"Lo pulang naik apa Cyn?" tanya Rara memastikan.
"Naik ojol sih kayaknya"
"Beneran nih? Gabakalan ilang lagi kan lo?" selidik Aqila dengan mata sipitnya.
"Beneran lah" jawab Cynthia singkat.
"Mending lo sharelock aja ke kita Cyn, gue takut yang kemarin kemarin kejadian lagi" usul Lala yang diangguki oleh yang lainnya.
"Lo gamau gue anterin aja?" tawar Kenzo dengan senang hati.
"Wih boleh nih?" ujar Cynthia dengan senyum sumringah. Uang jajannya pun aman.
"Iya boleh. Yang lain kalo mau nebeng juga bilang aja" tawar Kenzo kepada yang lain.
Lala, Chika, Naya dan Aqila pun ikut tersenyum sumringah.
"Eh lo nyuruh kita dempet-dempetan apa gimana?" bisik Daniel pelan.
"Yaudah sih kasian. Mereka cewe, udah jam segini juga" balas Kenzo dengan bisikan.
Daniel pun pasrah. Pasalnya ia dan cowo cowo lainnya juga numpang di mobil Kenzo. Bisa kalian bayangkan kalo mereka semua berada didalam mobil.
"Wkwkwk yang sabar niel" seru Bryan yang sudah menyalakan motornya.
"Gue duluan ya" pamit Bryan lalu menjalankan motornya keluar dari rumah Rara dan Rafa.
Malam itu terasa sangat dingin. Bryan yang sudah mengenakan jaket pun masih merasakan angin dingin yang cukup menusuk kulit.
Suasananya pun sudah sepi malam itu. Menciptakan aura yang cukup mencekam.
Saat ia melewati sebuah mall yang sudah hampir tutup, matanya tak sengaja menangkap seseorang yang sangat ia kenal.
Seseorang yang sedang celingak-celinguk sambil memeluk dirinya sendiri, yang mungkin saja sedang kedinginan.
Bryan pun meminggirkan motornya lalu menengok kebelakang untuk memastikan.
"Itu fyah?" monolog Bryan. Ia pun memutuskan untuk menghubungi Fyah tetapi nomor gadis tersebut tidak bisa dihubungi.
"Gue samperin aja dah"
*
*
*Ya itu benar Fyah. Entah sudah berapa lama ia berdiri disana sendirian. Hpnya telah mati daya yang membuat ia berdiam ditempat tidak tahu harus berbuat apa.
Saat ia sedang sibuk memeluk dirinya untuk mencari kehangatan tiba tiba ada cahaya yang menerangi dirinya. Mata fyah pun mencari arah cahaya itu dan ternyata dari sebuah motor yang sedang mengarah kedirinya.
Fyah memundurkan sedikit dirinya, berusaha menjaga jarak takut takut orang itu adalah orang jahat.
Pip..pip
"Fyah?" panggil seorang lelaki diatas motor tersebut.
"Lah bryan?" tanya Fyah bingung.
"Lo ngapain jam segini berdiri depan mall? Mana sendirian aja lagi" tanya Bryan balik.
Fyah yang sudah tidak bisa menahan rasa takutnya pun menangis.
"Gue hiks tadi hiks abis hiks jalan hiks sama hiks kak tasya hiks" ujar Fyah dengan tangisannya.
"Eh, kenapa nangis? Terus kenapa lo belum pulang?"
"Hp gue mati hiks jadi gabisa mesen ojol hiks jadi daritadi gue bingung gimana cara gue pulang hiks mana disini sepi banget hiks" ujar Fyah sekali lagi dengan tangisan.
"Yaudah gue anterin lo balik aja. Tapi pake motor gapapa kan?" tanya Bryan memastikan. Pasalnya ia tak pernah melihat gadis itu berkendara dengan motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE SHOES
Teen FictionSeperti yang dikatakan Tulus, "Kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tak bisa bersatu" sama halnya dengan pertemanan ke7 gadis ini. Walaupun tak bisa bersatu seperti sepatu setidaknya mereka bisa bersama dalam melewati segala kesedihan, kekece...