4

2.5K 235 19
                                    

"Hyung, untung saja kau datang tepat waktu!" Eric bernafas lega saat melihat Juyeon berjalan mendekatinya.

"Dimana Sihyeon? Apa dia sudah sampai?" Tanya Juyeon sambil menyebarkan pandangannya.

"Aish, kau itu! Kan sudah ku bilang, kau datang tepat waktu, hyung. Cepat berikan play stationnya!" Eric menjulurkan tangan kanannya di depan Juyeon sambil menggerakkan jari-jarinya.

"Bukannya itu hanya alasan kau saja?"

"Ya tentu saja tidak, hyung. Aku sudah membantumu!"

Juyeon memutar bolanya malas lalu meninggalkan Eric sendirian di depan rumahnya.

"Kau bahkan tidak mengijinkan ku untuk masuk!" Teriaknya lalu berjalan mengikuti Juyeon ke kamarnya.

"Ini" Juyeon menyerahkan play stationnya pada Eric, "Jangan sampai rusak!"

Eric terkekeh, "Santai, hyung. Aku ini tidak seperti Kevin hyung temanmu itu yang sudah merusaknya berkali-kali"

"Sudahlah, kau pulang sana. Aku ingin membersihkan badanku"

"Tunggu hyung!" Eric menarik tangan Juyeon lalu menatapnya intens hingga akhirnya sampai pada dada Juyeon yang kerah kemejanya sedikit terbuka, "Berhati-hatilah dengan tanda yang tampak nyentrik itu, kau membuatku salah fokus. Bagaimana dengan Sihyeon jika tahu hal itu?" lanjutnya disertai dengan cekikikan dan sedikit berlari pergi dari hadapan Juyeon, ia tahu bagaimana reaksi Juyeon setelahnya.

Juyeon menyadari tentang tanda itu yang kemarin malam diberikan oleh Hyunjae, "Aish, kau!" Hendak menghajar Eric, namun ia kalah cepat dengan bocah lincah itu. "Bahkan kau tidak berterima kasih!"

Eric berjalan gontai menuju pekarangan rumah Juyeon sambil membuka kunci mobilnya dengan remote yang menggantung.

Alangkah terkejutnya Eric menyadari Sihyeon yang baru saja keluar dari mobilnya yang sudah terparkir rapi.

"Sihyeon nuna?"

"Oh, Eric!" Sapanya lalu melihat ke arah tangan Eric yang sedang menggenggam tas berisikan play station, "Kau sudah membangunkannya?"

Eric menunduk mengikuti arah mata Sihyeon, lalu agak terbata-bata ia menjawab pertanyaan Sihyeon, "Ah, sudah, nuna! Juyeon hyung sedang mandi"

"Baiklah. Apa kau tidak bertanya mengapa ia tidak menjawab panggilan dan pesanku?" Pertanyaan Sihyeon baru saja membuat Eric sukses berpikir lagi.

"Oh, haha ternyata, begini," Eric berdeham sedikit untuk menetralkan suaranya, karena hari ini ia berbohong lagi. "Juyeon hyung mengisi ulang baterainya, karena sampai rumah ponselnya mati setelah bertemu denganku, lalu ia tertidur"

Sihyeon mengangguk.

"Oh ya, nuna, kau sendiri sedang apa?"

Sihyeon menunjukkan raut wajah heran yang membuat Eric menelan ludahnya sendiri.

"Apa aku salah berkunjung ke rumah calon suamiku?" Pertanyaan Sihyeon sukses membuat Eric menutup mulutnya rapat-rapat. Lalu dengan cepat ia menggeleng kepalanya.

"Baiklah. Kau pulang hati-hati ya, terima kasih sudah membantuku" Sihyeon berjalan masuk ke rumah Juyeon.

"Iya, sama-sama, nuna"

Eric tak habis pikir sudah berapa kali ia berbohong akhir-akhir ini demi menutupi semua rahasia Juyeon. Hendak masuk ke mobil, ia baru ingat.

"Astaga! Tanda itu!" Eric langsung mengambil ponselnya yang ia simpan di kantong hoodienya. Hendak menulis sesuatu, tapi ia urungkan dan kemudian berpikir kembali.

"Jika aku mengirim pesan padanya, aku takut Sihyeon nuna akan membacanya" Eric mengigit jari telunjuknya, berpikir dengan keras apa yang harus ia lakukan agar Sihyeon tidak melihat tanda kemerahan pada dada Juyeon.

Eric mengacak rambutnya, "Ah! Kau yang punya masalah, aku juga yang ikut pusing" lalu ia menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan halaman rumah Juyeon.

"Semoga saja, Sihyeon nuna tidak menyadari tanda itu. Semoga!" Doa Eric disepanjang perjalanan pulangnya.

Bahkan sampai Eric pun harus rela berbohong demi kebaikan sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Ia hanya ingin waktu yang menjawab dan membocorkan semuanya.

Sihyeon masuk ke dalam kamar Juyeon. Hal ini selalu ia lakukan, karena sekarang statusnya adalah sebagai tunangan dan juga calon istri seorang Juyeon. Tak masalah kan jika Sihyeon langsung masuk begitu saja.

Didengar suara percikan air dari kamar mandi, Sihyeon mendekati pintu itu dan mengetuknya. "Yeobo! Aku datang"

Terdengar hening dari dalam sana, "Oh, ne! Tunggu sebentar"

"Cepat! Aku sangat merindukanmu"

Tak lama pintu kamar mandi terbuka menampilkan Juyeon yang setengah basah dan handuk yang menggantung di pinggangnya.

Pemandangan ini sudah sering dilihat oleh kedua mata Sihyeon. Namun saat ini, Sihyeon tidak dapat melepaskan pandangannya. Ia bangkit dari duduknya lalu mendekati Juyeon yang rambutnya masih basah.

Sihyeon memeluknya, "Yeobo! Kau kemana saja selama ini? Aku rindu" lalu menangkup dan mengusap wajah Juyeon yang lembab itu.

Juyeon tersenyum tipis, "Aku tidak kemana-mana, aku selalu disini, dihatimu"

Sihyeon memukul ringan dada Juyeon, tersipu malu dengan sikapnya, "Bahkan kau jarang membalas pesanku!"

"Maafkan aku, ya sayang?" Ucap Juyeon sambil mengelus kedua pipi calon istrinya.

Kemudian Sihyeon kembali memeluk Juyeon dan seketika tersadar ada yang tidak beres dengan dada Juyeon. "Yeobo, ini.." Sihyeon meraba tanda kemerahan yang ada pada dada Juyeon.

Juyeon langsung terkejut saat menyadari Sihyeon menyentuh tanda itu.

"Ini apa?" Tanya Sihyeon dan matanya mulai berkaca-kaca.

Bodohnya mengapa Juyeon setelah mandi tidak langsung mengenakan kaosnya. Ia berlagak sombong dengan memamerkan bentuk badannya pada calon istrinya.

"Aku bisa jelaskan, sayang" pintanya meyakinkan Sihyeon agar tidak ada kesalah pahaman.

"Apa yang perlu kau jelaskan lagi? Ini.. ini" Sihyeon kembali menunjuk tanda itu. "Kau semalam dengan siapa?!"

Juyeon hendak membuka mulut, tapi Sihyeon kembali berbicara, "Oh, jadi begini? Kau semalam tak bisa dihubungi, karena sibuk bersama wanita lain, iya?"

"Sayang, sayang dengarkan aku!" Juyeon berusaha keras untuk meyakinkan Sihyeon. Namun Sihyeon selalu menepis pergerakan Juyeon yang ingin menyentuhnya.

"Tak perlu kau jelaskan, dan aku tidak ingin mendengar penjelasanmu!" Sihyeon membalikkan badan meninggalkan Juyeon dengan wajah berantakannya.

Apakah ini akhirnya?

Juyeon mengejar Sihyeon sampai di pekarangan rumah, tak peduli bagaimana penampilannya saat ini. Juyeon menarik tangan kanan Sihyeon namun berhasil ia tepis dan kemudian masuk mobil meninggalkan Juyeon yang masih berdiri disana.

Juyeon mengacak rambutnya frustasi sambil melangkahkan kaki masuk ke rumahnya. "Apa yang harus ku lakukan? Bahkan Sihyeon sudah tak mempercayaiku lagi" monolognya.

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang