Bab 43

618 33 0
                                    

Selamat membaca

Jangan lupa vote ya

Maaf masih banyak typo🙏


Alex tak pernah menyangka betapa bodohnya mereka berempat, setelah kejadian mereka diusir oleh penjaga kos Rara karena membuat keributan didepan kamar gadis itu, mereka dengan bodohnya duduk dipinggir jalan didepan kos Rara. Arga tidak mau sedikit pun beranjak, ingin tetap disini menunggu gadis itu.

Padahal Saras sudah ikut bersama mereka, gadis itu sudah mengatakan bahwa Rara sudah tiga Hari tidak pulang. Tapi tidak sedikitpun Arga gubris.

Mereka sebenarnya sudah kelaparan tapi tidak mau meninggalkan Arga sendirian jika tidak ingi membuat masalah lagi.

Sedangkan Cakra sibuk menghubungi setiap orang yang bisa saja berhubungan dengan gadis itu. Bodoh sih kelihatannya, karna Rara hanya akrab dengan mereka. Tapi kata Cakra dari pada diam saja, dia menghubungi tantennya pemilik tempat Rara bekerja, minta tolong agar bertanya kepada semua pegawainya, tetapi hasilnya nihil. Tidak menyerah dia juga menghubungi tim olimpiade gadis itu, Bastian, dan juga Disty, respon mereka jelas saja terkejut, mereka tidak dekat dengan Rara.

"Ada hasil Cak?" Tanya Saras.

Cakra mengeleng kepalanya, Arga kelihatan sangat terpukul, tidak memperhatikan lagi penampilannya, menyesap keras rokok ditangannya, sudah lebih dari sebungkus dihabiskannya. Mereka berempat tidak berani mendekati Arga atau mengajak bicara.

Arga berada didepan mereka, sedangkan keempatnya berada agak jauh dari lelaki itu, padahal jam sudah menujukan pukul 7.00 WIB. Seharusnya setelah badan mereka letih sehabis pertandingan harunya sudah istirahat, bahkan mereka berempat bolos, pelatih pasti akan marah pada mereka, karena tidak ikut acara kemenangan sekolah.

Mereka tidak tau mencari Rara kemana lagi, putus asa hingga berakhir didepan kos Rara. Anak kosan Rara mengerit bingung melihat mereka tidak beranjak dari sana mulai dari siang hingga menjelang malam.

"Sampai kapan kita disini?. Tetap disini juga Rara gak bakal ketemu. Mending Lapor polisi aja". saras berbisik pelan takut didengar Arga.


"Iya Lex. Mending lapor polisi biar pencarian Rara cepat" sahut Cakra juga berbisik.

Gilang sejak tadi diam tidak berani berkomentar, dia takut kembali memancing amarah Arga.

Alex berpikir sejenak menyiapkan Hatinya, berjalan pelan menuju Arga.

"Ga. Sebaiknya kita lapor polisi aja. Biar Rara cepat ketemu" kata Alex berdiri didepan Arga.

"Ga. Lo dengar gue?"

Arga tidak menyahut, pikirannya sedang kacau, dia sedang memiliki banyak masalah sekarang.

"Ga. Kita disini juga Rara gak ada hasil. Mending kita sekarang kekantor polisi".

Alex mencoba menepuk pundaknya, menyadarikanya, sepertinya Arga sedang melamun.

Cakra ikut bergabung bersama mereka "Ga. Ayo, kita lapor aja, biar Rara cepat ketemu" Cakra memohon pada Arga.

Mendengar desakan temannya, Arga kembali sadar, jika hanya berdiam diri, mereka tidak akan menemukan Rara, isi kepalanya sekarang hanya mencemaskan kondisi perempuan itu.

Ketika Arga hendak menaiki motornya, ponselnya kembali berdering, sejak siang dia mengacuhkan nya tidak mau diganggu. Berpikit jika Tim basket yang menghubunginya.

"Ga. Hape lo bunyi terus. Coba diangkat mana tau penting" sahut Saras pelan.

Arga menghembuskan nafasnya pelan, megusap layar ponselnya. Mengangkat telpon dengan malas. Arga sudah bertekan jika orang yang menghubunginya dari Tim basket maka dia akan memaki sipenelpon, karena sejak siang nomot itu sudah sibuk menghubunginya.

Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang