Jangan lupa vote dan komennya ya~~~~
Joy melepaskan kacamata yang ia kenakan. Lalu dia duduk di mejanya dan menyenderkan tubuhnya di kursinya. Wajahnya benar menampilkan wajah lelahnya. Kasus hari ini menguras fisik dan pikirannya. Bahkan hasil dari penyelidikkannya tidak membuahkan hasil yang memuaskan Joy sebagai salah satu detektif paling disegani di negeri Gingseng tersebut.
" Kasus pembunuhan paling rumit yang pernah aku tangani selama karirku disini " gumam Joy. Joy berusaha tidak begitu memikirkannya dan menghilangkan pikirannya dengan beristirahat sejenak dengan tidur.
" Kau memiliki darah spesial rupanya nona. " seorang tabib berkata secara spontan pada Joy yang berada di sana. Teman-temannya, termasuk Irene menatap Joy yang menatap tabib itu dengan tatapan tidak paham.
" Ne? Maksud anda apa ya? " tanya Joy.
Tabib itu tersenyum pada Joy, " Kau pasti salah satu yang tidak percaya dengan kehadiran Vampire disini bukan? " tanyanya.
" Vampire itu cuman fiksi bukan? Kenapa saya harus percaya akan kehadiran Vampire di sekitar saya? " tanya Joy.
" Tidak... Kau boleh tidak mempercayainya. Tapi, ada satu hal yang perlu kau ingat. Vampire tertinggi tengah mencarimu. Hati-hati terhadap orang sekitarmu. Jika Vampire tertinggi sudah menemukanmu, jangan berharap kau bisa lepas darinya. " jelas tabib itu pada Joy.
" Joy. "
" Joy. "
" Joy! "
Joy terbangun dengan keadaan terkejut dan menatap Irene yang sudah berada di sampingnya ini. " Ada apa? " tanya Joy pada Irene. Joy tengah menetralkan penglihatannya sebelum berbicara pada Irene.
" Kita harus pergi. " ucap Irene.
" Kemana? " tanya Joy.
" Kau tahu tabib yang mengatakan kau memiliki darah spesial? Dia ingin menemui kita berdua. " ucap Irene.
Joy menatap Irene dengan tatapan tidak percaya. " Just us? " tanyanya memastikan ucapan Irene padanya.
Irene mengangguk sebagai responnya. " Yup. Just us. " ucap Irene.
Joy dengan berat hati mengikuti ucapan Irene. Lalu dia berjalan dengan lunglai menuju kamar mandi di lantai 2 kantornya untuk mencuci mukanya.
" Biarkan aku mencuci muka terlebih dahulu. " ucap Joy pada Irene.
" Okay. Aku tunggu dibawah dalam 10 menit ya. " ucap Irene pada Joy yang sudah berlalu dari hadapannya itu. Joy cuman mengangkat jempolnya sebagai balasan ucapan Irene.
Joy tengah mencuci mukanya di kamar mandi, dia juga membasahi rambut hitamnya. Dia masih mengantuk sejujurnya, tapi karena dia harus ikut dengan Irene, mau tidak mau dia menunda waktu istirahatnya.
" Apa tabib itu ingin membicarakan tentang Vampire lagi? Bukankah aku bilang aku tidak percaya seperti itu?? " gumam Joy. Joy membasuh mukanya sekali lagi sebelum dia mengeringkannya dengan handuk yang ada di loker miliknya.
Saat Joy menatap cermin yang ada di depannya, dia melihat wajahnya, dengan mata kirinya berwarna merah. Dia tersenyum sinis di depan cermin, mata kanannya tetap berwarna biru, tapi sebelah kirinya berwarna merah. Terjadi lagi?
" Special blood he said? Sigh. " ucapnya sinis. Joy memejam kedua matanya, lalu beberapa detik kemudian dia melihat lagi ke cermin kedua matanya sudah kembali normal.
Joy menemui Irene yang berada di bawah setelah dari kamar mandi lantai 2. Irene tengah berbicara dengan teman mereka saat Joy menghampirinya.
" Oh sudah selesai? " tanya Irene yang melihat Joy datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WenJoy One Shoot, Two Shoot and Multishoot. [WenJoy]
FanfictionCuman sekumpulan cerita WenJoy mulai dari One Shoot, Two Shoot sampe Multishoot. Upload kalau inget + ada ide.