BMT - 34

3.8K 346 39
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap yang terjadi adalah yang terbaik, dan semua ini menjadi keputusan kita berdua

~Meccah Az-Zihra Azhar

Zizi pernah berpikir bahwa semua ini tidak akan pernah terjadi dalam kehidupannya. Ia ingin menikah satu kali seumur hidup saja, dengan seseorang yang benar-benar bisa mencintai dan menghargainya sebagai seorang wanita.

Tetapi semuanya hanya lah sebuah impian!

Impiannya runtuh seketika karena lelaki yang ia cintai selama ini. Bukan persoalan wanita yang membuat mereka seperti ini, tetapi keyakinan hati yang membuat mereka ragu untuk melanjutkannya.

Sebenarnya keraguan itu bukan milik keduanya, tetapi hanya pada satu pihak. Yuda! Lelaki itu yang meragukan semuanya.

Maka Zizi memilih mengalah! Mengalah untuk membuat mereka tidak saling menyakiti lagi.

Keputusan yang sudah pasti akan diambil, tetapi seakan semuanya ada saja yang membuatnya harus terhenti dulu.

Kehamilan! Semua itu menjadi jawaban dari segala keputusan ini.

Ketika keputusan untuk tidak saling memiliki lagi sudah pasti, tetapi Allah menghadirkan bukti cinta dan kasih mereka.

Kenyataan yang mendatangkan kebahagiaan sekaligus luka di antara mereka berdua. Haruskah untuk tetap bersama memilih cara yang seperti ini?

"Assalamualaikum," mendengar ucapan salam itu Zizi langsung menyeka air matanya. Ia langsung menatap sosok lelaki itu dengan penuh guratan rindu.

Cinta pertamanya! Seseorang yang tidak pernah membuatnya terluka.

"Waalaikumsalam, ayah," Zizi langsung merentangkan tangannya agar lelaki itu memberikannya pelukan.

Lelaki yang baru saja datang itu adalah Azka. Ketika mendengar kabar ini ia sangat kecewa, baik itu kepada Yuda maupun Zizi. Tetapi, Hanum dengan cepat memberikannya pengertian. Sebab, permasalahan dalam rumah tangga tidak bisa dicampuri oleh orang tua, selagi anak-anaknya masih bisa menyelesaikannya.

Kalau saja Hanum tidak memberikan pengertian kepadanya, ia yakin sudah marah besar saat ini.

Tidak ada seorang ayah yang bisa mengabaikan hal seperti ini. Ia tidak sanggup membiarkan anak perempuannya mengalami hal ini.

Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang