Bab 45

640 30 0
                                    


Selamat membaca

Jangan lupa Vote ya😀
Maaf masih banyak typo.


Karin duduk dengan wajah tengang, ruangan ini hening tanpa suara, Rara sudah tidur sejak tai mungkin karena obat efek obat tidur.

Tapi Dia bingung kenapa Empat lelaki ini masih berada diruangan ini, padahal sudah tengah malam, setelah perempuan bernama Saras diantar oleh Gilang, lelaki itu membawa baju dan peralatan mandi. Mereka mandi bergiliran, dan sekarang semuanya sibuk bermain hape, seperti mengangapnya tidak ada disini. Jangan lupa mereka menanggap ruangan ini seperti rumah sendiri, tidak pernah segan atau malu pada dirinya.


Karin merasa sedikit kesal, jika disekolahnya dia sebagai primadona, rebutan para lelaki, tetapi hal itu tidak berlaku pada keempat lelaki yang berada didepan nya, biasanya para cowok akan selalu mencuri kesempatan berdekatan dengannya. Tapi pesonanya seakan luntur pada empat cowok tersebut.




"Hmmmm. Maaf. Kalian gak pulang?" Karin bertanya dengan nada pelan, takut menganggu.

"Gak mungkin kita balik. Siapa yang jaga Rara disini". Cakra mengalihkan pandanganya dari hape.


Sebenarnya ketiga teman Arga ingin segera pulang untuk tidur, tapi lelaki bernama Arga Wiranta bersikeras tinggal menjaga Rara. Mau tidak mau mereka juga harus ikut, jika tidak Arga pasti membuat ulah.

"Ada suster yang jagain. Aku jamin Rara gak akan kenapa-napa"

"Kalo lo gak terima. Gue bisa pindahin Rara sekarang juga kekamar lain". Balas Arga sarkas.

"Bukam. Bukan gitu maksud aku biar kalian gak repot aja".




Karin untuk kesekian kalinya terkejut melihat reaksi Arga setiap kali berhubgan dengan Rara, dinilai dari penampilannya, dia tau Arga orang kaya, penasaran bagaiman bisa Arga begitu mencitai Rara yang terkesan sangat biasa saja.

"Aissh. Lo tenang dikit napa?. Nanti Rara bangun". Alex protes karena suara Arga lumayan keras, tidak mau membuat Rara terbangun.

Arga mendengus tak suka, kembali fokus pada ponselnya.

"Kamu?. Pacarnya Rara ya?. Udah lama pacarannya?. Kok bisa pacaran sama Rara". Karin tiba-tiba bertanya, perempuan itu tidak bisa menekan Rasa penasarananya.

Mereka semua mengalihkan pandangan yang semula bermain hape lalu menatap tajam pada Karin. Karin jadi salah tingakah karena ditatap seperti itu.

"Maksud lo apa?" Tanya Arga tak suka.

"Eh. Maaf. Aku cuman penasaran aja". Karin memberikan senyuma manisnya.

"Lo gak usah urusin hidup orang. Hubungan lo sama Rara sebatas tanggung jawab. Kalo Rara ngak nyaman sama lo. Gue bakalan pindahin dia dari sini". Kalimat Arga penuh Ancam membuat Karin yang tersenyum salah tingakah, menjadi takut, wajahnya tiba-tiba pucat. Akhirnya karin memilih diam.



"Lo jangan takut, teman gue emang gitu, kadang gak ada O nya" kata Cakra bercanda. Dia tidak tega melihat wajah Karin pucat.


"Maaf aku sudah lancang"

"Bdw. Lo anak mana?. Kelas berapa?"

"Aku sekolah di SMA Merdeka, kelas XI"

"Sama dong, kita juga kelas XI, anak Tunas Bangsa"

"Sekelas sama Rara ya?"


"Iya. Dari kelas X malah".

"Oh. Berarti udah akrab ya?".

Obrolan mereka berhenti, saat Rara bangun dari tidurnya, mencoba turun dari ranjang.

"Kenapa?. Perlu sesuatu?" Tanya Arga yang sudah berdiri disamping Ranjangnya.

"Mau ketoilet"

"Yah udah Gue bantu"

"A-aku bisa sendiri Ga"

Arga tidak mendengarkan Rara, merangkul pelan pundaknya, berjalan menuju toilet mendorong pelan tiang infusnya, menemani hingga masuk.

"Kalo udah selesai panggil gue"

Rara hanya mengangguk, Arga keluar berdiri didepan pintu, pintu toilet tidak dikunci.

Arga membantu membaringkan Rara dengan hati-hati, agar infus gadis itu tidak terganggu. Dokter kembali memasang infus pada Rara, karena Rara kurang Cairan. Dia tidak Nafsu makan, sehingga dokter menyarankan diinfus kembali.


"Minum dulu". Arga menyerahkan air hangat pada Rara.

"Kalian gak pulang?"

"Gak. Mau disini nemani lo"

"Nanti tidur dimana?. Sofanya muat?"

Diruangan hanya ada 3 sofa, satu yang panjang, dua lagi hanya sofa berkuran kecil yang muat dua orang.

"Gak usah dipikirin. Lo tidur aja"

Rara mengangguk tidak mau mebantah lagi.
Arga mengusap pelan rambut Rara, agar kembali tidur. Rara tersenyum merasa tenang, tidak lama matanya terpejam.




"Udah tidur?" Tanya Cakra. Arga hanya mengangguk.

"Lo bisa minta bed tambahan gak?" Tanya Cakra pada Karin.

"Kalian serius tidur disini?"

"Iyalah. Kita gak mau ninggalin Rara sendirian disini" kata Cakra kembali.

"Aku bisa minta tambahan bed. Cuman pasti bakalan gak nyaman". Jelas karin.

"Gak masalah. Kita mau tidur, sebaiknya lo balik aja. Kita aja yang jagain Rara".

"Oh oke. Sebentar aku telpon susternya dulu"

"Bilang masuk ruangan pelan. Gue gak mau Rara bangun lagi" kata Arga.

Karin mengangguk cepat, masih takut melihat Arga.


Empat orang perawat laki-laki masuk dengan pelan, membawa karpet dan 3 bed pesanan cakra. Arga akan tidur disamping ranjang Rara setelah memindahkan sofa panjang itu dengan pelan.

"Itu Karpetnya dari ruangan bokap gue. Kalian bisa pake".

"Oke thanks" jawab Cakra.

"Kalo gitu gue balik dulu"

Mereka mengangguk, memutuskan segera tidur sudah mengantuk dan lelah.

Sedangkan Arga masih tetap terjaga, takut jika Rara perlu sesuatu, memilih bermain game diponsel, sesekali berdiri memeriksa keadaan gadis itu.






Tbc😊

Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang