangun.." ucap Gracia menepuk pelan pipi Shani.
Shani perlahan membuka matanya, ia sedikit menggeser badannya mendekati Gracia dan berakhir menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Gracia. Gracia tidak keberatan dengan hal itu, ia mengusap lembut kepala Shani. Shani mencium sekilas leher Gracia dan kembali memejamkan matanya.
"Masih sakit?" tanya Shani pelan, namun masih bisa didengar oleh Gracia.
Shani merasakan Gracia mengangguk dikepalanya.
"Maaf.."
Gracia mengerutkan keningnya, ia sedikit menarik dirinya untuk melihat Shani.
"Tumben" ucap Gracia menatap aneh pada Shani.
Gracia hendak bangkit dari tidurnya, namun Shani dengan cepat menahannya. Shani menarik Gracia kedalam pelukannya.
"Kamu ga akan ngantor?" tanya Gracia setelah melihat jam yang sudah hampir menunjukan pukul 8 pagi.
"Mau, nanti aga siangan"
Shani seperti teringat sesuatu, ia mengambil ponsel miliknya yang berada di meja dekat dengan tempat tidurnya.
"Rekaman tentang kontrak kerja yang aku dapetin pas di kolam renang itu ada di hp ini, kalau kamu mau apus, apus aja." ucap Shani menyerahkan ponsel miliknya pada Gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]
Fanfiction"Kenapa rasa sakit ini ga ada habisnya?" "As long as you're here, I'll enjoy this endless pain" [28 Feb 2021 - 08 Agust 2021]