23. Bekal

35 4 0
                                    

Ragya POV

Udah hampir 2 mingguan kak Yeira bolak-balik studio dance dan kosan, dan 2 minggu itu lah kak Yeira hampir enggak kemasukan makan sama sekali. Bahaya emang. Akhirnya kita berlima mutusin buat bawain kak Yeira bekal.

Kayak siang ini, sebelum kak Yeira berangkat pergi ke studio dance lagi, kak Citra nyempetin masak nasi goreng ditambah telur buat bekal kak Yeira.

"Ini apa?" tanya kak Yeira setelah kak Citra ngasih bekal ke dia.

"Bekal buat lo kak," jawab kak Citra.

"Tapi mungkin di sana gue enggak terlalu laper," kata kak Yeira yang mungkin berusaha menolak dibawakan bekal.

Gue, kak Reska sama kak Yura memblokade pintu kosan biar kak Yeira enggak kabur tanpa nerima bekal buatan kak Citra.

"Badala penjaga pintu kosan," kata gue.

"Balada Ragya sayang," kata kak Reska.

"Typo lo Rag," kata kak Yura.

"Eh iya, maap," kata gue.

Kita merentangkan tangan biar kak Yeira enggak keluar dulu dari kosan. Pokoknya kak Yeira baru boleh keluar kosan kalau dia nerima bekal buatan kak Citra. Kak Yeira cuman bisa menghela napas dan menerima bekal buatan kak Citra.

"Jangan ngeyel gitu napa?" omel kak Laras.

"Iya deh, gue berangkat dulu," pamit kak Yeira.

Kita bertiga udah enggak ngeblokade pintu kosan. Gue ngeliat ke jam dinding kosan, udah jam 13.30. Waktunya gue buat shalat dhuhur dulu, kemudian tidur siang.

"Mau kemana Rag?" tanya kak Reska.

"Sleep," jawab gue.

Gue pergi ke kamar buat wudhu dan habis itu shalat dhuhur. Selesai shalat dhuhur, gue nyalain alarm handphone dan gue mulai tidur siang.

Baru 1 jam gue tidur, tiba-tiba ada suara berisik dari jendela kamar gue. Gue langsung bangun dengan kondisi yang masih setengah sadar.

Gue berjalan mendekati jendela dan kemudian membuka kaca jendelnya. Gue menoleh ke arah kanan dan kiri buat nyari penyebab suara berisik itu.

"Oh, lo bangun tidur Rag?" tanya kak Yuda yang ada di rooftop kosan Tampan.

Gue langsung mendongak ke atas dimana kak Yuda sedang memegang kerikil kecil. Mata gue langsung melotot.

"Stress lo kak ngelempar kerikil ke kaca jendela kamar gue," gerutu gue.

Kak Yuda menyengir dan berkata, "Maaf, maaf, enggak bakal gue ulangin deh."

"Jadi, apa mau lo wahai kak Yuda?" tanya gue.

Kak Yuda menyeringai. Ngeliat kak Yuda menyeringai rasanya ngeri-ngeri sedep gimana gitu.

"Stress sih ini salah satu kakak kosan Tampan," batin gue.

"Gue mau nanya--"

"Oke, kalau lo mau nanya kak Yeira udah pulang apa belum atau pertanyaan lainnya tentang kak Yeira, gue bakalan jawab belum dan enggak," jelas gue sambil menutup jendela kosan dengan agak kasar karena kesal dengan kak Yuda.

Gue enggak terlalu peduli kalau kak Yuda mau marah apa enggak, yang penting gue mau tidur siang dulu. Tidur siang seorang Ragya tidak boleh diganggu.

···············

DUBRAKK

"HAH?!" Gue kaget karena ada orang yang ngedobrak pintu kamar. Gue yang masih setengah sadar langsung menoleh ke pintu dimana kak Reska berdiri dengan santainya di depan pintu kamar gue.

Kosan DiversoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang