14

1.4K 154 38
                                    

Juyeon kini sedang duduk di sofa dan menatap Sihyeon yang sudah tertidur lelap di kasurnya. Rencana Hyunjae akan menginap malam ini gagal begitu saja. Hati Juyeon saat ini kacau karena mengkhawatirkan keadaan Hyunjae saat ini. Apakah ia sudah tiba di rumahnya? Apa ia terluka? Apa ia marah dengannya? Apa ia begitu sedih saat Sihyeon memeluknya? Sejuta pertanyaan melayang bebas di otaknya.

Juyeon kembali membuka ponselnya, sudah berapa kali ia menutup dan membuka ponselnya itu. Lima belas menit berlalu, pesannya tak kunjung menerima balasan. Ia benar-benar khawatir hingga akhirnya ia bangun dari duduknya lalu mengambil kunci mobilnya dan segera pergi ke apartemen Hyunjae meninggalkan Sihyeon yang sedang bermimpi.

Juyeon melangkahkan kakinya cepat menyusuri koridor apartemen ini dan saat berdiri di depan pintu yang tak asing baginya, ia menekan-nekankan tombol bel apartemen itu berkali-kali. Tetap tak ada sambutan hangat seperti biasa saat Hyunjae membukakan pintunya.

Kemana Hyunjae saat ini?

Juyeon memberanikan diri untuk menekan tombol-tombol kata sandi apartemen Hyunjae untuk membukanya. Walaupun ini lancang, setidaknya ia bisa meyakinkan bahwa Hyunjae ada di dalam.

Namun nyatanya, nihil.

Pikirannya kacau dan merasa bersalah padanya yang kecewa dan terluka. Juyeon kembali mengunci apartemen itu dan masuk ke dalam mobilnya.

Semua tempat kesukaan Hyunjae ia kunjungi. Sayangnya tak satupun tanda-tanda Hyunjae disini. Hingga ia akhirnya kembali ke apartemen Hyunjae sekali lagi. Tetap saja, tak ada Hyunjae disana.

Ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya dengan perasaan yang penuh kekhawatiran dan kekecewaan. Saat berada di kamarnya, ia menatap gadis yang masih tertidur pulas di atas kasurnya. Menatapnya dalam-dalam. Juyeon menundukkan kepalanya. Ia merasa begitu bersalah telah menyakiti perasaan keduanya.

Mengapa hidup ini begitu berat untuk dijalani. Bahkan Juyeon tak sanggup menanggung bebannya. Jika saja Juyeon dapat membuat pilihan, maka ia akan hidup bersama Hyunjae selamanya dibandingkan hidup penuh dusta bersama gadis ini.

Juyeon kembali merebahkan badannya di sofa. Pelupuk matanya sudah basah sejak tadi. Derasnya tak kunjung henti. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang.

'Hyung, kau dimana?'

Jika saja waktu dapat diputar kembali. Mungkin saat ini yang tertidur disebelahnya adalah kekasih gelapnya itu. Juyeon kembali dilanda rasa rindu. Ingin memeluknya, ingin menghirup aroma tubuhnya yang memabukkan. Ingin menciuminya lebih dalam lagi, menikmati sentuhan lembut satu sama lain. Juyeon benar-benar menginginkan hal itu saat ini.

Ia menangis dalam gelapnya malam hingga pandangannya kabur menuju gelap menyambut datangnya mimpi.

***

Juyeon melewati hidupnya tanpa seseorang yang selalu membuat hari-harinya begitu cerah dan nyaman. Entah sudah berapa lama kabarnya tak kunjung datang. Rasa rindu menyelimuti hatinya dikala malam tiba. Sebulir bening yang mengalir di pipinya membasahi bantal yang ada di bawah kepalanya. Tiada hari tanpa menangis merindukan kekasihnya itu.

Ia sadar, ini adalah kesalahan yang ia buat. Seharusnya ia bisa membuat prianya bahagia tanpa memiliki beban lain.

Ia sadar, bahwa kebahagiaannya datang dari pria itu.

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang