BMT - 20

3.7K 318 69
                                    

Apa kamu tidak mengerti betapa dilemanya aku saat ini? Menolak atau menerimanya sama saja bagiku, hanya sakit yang akan dirasakan.

~Meccah Az-Zihra Azhar


Pikiran Zizi masih melayang-layang mengenai pembicaraannya dengan Azzam semalam. Ya, seseorang yang datang menghampirinya semalam adalah Azzam. Mereka sempat berdebat cukup lama semalam, hingga Azzam memutuskan untuk pergi begitu saja dari hadapan Zizi. Ia kembali mengingat pembicaraan di antara mereka.

“Apakah kamu masih ragu dengan Arya karena lelaki itu, Zi?” Ucapan itu penuh dengan penekanan. Tubuh Zizi terasa begitu kaku, ia tahu siapa yang datang dan mengatakan hal itu kepadanya.

Zizi merasakan seseorang sudah berdiri di samping kursi itu, ia memejamkan matanya untuk memikirkan jawaban yang dilontarkan dari mulut abangnya itu.

“Kenapa diam? Apa yang abang katakan itu benar bukan?” Tanya Azzam yang lebih kurang seperti sebuah sindiran untuk Zizi.

“Bang, semua ini di luar kendali Zizi. Abang tahu perasaan itu nggak bisa dipaksakan, tapi Zizi juga bingung dengan jawaban untuk khitbah dari Mas Arya,” mendengar hal itu Azzam menatap Zizi dengan rasa yang bercampur aduk.

“Kenapa Zi kamu masih memiliki perasaan terhadap lelaki itu? Kamu tahu sendiri dia sudah memiliki seorang istri,” ucap Azzam dengan aura kemarahannya yang sudah cukup terpancar.

“Bang, Zizi nggak akan memaksakan kehendak Zizi seenaknya. Semua ini di luar kendali dan rencana Zizi. Ini semua terjadi begitu cepat, Zizi nggak mungkin mengiyakan khitbah dari Mas Arya, jika perasaan Zizi masih bingung seperti ini,” jawab Zizi yang merasa frustasi dengan desakan yang keluar dari mulut abangnya itu.

“Jika keputusan kamu tetap memilih lelaki itu, abang tidak akan memberikan restu. Bagaimana pun dia sudah pernah memberikan kecewa kepada kamu dan kamu harus tahu, berat untuk menjadi istri kedua itu!” Setelah mengatakan itu Azzam langsung pergi begitu saja dari hadapan Zizi. Sedangkan Zizi ingin berteriak saja mendengar dan melihat Azzam seperti itu kepadanya. Ia tahu, memang dari dulu Azzam sudah tidak menyukai Yuda.

Dretttdretttdrettt.

Mendengar ponselnya yang berdering lamunannya seketika buyar, ia melihat nama Ayana yang tertera di sana. Ia cukup kaget kenapa Ayana menghubunginya pagi-pagi seperti ini. Ia langsung menggeser tombol berwarna hijau itu ke atas.

Assalamualaikum Zi,” mendengar hal itu Zizi cukup kaget, karena sangat terdengar dengan jelas suara Ayana yang begitu panik.

Waalaikumsalam, kenapa Ay?” Tanya Zizi yang mulai bergerak keluar dari selimut tebalnya.

Zi lo di mana? Barusan Yuda nelpon gue, dia bilang Irene drop. Gue nggak tahu ini ada apa, tapi yang jelas Yuda berharap Lo datang ke rumah sakit sekarang juga,” mendengar hal itu jantung Zizi rasa berhenti untuk berdetak.

“Oke, makasih ya Ay,” ucap Zizi dengan penuh kekhawatiran.

“Iya, segera ya Zi. Assalamualaikum,” ucap Ayana.

Bukan Muara Terakhir ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang