BM-17-

230 53 14
                                    

Bersikaplah manis meski bibir mu akan mengucapkan kalimat perpisahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersikaplah manis meski bibir mu akan mengucapkan kalimat perpisahan.

...

Sesampainya di rumah, Eunwoo dikejutkan dengan tiga koper yang berada di atas ranjang. Matanya menatap nanar lalu ia mendekat dan membukanya, terdapat berbagai baju, kemeja, celana, bahkan dalaman sekalipun.

Sama halnya dengan koper berikutnya.

Dia curiga, bisa saja semua baju yang dia miliki terkemasi ke dalam koper ini.

Dan benar saja, setelah melangkahkan kakinya untuk memeriksa, lemari yang mulanya penuh dengan segala pakaian, sekarang hanya menyisakan berbagai kaos yang jarang ia pakai.

"Kau sudah pulang?"

Kontan Eunwoo membalikkan tubuhnya, terlihat ibunya di ambang pintu dan melangkah masuk, hendak mendekatinya.

"Ibu, apa maksud--"

Wanita itu mengangguk dan mengusap bahu lebar anaknya. Dia tahu apa yang Eunwoo maksud dan ia tahu, putranya ini pasti bingung dengan semua pakaian yang sudah terkemasi di dalam koper.

Maka dengan itu dia mesti sabar dan menjelaskan baik-baik pada Eunwoo.

"Kita duduk dulu." Dia meraih lengan Eunwoo dan mengajaknya duduk di tepi ranjang.

Sampai di detik ini Eunwoo masih tampak bingung dan tak lepas pandang dari ibunya, seolah-olah ingin menanyakan sesuatu yang sudah wanita ini tahu apa itu.

"Ibu tahu, pasti kau bingung dengan ini," ujarnya sembari melihat tiga koper dibelakang tubuh mereka.

"Tapi, sebelumnya, kamu sudah tahu, bukan, mengenai perjalanan dinas mu ke Jepang?"

Eunwoo mengangguk. "Kemarin malam Ayah memberi tahu ku. Tapi apa hubungannya dengan ini? Apa ini barang yang harus aku bawa?" tanyanya diiringi dengan tawaan skeptis.

Ia harap barang-barang ini bukanlah barang yang mesti dia bawa. Bukannya malas membawa koper sebanyak ini, hanya saja firasatnya buruk jika itu iya. Menetap disana, salah satunya.

Wanita yang dia panggil dengan sebutan ibu, menunduk sejenak, kemudian meraih kedua tangan anaknya dan tak lama dari itu ia menegakkan pandangannya kembali seraya menghembuskan napasnya panjang sebelum berbicara.

"Begini. Sekarang kamu sudah tumbuh besar, tapi masih ingat bukan bagaimana ayah mu dulu menjalankan tugas ini?"

Mengetahui arah pembicaraan ibunya, Eunwoo mengalihkan pandangannya.

Bagaimana bisa ia melupakan masa-masa itu. Dimana Eunwoo kerap ditinggal, bahkan dulu dia sempat mengira ayahnya tidak akan kembali lagi lantaran kurangnya komunikasi yang mereka jalin saat itu.

Lama waktu itu disebabkan waktu yang tertulis di surat tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Ambil saja contoh yang Eunwoo rasakan dulu. Enam bulan ia menanti kepulangan ayahnya, lantaran pria itu menjanjikannya bahwa akan kembali di penghujung tahun. Namun semua itu hanyalah omong kosong, karena Eunwoo masih saja harus menunggu enam bulan lagi untuk dapat melihat senyum sang ayah yang nyaris ia lupakan.

Be Mine (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang