BMT - 08

3.5K 287 51
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia benar-benar lebih baik dariku, dan aku tidak munafik soal itu.

~Meccah Az-Zihra Azhar


“Hai, kamu dokter baru di rumah sakit ini?” Mendengar hal itu Zizi langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah.

“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya lelaki di depannya itu dengan begitu sopan masuk lewat pendengaran Zizi.

“Hmm, maaf saya mau ke ruangan bagian saraf. Tapi dari tadi saya tidak menemukan ruangan itu,” jawab Zizi.

Mendengar hal itu lelaki di depannya tersenyum dengan begitu tipis. “Mari saya hantarkan,” mendengar hal itu Zizi kaget. Ia tidak menyangka lelaki ini begitu baik dan ramah kepadanya.

“Nggak usah, kamu bilang saja ruangannya di mana, takutnya nanti merepotkan kamu,” ucap Zizi.

“Nggak papa, saya juga mau ke arah sana, mari ikut dengan saya,” mendengar hal itu Zizi langsung mengikuti langkah laki-laki di depannya itu.

Akhirnya Zizi sampai di ruangan yang ia cari-cari dari tadi. Ya, di sana sudah terpampang jelas namanya. “Terima kasih,” ucap Zizi.

Lelaki itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Selamat bekerja di rumah sakit ini dokter Meccah Az-Zihra Azhar,” ucap lelaki itu sambil membaca plang nama yang berada di depan pintu ruangan kerja Zizi nantinya.

“Panggil saja Zihra, kalau boleh saya tahu siapa nama dokter?” Tanya Zizi.

“Nama saya Aryana Husein, saya juga dokter saraf di sini,” mendengar hal itu Zizi kaget, ternyata lelaki tampan di depannya itu juga seorang dokter saraf.

“Kenapa dokter tahu saya dokter saraf baru di sini?” Tanya Zizi yang merasa penasaran.

“Sebelum dokter Zihra masuk, kepala bagian dokter saraf sudah menyampaikan kepada kami semua bahwa ada dokter baru di sini. Ia juga memperlihatkan satu foto dokter kepada kami, sebagai bentuk awal pengenalan kemarin,” mendengar hal itu Zizi tersenyum.

“Terima kasih dokter Aryana telah membantu saya di hari pertama ini,” mendengar hal itu Arya hanya tersenyum.

“Berapa kali dokter akan mengucapkan terima kasih kepada saya?” Mendengar hal itu mereka berdua langsung tertawa.

“Semoga kita menjadi rekan kerja yang baik,” ucap Arya kembali.

Aamiin,” jawab Zizi.

Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang