•
•
Aku menitipkan segala rinduku dalam dekapan terakhir bersamanya
~Irene Saraswati
•
•
"Jadi kamu sudah merencanakan semua ini?" Tanya Yuda dengan tidak percaya.
Yuda merasa terguncang mendengar hal itu. Kenapa Irene mengambil keputusan sepihak seperti ini? Padahal mereka sama-sama tahu risiko dari semua ini.
Yuda dan Zizi sudah menerima permintaan Irene. Tetapi kenapa Irene melakukan hal ini?
Kenapa harus menutupi semua ini?
Rasanya Yuda benar-benar ingin gila saat ini.
"Nggak harus seperti ini, kamu bisa membicarakan semua ini terlebih dulu. Aku masih suami kamu dan kamu juga tahu semua ini akan berisiko besar terhadap kamu nantinya. Jadi aku mohon, jangan mengambil keputusan ini," ucap Yuda dengan emosi yang sudah ingin meluap.
Zizi merasakan bahwa suami mereka menahan amarahnya. Ia mencoba mengusap pundak lelaki itu lembut.
Ia berharap lelaki itu bisa lebih tenang, agar Irene tidak tertekan.
Yuda berusaha mengontrol emosinya saat ini dan Irene dapat merasakan bahwa Yuda sedang marah kepadanya. "Mas, semua ini sudah ketentuan Allah SWT. Mas, Allah sudah menitipkan Mbak Zizi untuk mas. Jika aku pergi, mas nggak akan sendirian lagi," mendengar hal itu Yuda langsung menatap Irene dengan tidak percaya.
Yuda tersenyum penuh arti mendengar hal itu, ia sedikit menjauh dari Irene dan kembali menatap wanita itu dengan kilatan kecewanya.
"Oh, selamat semua rencana kamu berhasil. Kamu egois! Kamu mementingkan semua keinginan kamu tanpa memikirkan perasaan aku dan Zizi. Asal kamu tahu, aku hancur dengan keputusan ini," setelah mengatakan itu Yuda langsung pergi begitu saja.
Apa Yuda begitu hancur telah menikahinya? Apa lelaki itu tidak sepenuhnya cinta saat melakukan hal semalam?
Rasanya Zizi benar-benar ingin menangis, tetapi ia mencoba untuk menahannya.
Sedangkan Irene tidak menyangka, bahwa semua ini akan menjadi seperti ini. "Mas, aku nggak bermaksud seperti itu, hiks...hiks...hiks," ucap Irene dengan isak tangisnya.
Zizi yang melihat kekacauan itu, ia langsung menenangkan Irene terlebih dahulu. Ia tidak ingin semua yang terjadi ini malah membuat kondisi Irene memburuk saat menjalani operasi nanti.
"Kamu harus tenang, Mas Yuda hanya belum siap menerima semua ini. Mbak bakalan ngomong sama dia, jadi kamu nggak usah khawatir. Kamu harus bisa tenang, sebentar lagi kamu akan di operasi."
"Mbak, sebelum aku operasi, aku harap mbak bisa bujuk Mas Yuda. Aku mau bicara dengan dia," ungkap Irene dengan penuh harap
Zizi tidak yakin dengan hal itu, tetapi ia juga tidak mungkin menyampaikan isi pikirannya kepada Irene.
"Aku bakalan usahain."
Setelah mendengar hal itu, Irene berusaha mengendalikan tangisannya. Sedangkan Zizi memilih keluar dari ruangan itu untuk mencari keberadaan Yuda. Ia tahu semua ini sangat berat diterima oleh siapapun, apalagi hal itu terjadi terhadap orang yang kita sayangi. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun, sebab setiap yang terjadi memiliki alasan yang begitu berat untuk dipertimbangkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/264793458-288-k606604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)
SpiritualGenre: Romance-Spiritual {story 3} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. Note: judul sebelumnya Takdir Pelengkap Imanku ____________________________________________________ Seandainya ada pilihan untuk ke muara yang lainnya, ia tidak ingin tertaha...