•
•
Andaikan aku bisa melawan perasaan ini, maka dari dulu telah aku lakukan dan mencari pengganti yang lainnya, tetapi aku tidak bisa menemukan seperti dirimu lagi
~Meccah Az-Zihra Azhar
•
•
“Serius, aku kaget banget dengar kamu belum menerima pernikahan dari dokter Arya,” ucap Ayana sambil memakan keripik.“Kamu tahu dari mana?” Tanya Zizi.
“Dari Amel, katanya kamu sempat ribut dengan Azzam juga?” Ayana mengetahui ini semua memang dari Amel. Amel memintanya untuk mengajak Zizi bercerita, sebab ia tidak bisa leluasa bercerita dengan Zizi saat ini, apalagi Azzam yang sangat sensitif membahas perihal mengenai adik iparnya itu.
“Yah nggak ribut-ribut amat sih, tapi aku yakin abang marah banget sama aku. Biasanya kalau udah seperti itu, dia pasti ngajak aku bicara baik-baik lagi. Tetapi ini nggak ada sama sekali,” tatapan Zizi melayang ke seluruh ruangan apartemen Ayana itu. Apartemen tampak begitu sepi, biasanya dipenuhi oleh suara cempreng milik Rain.
Semenjak Zizi datang, Rain masih tidur, padahal ia ingin sekali bermain dengan putri kecil Ayana itu. Dia datang ke sini karena Ayana yang ingin mengajaknya mengobrol, padahal ia sangat malas ke luar rumah pada saat libur seperti ini. Tetapi setelah berpikir-pikir, ia juga membutuhkan tempat untuk cerita.
“Kamu masih ada perasaan sama Yuda?” Tanya Ayana dengan hati-hati. Ia tidak ingin Zizi berpikiran tidak-tidak terhadap dirinya.
“Aku bingung sama perasaan aku sendiri, dibilang ada perasaan nggak juga, tetapi perasaan itu dibilang udah hilang nggak sepenuhnya juga. Pasti kamu ngerti deh gimana perasaan aku sekarang, rumit banget kalau dijelaskan,” dengan menghela napas cukup panjang, Zizi menyenderkan tubuhnya di punggung sofa.
“Aku paham banget, tapi kamu harus benar-benar mempertimbangkan semuanya sebelum mengambil keputusan nanti. Kamu juga pasti tahu kalau Irene sempat menanyakan masa lalu kalian ke aku, awalnya aku nggak mau cerita, tapi sampai kapan aku bisa menutupinya. Jadi aku jelasin semuanya, mungkin hal itu juga yang membuat dia yakin agar kamu dan Yuda bisa sama-sama lagi. Zi, kalau dari aku pribadi cuma bisa kasih saran seperti itu, soalnya susah buat kasih saran yang lebih, sedangkan kamu masih bingung dengan perasaan kamu sendiri,” setelah mengatakan itu Ayana ikut menyenderkan tubuhnya di samping Zizi.
Rasanya sudah sangat lama mereka tidak menghabiskan waktu seperti ini. Ayana sangat merindukan masa-masa seperti ini, bercerita hingga menemukan pemecahan masalah bersama-sama. Tetapi saat ini sudah sangat berbeda, mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing dan tidak semua hal bisa diceritakan seperti dulu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)
SpiritualGenre: Romance-Spiritual {story 3} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. Note: judul sebelumnya Takdir Pelengkap Imanku ____________________________________________________ Seandainya ada pilihan untuk ke muara yang lainnya, ia tidak ingin tertaha...