"Woy kampret! Sini Lo!" panggil Lala sambil menjewer telinga salah seorang cowok dari belakang.
Lala sangat kesal! Bagaimana tidak, mentang mentang cowok tersebut tinggi dia bisa seenaknya berjalan hingga menyebabkan Lala jatuh tersungkur ke belakang.
Bahkan untuk menjewer cowok tersebut, Lala harus mengambil ancang ancang untuk melompat agar dapat sejajar dengan cowok tersebut.
Yah setidaknya dirinya bisa menjambak lah.
"Situ buta ya?! Cewek secantik dan seimut Lala lo hempaskan gitu aja!" bentak Lala sambil terus mendangak keatas agar dapat melihat wajah cowok tersebut.
Namun sial, cowok itu tetap dengan angkuhnya tak melihat kebawah hingga menyulitkan Lala untuk melihat wajah orang tersebut. Dan yang membuat lebih sulit lagi ialah orang itu menggunakan masker dan juga topi.
"Udah buta, lo tuli juga ya?! Dasar, udah buta tuli lagi!" hina Lala, kemudian menginjak kaki cowok tersebut. Tak hanya menginjak, Lala juga menindis dan menggesekkan kakinya dengan keras agar cowok tersebut mengaduh kesakitan.
Tapi respect yang di berikan cowok tersebut tetap sama, datar.
"Astaga ngeselin banget lo jadi manusia!" maki Lala dengan suara khas toa masjidnya.
Koridor yang sepi menjadi saksi suara Lala yang menggema.
"Ini gue ngomong sama patung atau gimana sih? Dari tadi nggak direspon!! Sakit tau nggak!!" omel plus emosi Lala.
Lala memang sangat berbakat dalam hal mengomel.
"Bener-bener nggak diajarin sopan santun yah lo! Ngeselin banget jadi cowok! Gue kutuk lo jadi cewek baru tau rasa!" omelan Lala pun berlanjut.
"Woy, buka masker sama topi lo! Lagaknya kaya oppa oppa Korea aja!"
"Gila ya! Jahat banget lo jadi cowok!" Lala kesal dan menatap cowok itu sinis.
"Woy!"
"Lu denger nggak sih?"
Cowok itu dengan angkuhnya pergi meninggalkan Lala sendirian diindoor.
"Ini gue yang bego atau dia beneran tuli sih? Sok cool banget!" gumam Lala sambil memandang punggung cowok itu sampai menghilang dari pandangan mata.
Asiquee...
***
"Laaa!! Lala!!" teriak Cynthia sepanjang jalan.
"Cyn, jangan teriak teriak kaya mongkey aja!" celetuk Rara dengan sinisnya yang khas.
Sejak tadi Cynthia tak berhenti berteriak memanggil nama Lala. Hingga membuat orang sekitar beralih menatap dirinya.
"Ngatain kakak dosa loh," ancam Cynthia sambil menjitak kepala Rara pelan, yah itung itung pembalasan dendam lah dikit.
"Woy, itu Lala nggak sih? Yang pendek pendek kaya tuyul itu? Yang botak botak, terus ingusan, terus rambutnya pendek, terus punya mata satu, terus--" sahut Chika kala melihat seorang gadis mungil di sebrang indoor.
"Terus-terus-terus, nabrak!" sambung Fyah.
"Nggak nyadar kamu nak!" sambung Aqila lagi.
"Dasar human!" sambung Naya.
"Lah sejak kapan ngana in here?" tanya Cynthia kala menengok kebelakang dan melihat sudah ada Chika, Naya, Fyah, dan Aqila dibelakang.
"Tau nih dua bocil nggak bisa dibilangin," adu Aqila sambil melirik kearah keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE SHOES
Teen FictionSeperti yang dikatakan Tulus, "Kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tak bisa bersatu" sama halnya dengan pertemanan ke7 gadis ini. Walaupun tak bisa bersatu seperti sepatu setidaknya mereka bisa bersama dalam melewati segala kesedihan, kekece...