7

2K 201 5
                                    

Bel apartemen berdenting sebanyak tiga kali berturut-turut. Pemilik apartemen ini menaikkan sebelah alisnya, karena ia merasa tidak mengundang siapapun malam ini. Hyunjae bangkit dari posisinya yang sedang membaca sebuah komik di atas kasur lalu berjalan santai mendekati pintu besar apartemennya ini. Bel apartemennya tidak berhenti berdenting, yang membuat Hyunjae hampir membanting pintu saat ia ingin membukanya.

"Kalian?!" Dua manik matanya melebar saat tahu, Eric dengan Juyeon dibelakangnya terkulai lemas. "Apa yang terjadi?"

"Bantu aku, hyung. Juyeon hyung sangat berat" tolong Eric terengah-engah menggendong Juyeon yang tertidur di punggungnya akibat alkohol tadi. Berjalan dari basement lalu menuju lift untuk sampai ke apartemen Hyunjae yang letaknya di lantai 34. Cukup membuat lengannya pegal.

"Apa yang terjadi?" Tanya Hyunjae sekali lagi pada Eric setelah berhasil memindahkan Juyeon ke kasurnya.

"Aku juga tidak tahu hyung. Saat aku sampai di klub, dia sudah seperti ini"

"Dalam rangka apa?"

Eric kembali menggeleng, "Ini acara mendadak, dia sendiri yang mengundangku dan teman-teman yang lain"

Hyunjae menghela nafas, menatap Juyeon yang terbaring lemas.

"Ku titip Juyeon hyung, boleh? Tadi dia ingin pergi ke apartemenmu daripada ke pulang rumahnya. Jadi aku antar dia kemari"

Hyunjae mengangguk, "Kau pulang saja, biar aku yang menjaganya"

Eric mengangguk "Aku pamit hyung"

"Hati-hati!"

Hyunjae menghantarkan Eric hanya sampai di depan pintu apartemennya, lalu ia kembali menghampiri kasur dan duduk di sisi kasur lainnya yang masih kosong.

"Hyunjae.. Hyung.."

Hyunjae menoleh ke arah Juyeon yang setengah sadar, lalu mendekatinya. Mengelus pelan puncak kepalanya.

Sorot mata Juyeon yang lemah mampu melihat raut wajah Hyunjae yang tegas, meski samar-samar akibat cahaya yang minim.

Juyeon tersenyum pilu, "Aku minta maaf". Hanya itu yang mampu ia keluarkan dari mulutnya sebelum ia kembali tertidur.

Hyunjae bingung, ia hanya mampu bertanya pada dirinya sendiri. Sebenarnya, apa yang terjadi?

Ia tak ambil pusing. Hyunjae mendekatkan dirinya, mengecup puncak kepala satu-satunya orang yang ia percaya dan ia sayangi. Lalu mematikan lampu tidur di sebelahnya.

"Selamat tidur, Juyeonnie.." ucap Hyunjae lembut sebelum akhirnya terjun ke alam mimpi bersama dengan Juyeon yang ia peluk disebelahnya.

***

Hari berganti begitu cepat, bagai roda yang berputar. Sihyeon yang masih enggan menghubungi Juyeon semenjak kejadian yang membuatnya berpikir macam-macam. Lagi pula yang dikatakan Hyewon ada benarnya. Juyeon tidak mungkin akan bersikap main-main jika memang ia serius dengannya. Namun, rasa gengsi masih mengusik hidupnya.

"Apakah aku harus berbicara dengannya?"

Sihyeon kini menatap laptop yang ada di depannya menayangkan dua wajah yang hampir serupa.

"Tentu saja? Bukannya kau ingin meluruskan semuanya?" Dijawab oleh salah satu teman Sihyeon.

Sihyeon mengangguk, "Baiklah"

"Kau pasti bisa. Semangat!" Sorak satunya lagi dengan senyum yang ia tampilkan untuk memberi semangat.

"Makasih, Chanhee! Tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh.."

"Kau begitu saja. Sampai kapan kau akan berpikir yang tidak-tidak mengenai calon suamimu itu?"

"Changmin..." Sihyeon menghela nafas setelah mendengar nasehat dari Changmin.

"Jika kau percaya padanya, kau harus pergi menemuinya. Luruskan permasalahanmu, maka semua akan berlalu" lanjut Changmin setelah melihat raut wajah Sihyeon yang kusut.

Sihyeon menatap layar laptop, melihat kedua temannya yang sedang menunggu jawaban darinya. "Baiklah, aku akan mencoba!"

"Semuanya tergantung padamu, semangat! Semoga semuanya bisa kembali seperti semula" ucap Changmin lembut namun tegas memberi dorongan pada Sihyeon.

"Jangan lupa jika tanggalnya sudah ditetapkan, beritahu kami ya?" Antusias Chanhee yang sangat tidak sabar dengan pesta pernikahan Sihyeon dengan Juyeon.

"Tentu saja! Aku tutup dulu ya? Aku akan menemui Juyeon"

Dua anak kembar itu mengangguk bersamaan. "Good luck!" Ucap Changmin sebelum mereka memutuskan panggilannya.

Kini saatnya, meluruskan apa yang telah susut. Membersihkan pikiran dari noda-noda yang selama ini menghantuinya. Sihyeon pikir, jika begini terus, ia bisa saja benar-benar kehilangan Juyeon jika ia tidak bisa mempercayai calon masa depannya itu.

Sihyeon mengetikkan sesuatu pada ponselnya yang ditujukan untuk Juyeon. Semoga dengan semua ini, hubungannya kembali baik. Ini terlalu berlebihan, seharusnya jika ada masalah kecil seperti ini Sihyeon bisa mengatasinya. Tapi apa daya, emosinya sudah tidak bisa dikontrol.

Sihyeon melangkahkan kaki, keluar rumah menuju pekarangan. Juyeon sudah menunggunya di luar. Hari ini rencananya mereka akan makan malam bersama dan menyelesaikan masalah kecil kemarin. Dan kembali menghangatkan hubungan mereka.

Juyeon membuka pintu mobilnya. Lalu keluar mobil untuk membukakan pintu untuk Sihyeon. Sihyeon menyambutnya dengan senyum yang hangat, dan dibalas juga dengan Juyeon.

Keduanya telah berada di dalam mobil. "Kau siap?" Ucap Juyeon dengan senyum manisnya.

Sihyeon hanya bisa mengangguk lalu mobil mereka melaju perlahan. Tak banyak yang keluar dari mulut mereka selama di perjalanan, hingga akhirnya sampai pada salah satu restoran yang cukup mewah.

Keduanya memasuki restoran tersebut, dan mengambil tempat yang sudah di pesan Juyeon sebelumnya.

Hening. Begitulah saat selesai memilih menu yang ingin disantap malam ini.

"Juyeon.." entahlah, Sihyeon merasa ini canggung.

"Hmm?" Juyeon menatap lembut perempuan yang ada dihadapannya.

"Maaf.." hanya itu yang mampu keluar, sebelum akhirnya bulir bening sukses mendarat mulus di pipinya.

Juyeon menggenggam tangan kanan Sihyeon, "Hei, tak usah minta maaf, kau tak salah"

Sihyeon mengusap pipinya yang basah dengan tangan satunya, "Harusnya aku mengijinkanmu untuk menjelaskan semuanya, tapi, aku berusaha untuk menghindar dan tidak mempercayaimu" pandangannya menunduk, tak ada nyali untuk menatap dua pasang mata teduh itu.

Juyeon mengusap tangan Sihyeon, lalu mengecupnya. Menenangkan Sihyeon yang masih terisak. "Apakah kau sekarang mempercayaiku?"

Sihyeon mengangguk.

"Baiklah, akan ku jelaskan.."

"Tak usah..."

Juyeon merasa heran, harusnya ia menjelaskan semuanya untuk memperbaiki hubungan ini, bukan?

"Aku selalu mempercayaimu, apapun yang terjadi. Kau tidak akan pernah mengkhianatiku." Senyum yang manis nan lembut Sihyeon tampilkan. Menunjukkan kepercayaannya pada Juyeon.

Membuat Juyeon sedikit bernafas lega dan juga mengembangkan senyuman manisnya. Juyeon bersyukur, sampai saat ini pun Sihyeon masih mempercayainya.

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang