13

1.5K 161 43
                                    

Setelah keduanya menyelesaikan nonton bersama, Eric dan Sihyeon memutuskan untuk makan malam sebentar di salah satu restoran mall ini.

Eric sangat lapar saat setelah menonton bioskop padahal saat film berlangsung, Eric sudah menghabiskan dua kotak popcorn dengan sendirinya. Tapi begitu keluar dari studio, perut Eric berbunyi yang langsung disambut gelak tawa oleh Sihyeon.

Mereka memasuki restoran tersebut. Memesan menu yang ingin mereka santap. Sihyeon sangat senang hari ini. Bisa dilihat dari raut wajahnya yang tak pernah berhenti tersenyum. Mulai dari tingkah lucu Eric saat menjemput Sihyeon, banyak bicara disepanjang perjalanan, saat menukarkan tiket, saat membeli popcorn dan minuman, bahkan saat menonton film Eric begitu banyak bicara dan gerak. Sangat aktif.

Sihyeon merasa, dirinya seperti mengajak bayi besar yang tak pernah kehabisan energi. Dia begitu cerah, hingga auranya tertular pada Sihyeon.

Setiap saatnya, ada saja yang dibicarakan oleh Eric. Binatang peliharaan yang ada di rumahnya, menceritakan kakak perempuannya, temannya Kevin yang selalu menjatuhkan dan merusak barang, sekali-kali ia juga membicarakan masa lalu Juyeon yang mungkin Sihyeon tak tahu, karena Eric sudah berteman sebelum Juyeon bertunangan dengan Sihyeon.

Hari semakin larut, Eric tetap saja tak pernah kehabisan topik untuk bercerita. Sihyeon tak pernah merasa bosan mendengar dan tak ragu juga untuk bercerita tentang pengalamannya sampai bagaimana ia bertemu dengan Juyeon hingga mereka dijodohkan dan bertunangan. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, karena ini sudah semakin larut malam.

"Terima kasih ya, Eric. Hari ini aku sangat senang!" Ucap Sihyeon dengan senyum manisnya.

Eric menggaruk kepalanya yang tak gatal, menahan malu saat melihat senyum Sihyeon yang begitu manis tadi. "Hehe sama-sama, Nuna!"

"Andai saja, Juyeon seperti dirimu. Pasti aku sangat bahagia"

Eric bergeming. Kedua bola matanya membesar saat menatap kekasih sahabatnya yang begitu manis dan lembut ini. Bagaimana bisa, seorang Juyeon berani-beraninya mengabaikan Sihyeon?

Sihyeon tertawa melihat reaksi Eric "Aku becanda, Eric! Kau jangan terlalu menganggapnya serius" ucapnya setelah tawanya mereda.

Eric tetap tak merespon apapun. Hanya mengedipkan matanya beberapa kali dan menelan salivanya kasar.

"Ayo, kita pulang!" Ajak Sihyeon sambil menarik tangan Eric untuk mengajaknya pulang.

Saat di mobil, sebelum Eric menyalakan mesinnya, Eric menghembuskan nafasnya melalui mulut. Entah, ia merasa suasananya begitu berbeda nan canggung.

"Mengapa kau begitu tegang? Aku hanya bercanda Eric" Sihyeon tertawa sambil menepuk pundak Eric cukup kencang. Membuat Eric sedikit terkejut dan mengerang kesakitan.

"Ah! Maafkan aku, Eric. Ada yang sakit?"

Tatapan mereka beradu. Hening. Namun hanya suara detak jantung dari Eric yang dapat didengar oleh dirinya sendiri.

Lalu mereka memutuskan tatapan itu, "Ah. Em, tidak, Nuna. Aku tidak apa-apa"

"Baiklah" jawab Sihyeon agak canggung.

"Apa nuna langsung ingin pulang?" Eric memecah keheningan.

"Bagaimana jika kita ke rumah Juyeon? Apa kau bisa mengantarkanku?" Pinta Sihyeon yang membuat perasaan Eric tersayat pisau tajam.

Eric mengangguk kecil lalu menghidupkan mesinnya dan berjalan menuju rumah Juyeon.

Sesampainya disana, bertepatan saat Sihyeon keluar dari dalam mobil, dilihatnya sebuah mobil dari arah yang berlawanan menghampiri mereka. Lalu Eric menyusul keluar dari dalam mobil setelah mematikan mesinnya.

Di satu sisi, dari dalam mobil, terlihat kekhawatiran yang dipancarkan dari wajahnya. Juyeon dan Hyunjae—yang ada di dalam mobil itu.

"Kau keluar saja, tak apa" Hyunjae membuka suara saat tau siapa yang ada diluar sana, meyakini Juyeon untuk pergi menemui Sihyeon.

Sihyeon mengangkat sebelah alisnya, ia merasa tidak asing dengan mobil hingga kemudian pemilik mobil itu keluar.

Sihyeon langsung berlari dan memeluk kencang tubuh pria tegap itu. "Aku merindukanmu"

Pemandangan ini disaksikan oleh sepasang mata lain yang hatinya mulai retak.

"Kemana saja kau selama tiga hari ini? Aku mengkhawatirkanmu" Sihyeon mengurai pelukannya.

Hendak menjawab, terdengar pintu mobil terbuka. "Juyeon tiga hari kemarin sedang mengerjakan projek denganku"

Mereka—Juyeon dan Sihyeon menoleh ke arah sumber suara. Itu Hyunjae yang baru saja keluar dari dalam mobil Juyeon.

Hyunjae mendekati mereka berdua lalu menatap Sihyeon dengan senyuman seadanya. "Maaf telah membuatmu khawatir" ucapnya yang kemudian membungkukkan badannya.

Juyeon sedikit terkejut melihat sikap Hyunjae yang mendadak seperti ini. Dan senyuman itu, Juyeon mengerti arti dari senyuman palsu itu.

"Senang bertemu denganmu! Kau Sihyeon tunangan Juyeon, bukan?" Sapa Hyunjae.

Sihyeon merasa terkejut dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan dari Hyunjae. 'Bagaimana ia bisa tahu?' batin Sihyeon.

Seakan bisa membaca pikirannya, Hyunjae berbicara kembali, "Juyeon selalu menceritakan tentangmu padaku".

Sihyeon merasa malu saat mengetahui itu dan langsung disambut anggukan darinya, "Oh begitu, benar aku tunangannya Juyeon"

"Aku Hyunjae, teman satu pekerjaan dengan Juyeon. Karena aku suka memotret jadi aku menyuruhnya menjadi modelku" Hyunjae menyerahkan tangannya dan disambut oleh Sihyeon. Mereka berjabat tangan.

"Terima kasih sudah mengantarkan calon suamiku, aku sudah sangat khawatir selama tiga hari ini ia tak kunjung mengabariku. Oh ya, apa kau ingin mampir?" Tawar Sihyeon.

"Oh tidak usah, aku pulang saja karena sangat lelah dan ini sudah semakin larut" jawab Hyunjae seramah-ramahnya.

"Akan ku antarkan kau" Tawar Juyeon yang dibalas dengan gelengan dari Hyunjae.

"Tak usah, aku pulang sendiri saja. Lagi pula tunanganmu terlihat sangat merindukanmu, jadi kau harus menghabiskan waktu bersamanya."

"Tapi—"

"Sudahlah, Yeobo. Lagi pula dia bisa pulang sendiri, kenapa kau harus khawatir?" Potong Sihyeon.

Hyunjae membungkuk sekali lagi dan pamit kepada mereka semua.

Untuk saat itu juga hati Juyeon begitu sakit saat menerima penolakan dari Hyunjae. Ia tahu perasaannya saat ini sangat terluka. Mengingat, ia membuat janji padanya untuk menginap malam ini di rumahnya namun telah sirna.

"Eric, terima kasih untuk hari ini!" Ucap Sihyeon saat ingin memasuki pekarangan rumah Juyeon.

"Sama-sama, Nuna. Aku pamit dulu. Hyung, aku pulang"

"Hati-hati, Eric!" jawab Juyeon.

Bahkan untuk hari ini, Juyeon tak begitu marah saat tahu Sihyeon bepergian dengan Eric. Yang ia pikirkan adalah keadaan dan perasaan Hyunjae.

Hati yang awalnya tergores kini sudah terbuka menjadi sebuah luka besar yang entah kapan akan tertutup dan sembuh setelah melihat kejadian tadi. Sepertinya tekad Hyunjae sudah bulat untuk menutupi luka ini walau sulit.

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang