24. Stress

39 5 0
                                    

Ragya POV

"Ha?" kata kita berlima yang kebingungan setelah ngeliat reaksi kak Yeira yang antusias sama senang itu.

Kak Yeira duduk di sofa. Reaksinya yang tadi sama moodnya yang tiba-tiba itu cukup ngebuat kita berlima agak ngeri dan takut sama kak Yeira. Padahal kalau pas pulang dari studio dance, kak Yeira pasti bakalan lemah, letih, lesu.

"Bekal buatan lo Cit, tadi gue makan pas selesai latihan dan rasa capeknya enggak secapek kayak kemarin," jelas kak Yeira dengan antusias.

"O-oh, ya, makasih," kata kak Citra yang masih shock sama perubahan mood kak Yeira.

"Kayaknya kak Yeira lemah, letih, lesu karena laper deh," bisik kak Reska ke kak Laras yang masih bisa gue denger.

"Iya sih Res," jawab kak Laras.

Kita berlima ngeliatin kak Yeira yang auranya kayak lumayan cerah gitu. Kak Yeira tersenyum sambil menunjukan eye smilenya. Kita berlima sedikit bergidik ngeri sama kak Yeira.

"By the way kak Yei, kapan selesai latihan dancenya?" tanya gue.

"Mungkin 2 minggu lagi," jawab kak Yeira sambil mengambil jatah mie goreng Jawanya.

Gue mengangguk paham dan lanjut makan mie goreng Jawa. Selesai makan mie goreng Jawa, kita berenam ngobrol santai di ruang tamu sampai jam 18.23. Kak Yeira ke kamarnya, mungkin kak Yeira mau mandi sama istirahat.

Gue pergi ke kamar buat wudhu dan habis itu shalat maghrib. Selesai shalat maghrib, gue rebahan di kasur sambil nonton anime lewat handphone.

TAK TAK TAK

Gue langsung mengalihkan perhatian ke jendela kamar. Ada bunyi yang aneh dari sana. Badan gue langsung panas dingin karena takut kalau ada apa-apa.

"Udah lah biarin aja, paling nanti berhenti sendiri," batin gue.

Gue lanjut nonton anime dan menghiraukan suara aneh yang berasal dari jendela kamar. Selama beberapa menit suara aneh yang dari jendela kamar udah berhenti.

Gue langsung bernapas lega. Akhirnya gue lanjut nonton anime dengan damai.

20 menit kemudian, gue denger suara aneh itu lagi dari jendela kamar gue. Gue menatap jendela kamar gue dengan tatapan bingung dan heran.

"Itu setan mau ngapain dah?" Gue lanjut nonton anime. Suara mencurigakan itu hilang lagi. 2 kali kedengeran suara aneh dengan jeda waktu yang sedikit lama. Gue nonton anime dengan perasaan takut dan was-was karena suara aneh dari jendela kamar gue.

Gue langsung ngeluarin jurus doa ayat kursi biar enggak diganggu.

"Aamiin," kata gue.

Jeda 40 menit dan suara aneh itu kedengeran lagi, tapi yang kali ini temponya agak lebih cepet. Hal itu langsung ngebuat jantung gue deg-degan karena takut. Badan gue awalnya udah normal jadi panas dingin lagi. Habis itu suara anehnya hilang lagi.

"Astaghfirullah, ini siapa coba yang mau ngirim gue santet?" Gue berusaha tenang setelah mendengar suara aneh itu untuk ketiga kalinya.

Gue jadi enggak bisa fokus buat nonton anime. Akhirnya gue taruh handphone di kasur dan gue jaga-jaga kalau suara aneh itu kedengeran lagi.

Jeda 1 jam dan suara aneh itu muncul lagi dengan tempo yang semakin intens dan kenceng.

TAK TAK TAK TAK

Gue sedikit menggeram. Suara aneh itu ngebuat gue kesel dan hampir marah. Gue berjalan ke jendela kamar dengan emosi yang udah naik ke ubun-ubun gue.

Gue langsung ngebuka jendela kamar dengan agak kasar. Siapa sih yang malem-malem ngebuat suara aneh kayak gitu?

"WOI SIAPA SIH YANG--ADUH!" Gue langsung megang kepala yang terkena lemparan kerikil. Entah dari mana kerikil itu dilempar.

"Eh, sorry Rag." Gue mendongak ke atas dan ngeliat kak Yuda yang lagi berdiri di pinggir rooftop kosan Tampan sambil ngebawa beberapa kerikil. Gue mencengkeram pinggiran jendela dengan kencang sambil berusaha menahan amarah.

"KAK YUDA STRESS!!" teriak gue dengan kesal.

Kak Yuda ngasih isyarat buat gue biar enggak teriak-teriak dan diem, tapi gue udah terlanjur teriak buat meluapkan rasa kesal gue ke kak Yuda.

Gue mengambil salah satu kerikil yang enggak sengaja masuk ke kamar gue. Gue membidik kak Yuda.

"Bismillah, headshot." Kerikil yang gue lempar kena ke jidatnya kak Yuda yang waw dan paripurna itu. Kak Yuda langsung jatuh ke belakang.

"Makan tuh kerikil. Kena jidat kan?" Gue langsung menutup jendela dengan agak keras karena masih kesal sama kak Yuda yang ngelempar kerikil ke jendela kamar gue.

"Ragya!" panggil kak Yuda.

Gue menghiraukan panggilan kak Yuda dan lanjut nonton anime di handphone.

"Ragya!" panggil kak Yuda lagi.

Lama kelamaan nyebelin juga kalau kak Yuda enggak berhenti-berhenti manggil nama gue. Gue berjalan ke jendela dan ngebuka jendela kamar.

"APA?!" seru gue.

Kak Yuda menyengir. Gue yang ngeliat cengiran kak Yuda yang tampan bukannya terpukau atau meleleh, tapi rasanya pengen gue sleding kepalanya karena kesal.

"Lo yang suka sama kak Yeira, tapi malah gue yang ribet. Cih, jinjja?" Gue menatap kak Yuda dengan jengkel. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum.

"Cepet, lo mau bilang apa? atau lo mau tanya apa?" tanya gue ke kak Yuda.

Kak Yuda keliatan sedikit berpikir. Gue menatap kak Yuda dengan ekspresi datar. Jari gue mengetuk-ngetuk pinggiran jendela sambil menunggu kak Yuda yang sedang berpikir.

"Ahhh, gue tau," kata kak Yuda.

Jari gue berhenti mengetuk-ngetuk pinggiran jendela. Gue langsung mengalihkan perhatian ke kak Yuda.

"Gue mau--"

"Ash kelamaan, bye." Gue langsung menutup jendela dan gorden. Gue langsung ke kamar mandi buat wudhu dan kemudian shalat isya. Selesai shalat isya, kak Yuda masih manggil-manggil nama gue.

Gue menghiraukan kak Yuda yang lagi manggil-manggil nama gue. Gue ngeliat ke jam dinding kamar, udah jam 20.23.

Gue memutuskan buat tidur karena mata gue udah enggak kuat. Gue langsung menjtuhkan diri di kasur dan kemudian memejamkan mata.

Selama beberapa menit, gue masih denger kak Yuda yang lagi manggil-manggil nama gue. Alhasil gue enggak bisa tidur dan cuman bisa pindah posisi terus biar bisa tidur.

"Ragya!" panggil kak Yuda.

"Ragya!" panggil kak Yuda lagi.

"Aghhh." Gue bangun dan mengacak-acak rambut karena jengkel sama kak Yuda yang enggak berhenti-berhenti buat manggil nama gue.

Gue berjalan ke jendela kamar, kemudian ngebuka gorden dan jendela. Gue melongokkan kepala, lalu mendongak ke atas melihat kak Yuda.

"Diem kak Yuda," suruh gue.

"Tapi dengerin gue dulu," kata kak Yuda.

Gue menghela napas. "Oke, gue dengerin."

"Yei--"

"Kak Yeira masih sibuk sama latihan dancenya. Jadi, kalau mau ketemu kak Yeira, mending kapan-kapan aja," jelas gue.

Gue langsung menutup jendela dan gorden, kemudian kembali ke kasur untuk tidur.

----------------------

Kosan DiversoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang