•
•
Mengapa rasa sakit ini semakin ada, ketika aku mengatakan bahwa aku membencimu
~Meccah Az-Zihra Azhar
•
•
Sesampainya di apartemen milik Yuda, Zizi langsung membawa semua barang belanjaannya ke dapur. Ia sedikit kaget ketika melihat ada beberapa piring kotor yang berada di wastafel. Tetapi ia tidak ingin terlalu memikirkannya, mungkin saja suaminya itu mampir ke apartemen untuk mengambil sesuatu dan menghabiskan sedikit waktu di sini.
Sekarang Zizi sudah tahu password dari apartemen milik Yuda. Sebab sudah beberapa kali ia ke sini dan sepertinya hari ini waktu yang paling lama ia menginjakkan kaki di sini. Setelah semua barang belanjaan di rapikan, ia langsung menuju ke kamar. Rasanya ia ingin membersihkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lengket.
Ini untuk kedua kalinya Zizi menginjakkan kaki di kamar ini. Pertama kali ia menginjakkan kaki di kamar ini sewaktu Yuda menyuruhnya mengambil laporan untuk diantarkan ke kantor. Kamar dengan nuansa putih itu sangat terasa hampa dan kosong, benar-benar menggambarkan sosok pemiliknya. Di dalam kamar itu hanya terdapat sebuah ranjang berukuran besar dan sebuah lemari. Hanya itu, dan tidak ada lagi barang-barang lain yang mendominasi ruangan itu.
Mungkin kalau ia sudah ke tempat ini, setidaknya beberapa barang-barang akan menempati ruangan ini. Tetapi suaminya itu masih belum memberikan izin.
Matahari pun sudah kembali bersembunyi di balik peraduannya. Ia tampak enggan bersembunyi, apalagi dengan cahaya senja yang begitu banyak menggoda mata.
Setelah membersihkan tubuhnya, Zizi melanjutkan memasak makan malam untuk mereka, setelah itu ia kembali ke kamar dan ia ternyata tertidur hampir satu jam lamanya, ternyata hingga saat ini Yuda belum kembali juga.
Sedari tadi Zizi menatap beberapa makanan yang tersaji di atas meja, ini sudah pukul sembilan malam. Tetapi Yuda sama sekali belum datang, dan tidak ada kabar darinya.
Oh ya, saat Zizi memasuki kamar tidur milik suaminya itu, banyak sekali ia menemukan baju kotor di keranjang. Pikirannya kembali bertanya-tanya, apakah Yuda selalu datang ke apartemen ini setiap paginya atau malamnya? Karena melihat cukup banyaknya baju kotor, dapat dipastikan bahwa Yuda datang ke sini tidak satu dua kali saja, tapi hampir setiap harinya.
Apa sebenarnya yang terjadi dan Zizi sangat kepikiran akan hal itu? Apa ia terlalu mengabaikan jarak yang membentang di antara mereka saat ini? Seharusnya ia tidak boleh bersikap seperti ini.
Lamunan Zizi seketika buyar, saat pintu apartemen terdengar terbuka. Sudah dapat di tebak siapa yang datang malam-malam seperti ini. Zizi langsung melangkahkan kakinya ke depan dan melihat lelaki yang sudah ia tunggu hampir delapan jam dari janji mereka.
Saat melihatnya Zizi berusaha untuk tidak bertanya-tanya kenapa ia baru datang? Dari mana saja dia? Walaupun rasa itu sangat sulit untuk diurungkan.
Tidak! Zizi berusaha tidak menanyakan hal itu karena menurutnya hanya akan menimbulkan keributan. Ia ingin berbicara baik-baik saja. Ia mendekati Yuda dan memilih duduk di samping suaminya itu. "Maaf, kamu harus nunggu aku," ucap Yuda sambil menyenderkan tubuh tegapnya ke sandaran sofa dengan memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)
EspiritualGenre: Romance-Spiritual {story 3} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. Note: judul sebelumnya Takdir Pelengkap Imanku ____________________________________________________ Seandainya ada pilihan untuk ke muara yang lainnya, ia tidak ingin tertaha...