Mereka pun menunggu makanan tersebut datang. Selagi menunggu mereka sudah mempersiapkan alat tulis dan juga buku untuk belajar bersama.
"Aneh banget ya rasanya kalo kita kurang kayak gini" seru Lala, ia masih galau karna kejadian tadi.
Cynthia mengusap punggung Lala lembut "Udah La, kita fokus belajar aja dulu"
Rara mengangguk membenarkan ucapan Cynthia.
"Lagipula si Fyah sendiri yang nolak belajar bareng kita"
"Dia lebih milih jadi cabe bareng si kakel itu" ujar Rara kesal.
"Eh Ra, temen sendiri anjir" seru Naya, bagaimana pun Fyah masih bagian dari mereka.
Tetapi Rara sangat kesal dengan sikap Fyah yang seperti itu. Yang kemarin masih bisa ia toleransi tapi kali ini temannya itu sudah kelewatan.
Suara klakson motor terdengar dari halaman rumah Rara.
"YEYY MAKANANNYA UDAH DATENG!" teriak Chika senang, gadis itu langsung berlari menuju halaman rumah Rara.
Dan saat ia membuka pintu yang ia lihat bukanlah pengantar makanan tetapi segerombolan laki-laki yang ia kenal.
"Lah kalian ngapain kesini?" tanya Chika heran.
"Ini kan rumah gue jadi terserah gue lah" ujar Rafa songong sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
"Lo ngapain?" tanya Chika lagi kesalah satu lelaki yang sangat ia kenali.
Verrel.
"Apa? Gue mau belajar bareng Rafa juga."
"Masa?"
Verrel terdiam. Ia menatap wajah curiga Chika dengan gugup.
"Kan Rafa adek kelas kita? Kok bisa belajar bareng?" tanya Chika mengintimidasi.
"Emang salah kalo kita juga mau belajar bareng? Kan ulangan anak kelas satu sama dua itu samaan," celetuk Daniel yang ingin membantu Verrel.
"Oh yaudah kalo gitu minggir gue mau ambil pesanan," pinta Chika.
Gadis itu berusaha menerobos keempat lelaki dihadapannya tetapi ia malah terjebak.
"Maksud lo ini?" ujar Verrel yang memegang bungkus makanan.
Mata Chika membola, ia langsung merampas makanannya lalu meninggalkan keempat lelaki itu didepan pintu.
Chika pun mengadu ke kakak kakaknya.
"Masa ya tadi mereka mau ambil makanan kita! Ih siapa dia gitukan enak banget main ambil tapi nggak bayar" kesal Chika sengaja membesarkan suaranya agar para lelaki itu tersinggung.
"Tapi Chik, makanannya emang belum dibayar" ujar Rara sedari tadi sudah menahan tawa.
Tetapi Naya sudah tertawa tanpa suara disebelah Rara.
"Beneran Ra? Jadi siapa yang bayar?"
"Ya makanya jangan main ambil makanan aja, tadi gue mau ambil dompet dulu balik balik lo udah megang ayamnya" jelas Rara yang membuat Chika semakin malu.
Gadis termuda itu menunduk tidak ingin menatap para lelaki itu. Terutama sang gebetan, Verrel.
"Tenang Chik, udah gue bayarin kok santai aja" jelas Verrel yang membuat Chika semakin malu.
"Iya kita juga punya makanan sendiri jadi gabakalan minta ke kalian" ujar Kenzo.
"Lah lo ngapain kesini Ken?" tanya Lala heran.
"Ikut belajar bareng mungkin?" jawab Kenzo kemudian menjatuhkan bokongnya disebelah Rara.
Rara yang merasa tidak nyaman pun bergeser untuk memberi jarak diantara mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE SHOES
Teen FictionSeperti yang dikatakan Tulus, "Kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tak bisa bersatu" sama halnya dengan pertemanan ke7 gadis ini. Walaupun tak bisa bersatu seperti sepatu setidaknya mereka bisa bersama dalam melewati segala kesedihan, kekece...