18

1.3K 149 36
                                    

tw//

chapter ini mengandung kata-kata kasar. dimohonkan untuk para pembaca untuk bijak dalam membaca demi kenyamanan penulisan work ini.

Besok, Juyeon dan Hyunjae memutuskan untuk berangkat ke luar negeri untuk menyiapkan pernikahannya. Namun, sebelum itu Juyeon harus menyelesaikan urusannya.

"Pikirkan sekali lagi, apa kau benar-benar yakin untuk melakukan ini, Juyeon?"

Juyeon menoleh, lalu menangkup kedua pipi Hyunjae. Lalu mengangguk meyakinkan, "Akan aku pastikan, semuanya selesai dan kita bisa bersama sampai waktunya kita mati"

Mata Hyunjae berkaca-kaca. Bisa dilihat tatapan serius dari kedua manik mata seorang Lee Juyeon. Sebentar lagi, ia akan menjadi bagian dari keluarga Lee.

Namun, di dalam lubuk hati Hyunjae, ada rasa bersalah yang menyelimutinya. Masih memikirkan bagaimana perasaan Sihyeon yang sudah dikhianati bertahun-tahun oleh Juyeon. Jika boleh jujur, Juyeon sangat jahat. Tapi bodohnya, Hyunjae tetap mencintai pria itu.

Entah mengapa, saat pertama kali Hyunjae bertemu dengan Juyeon di sebuah bar, ia melihat seorang pria di meja bar terkulai lemas. Hyunjae menghampiri orang itu lalu menggoyangkan badannya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Pria itu mengerang. Wajahnya masih tenggelam di atas tumpukan kedua lengannya.

"Hei?"

Juyeon menegakkan badannya, menatap Hyunjae dengan tatapan sayu.

Orang ini tampan juga.

Juyeon tersenyum menyeringai "Mengapa kau melihat ku seperti itu, ha?

"Kau mengasihaniku yang terpuruk ini, iya?" Lalu Juyeon tertawa hambar.

Sekejap kemudian, tawanya mereda. Kembali terdengar suara dentuman musik yang memenuhi bar saat malam itu. Juyeon menunduk, matanya tertutup oleh rambutnya yang berantakan. Badannya dimajukan, keningnya kini mendarat pada bahu Hyunjae.

"Ya! apa yang terja—" Hyunjae baru saja ingin menjauhkan bahunya, namun tangan besar itu menghalangi pergerakan Hyunjae. Juyeon mencengkram kedua pergelangan tangan Hyunjae.

"Tolong jangan pergi...

"Aku ingin tetap seperti ini"

Juyeon terisak.

Ia menangis? Batin Hyunjae.

"Mengapa kau—"

"Aku tidak tahu apakah hidupku akan lama lagi?" Juyeon bangkit dari posisinya, menayangkan matanya yang sudah memerah. Wajahnya penuh dengan air mata dan berantakan. Bisa dilihat dari raut wajahnya yang memiliki beban yang sangat menghantam kehidupannya sekarang.

"Bisa kah kau menghiburku?"

Hyunjae menelan salivanya kasar. Tatapannya tak pernah lepas dari tatapan sendu itu. Entah mengapa, saat itu juga hati Hyunjae sangat sakit saat melihat wajah Juyeon yang hilang harapannya.

"Bawa aku" pinta Juyeon sebelum akhirnya ambruk pada pelukan Hyunjae.

Begitulah kira-kira pertemuan pertama mereka yang berakhir di apartemen Hyunjae, yang bisa dikatakan itu adalah pengalaman pertama untuk Hyunjae di malam itu.

Hyunjae sudah kehilangan harta berharganya.

Namun menurutnya, itu memabukan dan candu.

Bahkan Juyeon menyadari perlakuannya pada malam itu. Dan saat itu juga, Juyeon menyatakan semuanya. Tentang masalah hidupnya yang akan segera menikah dengan orang yang tidak ia cintai dan juga—menyukai Hyunjae pada detik pertama saat ia mabuk di bar kala itu. Gila bukan?

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang