Perempuan itu datang saat matahari terbenam. Langit mulai menggelap, bersamaan dengan munculnya semburat jingga di ufuk barat. Angin bertiup pelan tetapi suhunya membuat perempuan itu harus melapisi tubuhnya dengan selapis jaket denim yang hangat. Sudah lewat sekitar lima belas menit dari jam temu yang telah ia janjikan pada seorang pria yang selalu ia nantikan untuk sedekar duduk dan berbincang ringan di sampingnya.
"Maaf, membuatmu menunggu lama, Seungcheol-ssi." Sapa si perempuan ketika eksistensi seorang pria yang sedang duduk diam-tak bersuara-di atas sebuah ayunan. Si pemilik nama yang dituju pun menengokan kepalanya, menatap nanar eksistensi gadis yang berbalut jaket denim pada lapisan tubuhnya.
"Tidak masalah, sungguh.."
Perasaan si perempuan sudah berbunga-bunga saja semenjak Seungcheol menghibungi untuk menemani malamnya di taman dekat flatnya. Tapi bila dipikirkan ulang, tidak ada alasan lain bagi Seungcheol untuk menghubungi orang lain selain dirinya. Hanya Vian-lah yang mengetahui segala detail tentang kandasnya hubungannya dengan Yooa sampai keadaan terpuruknya saat ini.
Kemudian perempuan yang di sebut Vian itu duduk pada ayunan kosong di sebelah kanan milik Seungcheol. "Ada apa? Bicaralah perlahan."
Seungcheol tidak langsung menjawab. Ia perlu waku untuk memulai pembicaraan yang ia tuju. Dimulai dengan desahan napas kasarnya, Seungcheol akhirnya membuka mulutnya perlahan. "Aku rasa Yooa sudah tidak akan memperjuangkan harapanku. Ini final." Ucap Seungcheol sebagai kalimat pembuka dari pembicaraan mereka. Ya, inilah hari pertama sejak pertemuan Yooa dan Seungcheol yang tak terduga. Pertemuan yang membawa sebuah cerita pilu bagi keduanya. Dan disinilah Seungcheol melontarkan segala keluh kesahnya, meminta sebuah saran ataupun pertolongan.
"Seungcheol.. Jangan berpresepsi buruk dulu. Kau tahu kalau Yooa pasti juga tersakiti, dia tidak menyadari apa yang telah ia lakukan." Begitulah Vian, dia munafik. Karena pada nyatanya ada sepenggal kata hatinya yang mengatakan dirinya tidak bisa terus menerus membela Yooa seperti ini, lihatlah perasaannya untuk Seungcheol-yang selalu ia pendam. Perasaan akan sifat egois untuk mendapatkan Seungcheol seutuhnya. Dia bisa, hanya saja hal seperti itu sangat menjijikan baginya, ketika ia harus mengkhianati sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | yjh
Hayran Kurgu🎦Once again, only time that can tell you when the hurted will healed and when the healed will be hurted. And if it left a wound that has healed but doesn't go away, it will become a trauma that never go away. ꒦꒷꒦꒦꒷꒦꒷꒷꒦ ↳ fiction, romance 🔅by jngyu...