•
•
Ketetapan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri dengan emosi manusia
~Meccha Az-Zihra Azhar
•
•
"Pa-pa," teriak anak kecil berambut lurus saat melihat seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah. Sedangkan wanita yang sedang sibuk membereskan barang-barang keperluan mereka nanti tersenyum hangat saat mendengar teriakan itu.
"Assalamu'alaikum," ucap lelaki itu dengan menyamakan tinggi tubuhnya dengan anak kecil di depannya itu.
"Waalaikumsalam," jawabnya dengan langsung memeluk tubuh tegap lelaki itu.
Anak kecil itu adalah Arumi. Saat ini usia Arumi sudah tiga tahun dan ia tumbuh menjadi gadis kecil yang begitu cantik. Rasanya baru kemarin Arumi lahir dan sekarang betapa bahagianya Yuda maupun Zizi melihat perkembangan Arumi yang begitu baik.
"Papa kenapa balu pulang?" Tanya Arumi di sela pelukannya.
Yuda langsung membawa Arumi dalam gendongannya dan langsung menuju ke arah Zizi. Ya, Arumi memang sulit dalam mengucapkan kata yang memiliki huruf r di dalamnya.
"Papa kan harus rajin kerjanya, biar bisa beli mainan untuk anak papa," mendengar hal itu Arumi menatap Yuda dengan begitu lembut.
"Papa nggak boleh capek, nanti papa sakit. Nanti Alumi sama mama sedih," Yuda langsung mencium pipi Arumi dengan begitu gemas.
Arumi yang masih berusia tiga tahun, sudah sangat bisa membuat hatinya luluh.
Arumi memang termasuk cepat bisa berbicara dengan menguasai kosa kata yang cukup banyak. Bahkan ia sudah dengan lancar menyambung beberapa kalimat yang sering ia ucapkan atau dengarkan.
"Iya, papa nggak akan capek kok. Tapi janji Arumi harus jadi anak yang baik, nggak boleh bandel," penjelasan Yuda tadi langsung diberikan sebuah ajuan jempol oleh Arumi.
"Ma, kok cepat banget beres-beresnya?" Zizi yang nampak fokus memasukkan beberapa barang ke dalam koper langsung menghentikan pergerakannya.
"Besok takutnya mama nggak sempat lagi pa," Yuda hanya manggut-manggut mendengar hal itu.
Mereka berdua sepakat merubah panggilan di antara mereka. Semua itu demi Arumi, mereka tidak ingin Arumi ikut-ikutan memanggil seperti sapaan yang mereka lontarkan biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)
SpiritualGenre: Romance-Spiritual {story 3} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. Note: judul sebelumnya Takdir Pelengkap Imanku ____________________________________________________ Seandainya ada pilihan untuk ke muara yang lainnya, ia tidak ingin tertaha...