BMT - 04

3.8K 288 21
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata keputusan untuk pergi selama ini tidak dapat menyembuhkan luka

~Meccah Az-Zihra Azhar

"Kenapa, bun?" Desak Azzam yang saat ini sedang berada di rumah orang tuanya bersama istri dan anak-anaknya juga.

"Bunda nggak bisa bilang sekarang Zam, tapi kamu harus percaya sama bunda, bahwa semua itu untuk kebaikan Zizi," mendengar hal itu membuat Azzam semakin bertambah bingung.

"Bun, jangan berbelit-belit seperti ini, Azzam semakin bingung dan nggak tahu bagaimana memberikan saran ke Zizi. Bunda nggak lihat dia begitu dilema dengan semua keputusan bunda dan ayah, besok dia sudah kembali lagi ke Singapura, bun. Jangan buat dia bingung dan berat untuk meninggalkan kita," ucap Azzam dengan tegas.

Sedangkan Amel langsung menggenggam tangan suaminya sekadar untuk menenangkan, karena ia tahu Azzam sudah terbawa oleh emosi. "Mas, udah," bisik Amel.

"Zam, bunda mohon berikan kami waktu untuk semua ini. Sekarang bunda mohon sama kalian berdua untuk bisa membujuk Zizi, biar dia mau pindah kerja ke Jakarta," bujuk Hanum yang penuh dengan harap kepada anak dan menantunya itu.

"Azzam nggak bisa janji!" Setelah itu Azzam langsung beranjak menuju lantai atas rumah orang tuanya.

Setelah kepergian Azzam begitu saja, Hanum langsung memeluk Amel. "Hiks...hiks...hiks, ini demi kebaikan Zizi," ucap Hanum dengan isak tangisnya.

"Bun, Amel percaya dengan semua keputusan bunda dan Ayah. Amel akan membantu bunda," ucap Amel dengan lembut.

Sedangkan Azzam langsung membuka pintu kamar Zizi, di sana ia melihat Zizi sedang memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam koper.

"Jam berapa berangkatnya besok?" Zizi kaget dengan kehadiran Azzam yang begitu tiba-tiba.

"In sya Allah jam tujuh pagi, bang," jawab Zizi.

"Kenapa pagi banget?" Tanya Azzam.

"Siangnya Zizi ada acara sama teman-teman di sana," jawab Zizi.

"Gimana soal keinginan bunda dan ayah?" Tanya Azzam dengan begitu pelan.

"Nanti Zizi kasih kabar lagi, kalau pindah ke Jakarta pastinya banyak yang harus di urus dulu bang," jawab Zizi.

"Oke, abang hanya menyarankan kamu untuk mengikuti kata hati kamu sendiri," ucap Azzam.

"Iya," setelah itu terdengar suara pintu terbuka. Ternyata itu Amel, kemudian ia mengambil posisi duduk di samping Zizi.

"Besok aku ikut ya nganterin kamu," ucap Amel dengan antusias.

Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang