17

1.4K 149 29
                                    

Waktu menujukkan pukul tujuh pagi. Tiga puluh menit lagi, Kevin akan berangkat menuju New York bersama kedua rekannya—Sunwoo dan Haknyeon.

Sampai saat ini juga, Kevin masih berharap seseorang yang ia nantikan datang untuknya. Hanya sekedar mengucapkan salam perpisahan itu sudah cukup, sebenarnya. Tapi, saat mengingat kejadian kemarin malam, Jacob tidak mendengar bahkan menerima permintaan terakhirnya.

Kevin iri melihat kedua kerabatnya—Sunwoo dan Haknyeon, yang terlihat sangat menggemaskan dan juga serasi. Kevin sendiri hanya bisa menghela nafas pasrah.

Kevin melirik jam pada layar ponselnya, sudah saatnya bersiap untuk berangkat ke New York.

Namun, langkah Kevin terhenti saat mendengar seseorang meneriaki namanya, "Kevin!" Ia masih bergeming pada posisinya hingga orang itu menubruk punggungnya.

Anehnya, orang ini terisak. Hingga akhirnya, Kevin bisa mengenali suara orang ini. "Aku minta maaf"

***

Juyeon membuka matanya perlahan, menyesuaikan indra penglihatannya. Baru ia tersadar, bahwa ini bukanlah rumahnya. Melainkan rumah kekasihnya.

Ia bangun dari posisinya, dengan kepala yang cukup pening. Mendengar suara bising dari arah dapur, terlihat samar-samar seseorang disana yang sedang memotong-motong sesuatu. Juyeon berjalan mendekat dengan tatapan yang masih sayu, kepalanya berat.

"Oh, kau sudah bangun rupanya. Duduk dulu" ucap Hyunjae saat mendengar langkah kaki mendekat tanpa menoleh sekalipun.

Juyeon tidak ingat kejadian semalam, apa yang membuatnya berada di apartemen Hyunjae. Tak butuh waktu lama, Hyunjae kembali dengan sebuah mangkuk putih dengan kepulan asap di atasnya.

Hyunjae meletakkan mangkuk itu dihadapan Juyeon, "Ini makan dulu, sup pereda pengar"

Juyeon menatap sup itu sebentar, lalu mengalihkan pandangannya menatap Hyunjae, "Kenapa bisa?"

Hyunjae hanya menaikkan kedua alisnya tak mengerti, "Aku kenapa bisa ada disini?"

"Oh itu," Hyunjae menarik kursi yang ada di hadapannya, lalu duduk disebelah Juyeon. " Kau kemarin datang kemari, sepertinya kau mabuk berat"

"Begitukah?" Lalu dijawab dengan anggukan oleh lawan bicaranya.

Sedetik kemudian, Juyeon merengkuh badan Hyunjae yang sudah berhari-hari tidak pernah ia sentuh itu. Juyeon benar-benar merindukan kekasihnya ini, "Jangan pernah pergi lagi" ucapnya dengan pelan disela-sela tengkuk leher Hyunjae. Tak lama, Hyunjae merasakan piyamanya menghangat dan basah.

'Juyeon menangis?'

Juyeon menegakkan posisinya lalu menangkup wajah Hyunjae. Bisa dilihat, tatapan sendu itu. Kantong matanya menghitam, pipinya tirus. Apa yang terjadi pada Juyeonnya?

"Hyung, aku mohon jangan tinggalkan aku lagi. Hidupku sudah begitu sakit saat aku tak bisa melihatmu lagi" Hyunjae menyentuh kedua tangan Juyeon, lalu tersenyum setelahnya.

"Aku akan selalu disini untukmu, sekarang ayo makan dulu supnya nanti dingin" Juyeon langsung mengangguk dan patuh setelah Hyunjae menyuruhnya untuk menyentuh sup itu. Juyeon memakannya dengan lahap, karena ia juga bilang bahwa sup buatan Hyunjae sangat enak.

Sup penghilang pengar sekaligus mengobati rasa rindu. Rasanya ingin sekali menjadikan Hyunjae sebagai istrinya secepat mungkin.

Juyeon telah menyelesaikan makannya, lalu menatap Hyunjae lekat-lekat. "Hyung.."

"Hm?"

"Aku mau bicara sesuatu"

"Apa?"

Juyeon bangkit dari posisinya, berjalan dengan sedikit berlari karena rasa pengarnya sudah hilang, lalu masuk ke kamarnya mencari sesuatu dalam kantong mantelnya. Dan akhirnya ia menemukan itu.

Love Lied [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang