21

806 96 0
                                    

Undangan sudah disebarkan, informasi mengenai Juyeon dan Sihyeon sudah menyebar luas. Bagaimana tidak berita ini menjadi topik hangat yang sedang dibicarakan oleh masyarakat, karena keluarga Juyeon dan Sihyeon merupakan seorang pebisnis kaya. Juyeon akhirnya menyerahkan dirinya untuk menikahi Sihyeon demi tertangkapnya pelaku itu dan mengakhiri semua kebohongan ini.

Rasanya begitu berat menyaksikan semua ini, terutama raut wajah polos didepannya. Menampilkan senyum manis penuh kebohongan. Juyeon sangat muak, rasanya ingin pergi dari tempat ini sekarang juga.

"Yeobo!! Aku tidak sabar dengan hari pernikahan kita. Begitu setelah kita menikah, anak kita akan lahir ke dunia ini." ucapnya penuh antusias, seperti biasanya memasang senyuman sebaik mungkin seakan-akan sedang tidak menutupi sesuatu.

"Apakah dia mirip aku atau ayahnya? Aku tidak bisa menunggu hari itu hadir" dilihat semburat wajahnya memerah, menyiratkan penuh kebahagiaan. Kebahagiaan yang palsu.

Juyeon memalingkan wajahnya muak, ia pun juga tak bereaksi apapun setelah tau apa yang terjadi. Tapi sebenarnya ini imbas bukan? Juyeon yang memulai kebohongan ini, lalu Sihyeon juga mempunyai kebohongannya sendiri. Lantas, mengapa ia harus merasa kecewa? Bukan maksudnya mulai memiliki perasaan, hanya saja ia merasa kecewa karena telah dibohongi. Tapi, jika Sihyeon mengetahui kebohongan Juyeon juga ia pasti merasakan kekecewaan itu bukan? Ini memang sudah imbas.

"Sayang. Apa kau sudah menyiapkan jadwal bulan madu kita?" tanyanya antusias dengan mata yang berbinar. Tetap saja Juyeon tak merespon, pikirannya entah kemana perginya tak kenal arah.

"Ah maksudku, liburan kami. Karena kita akan mengajak calon buah hati kita, benar?"

Rasanya Juyeon ingin muntah saat itu juga mendengar kata 'calon buah hati kita'. Yang benar saja? Juyeon tak memikirkan hal itu. Juyeon beranjak dari duduknya, berjalan menuju balkon di gedung mewah yang akan menjadi lokasi pernikahan mereka. Juyeon mengedarkan pandangannya melihat pemandangan indah di luar gedung ini. Rasanya begitu lebih nyaman dan sejuk, mampu mengurangi segala rasa muak yang mengerubungi.

Seketika Juyeon teringat dengan saran yang diberikan oleh Eric untuk mencari siapa sebenarnya yang menghamili Sihyeon. Juyeon memikirkan hal ini berkali-kali namun tetap merasa tidak yakin dengan hasilnya.

Ia kembali masuk menghampiri Sihyeon yang sedang sibuk memilih dekorasi bunga untuk pernikahannya.

"Sihyeon.." panggilnya.

Sihyeon pun menoleh lalu tersenyum, "Ada apa?"

"Nanti malam ayo menginap di rumahku! Kau pasti sudah lama tak menginap bukan?"

Bola mata Sihyeon tampak berbinar, "Wah, mengapa tiba-tiba sekali?"

Juyeon tersenyum, matanya menatap sembarang arah seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Kemudian menatap Sihyeon lagi dengan tatapan yang berhasil membuat wanita itu tersipu malu. "Aku merindukan pelukan hangat yang kau berikan saat kau menginap di rumahku. Jadi bagaimana?"

Sihyeon hanya tersenyum malu.

"Sekalian latihan bukan? Aku juga akan menunjukkan beberapa tempat yang belum kau ketahui agar kau nantinya terbiasa. Karena kau juga sudah lama tak pulang, maka ingin aku tunjukkan." Jelas Juyeon lagi.

"Baiklah! Setelah dari tempat ini, antarkan aku pulang dahulu. Aku tidak membawa pakaian ganti." Pinta Sihyeon.

"Tenang saja, akan ku belikan pakaian baru untukmu. Lagi pula pakaian lamamu pasti tidak akan muat lagi kan?

"Tunggu disini, akan ku belikan kau beberapa pakaian dan kebutuhanmu lainnya."

Sihyeon tersenyum lalu bangkit dari posisi duduknya mendekati Juyeon dan kemudian memeluknya. "Terimakasih, sayang!"

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang