12

1.8K 151 24
                                    

"Ya, ada apa Nuna menelfonku?" Eric sedang menerima panggilan dari Sihyeon dan menunda aktivitas olahraga di rumahnya.

"Apa kau bersama dengan Juyeon?" Tanyanya diseberang sana.

"Tidak Nuna, aku tidak bersama dengan Juyeon"

Terdengar Sihyeon menghela nafasnya.

"Kenapa Nuna?"

"Juyeon lagi-lagi tidak merespon panggilan atau pesanku selama dua hari terakhir. Jadi aku bertanya padamu"

Lagi dan lagi Juyeon melakukan hal ini  hingga Eric muak menjadi tempat pelarian dari hubungan mereka. Saat itu juga Eric berdoa agar hubungan gelap Juyeon dan Hyunjae segera berakhir, atau bahkan terungkap sekalipun.

"Nuna, nanti akan ku coba untuk menghubungi Juyeon Hyung dan teman-teman yang lain" ucapnya menenangkan Sihyeon yang terdengar sangat khawatir.

"Aku tidak tahu harus berkata apa selain berterima kasih padamu, Eric"

"Tidak perlu berterima kasih, Nuna. Aku sangat senang bisa membantumu"

"Baiklah. Jika kau sudah dapat kabarnya, segera hubungi aku"

"Siap, Nuna!" Jawab Eric dengan antusias layaknya menerima sebuah perintah dari atasannya.

Terdengar suara tawa kecil dari seberang sana sebelum panggilan itu terputus.

Kemudian Eric mencoba menghubungi Juyeon, namun tak ada respon. Eric mengiriminya pesan, namun pesan tersebut belum diterima oleh Juyeon.

Eric kembali menghubungi teman-temannya melalui grup chat mereka. Dan mereka meresponnya dengan jawaban yang sama, satu pun tak ada yang tahu keberadaan Juyeon sekarang. Dan juga Juyeon pun tak muncul sekali pun dalam grup itu.

Eric menghela nafas pasrah. Mau tidak mau ia harus memberi tahu Sihyeon tentang hal ini, karena sebelumnya ia telah berjanji.

Panggilan Eric terhubung, sampai akhirnya terdengar suara perempuan yang lembutdari seberang sana. "Halo, Eric. Bagaimana?"

Eric menggeleng walau lawan bicaranya tak melihat. "Tak ada yang tahu dimana Juyeon berada dan dia juga tak merespon panggilan maupun pesanku"

Hening. Tak ada tanggapan dari Sihyeon.

"Nuna, apa kau baik-baik saja?"

"Eh? Iya, Eric, aku baik-baik saja"

Eric tersenyum getir. "Aku tau, Nuna pasti sangat khawatir sekarang dengan keadaan Juyeon hyung"

"Apapun yang terjadi, aku tetap mempercayainya, Eric. Mungkin saja ponselnya rusak?"

"Pikiranmu cukup positif juga, Nuna, hehe"

"Selalu. Karena sebentar lagi kami akan menikah. Aku tidak ingin merusak hubungan kami yang akan segera kita bangun"

Entah mengapa ada sengatan kecil yang Eric rasakan saat mendengar kalimat yang diucapkan Sihyeon. Karena ia tahu, apa yang sebenarnya terjadi dibalik hubungan mereka. Eric benar-benar kecewa dengan Juyeon.

"Nuna, apa kau sibuk?"

"Ah, tidak. Ada apa, Eric?"

"Maaf sebelumnya lancang. Aku rasa Nuna saat ini sedang sedih, jadi apa boleh aku mengajak Nuna untuk keluar?"

"Eh?"

"Maksudku, kita jalan-jalan, hehe"

"Oh, kau ingin jalan-jalan?"

Eric menyengir, merasa malu untuk mengatakan ini. "Aku ingin menonton film, dan para Hyung, mereka sibuk semua jadi aku tidak punya teman untuk menonton. Apa kau keberatan?"

"Boleh! Aku tidak keberatan. Lagi pula aku juga bosan akhir-akhir ini karena Juyeon tak kunjung mengabariku"

Satu senyuman terpancar dari bibir pink milik Eric. "Oke, Nuna. Aku akan memesan tiketnya. Nanti akan ku hubungi kembali"

"Hehe iya, Eric"

"Makasih, Nuna!"

"Sama-sama"

Lalu panggilan itu terputus.

Eric langsung membuka aplikasi pemesanan tiket bioskop, ia memesannya melalui daring. Cukup malas jika datang ke mall hanya untuk membeli tiket. Lalu ia memilih salah satu film action dan film ini banyak dari temannya yang direkomendasikan untuk Eric. Lalu ia memilih waktu untuk menonton, jam setengah tujuh malam.

"Oke beres!" Ucap Eric bersemangat setelah memesan tiket itu.

Kemudian ia kembali mengetik sesuatu pada ponselnya, mengirim pesan pada Sihyeon bahwa ia telah memesan tiket.

'Aku jemput Nuna jam 6 sore ya? Dandan yang cantik!'

Lalu satu notifikasi masuk.

Haha baiklah! Kau juga

Satu senyuman mengembang dari wajah manis pria berambut pirang itu lalu menutup ponselnya.

***

"Ayolah Hyung, menginap sekali saja" pinta Juyeon yang kini sedang berada di dalam mobil bersama dengan Hyunjae yang duduk di belakang kemudi.

Hari ini mereka pulang dari kegiatan berliburnya. Juyeon merasa sangat lelah dan pantatnya sedikit sakit, sehingga ia meminta Hyunjae yang mengemudikannya.

Entah apa yang membuat Juyeon semakin manja saat setelah mereka berlibur. Saat ini pun, ia meminta agar Hyunjae menginap di rumahnya.

Hyunjae hanya bisa tersenyum, menarik dua sudut bibirnya hingga menampakkan deretan giginya yang rapi. Lalu ia mengacak pelan puncak kepala Juyeon.

Juyeon selalu menyukai perlakuan kekasihnya yang begitu manis ini. Maka tak heran jika setelah berpisah nanti, ia akan merasa rindu. Maka dari itu, Juyeon memintanya lagi sekali dan disambut anggukan oleh Hyunjae.

"Hyung, aku lapar" rengeknya lagi.

Hyunjae hanya tertawa. Gemas melihat lelaki manisnya yang begitu manja terhadapnya.

"Yasudah, kita mampir makan dulu?"

Juyeon mengangguk lalu memeluk lengan kanan Hyunjae dan meletakkan kepalanya pada bahu lebar itu.

"Apa yang kau lakukan? Aku sedang menyetir"

Juyeon tak menggubris, ia tetap dengan posisinya sampai Hyunjae yang sedang mengemudi itu dibuat geleng-geleng kepala.

Akhirnya mereka sampai pada salah satu restoran sederhana, lagi pula mereka sudah menghabiskan cukup banyak uang untuk menyewa honeymoon package di villa itu.

Sampai di restoran pun, Juyeon tak pernah lepas menautkan jemari besarnya pada jemari lentik Hyunjae. Ia tak peduli apa tanggapan orang lain mengenai mereka, yang jelas ia hanya ingin menunjukkan bahwa Hyunjae milik Juyeon seutuhnya.

Hyunjae hanya bisa tersenyum melihat tingkah Juyeon yang lucu itu.

'How can I stop loving you?' batin Hyunjae yang hanya didengar oleh hati dan otaknya.

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang