Semua orang berlari dengan tergesa-gesa memasuki Rumah Sakit sambil meratapi seseorang yang berada di atas brankar.
Ada yang panik dan juga menangis sejadi-jadinya.
"Maaf kalian menunggu diluar saja." cegat Suster tersebut lalu menutup pintu UGD.
Hikss..hikss..
"Cyn maafin gue telat nyariin elo," ucap Chika dengan sesenggukan.
Naya hanya bisa memeluk Chika erat, begitu pula dengan Chika yang memeluk Naya erat saling berusaha untuk menguatkan satu sama lain.
Rara yang sedang duduk disudut ruangan sambil menunduk tak ingin memperlihatkan wajahnya yang berlinang air mata.
Aqila dengan sibuknya bermondar-mandir didepan pintu UGD.
Fyah dan Lala yang duduk berdampingan hanya menatap kosong kearah depan berharap bahwa ini tak pernah terjadi.
Semuanya sedang gelisah, sedih dan marah. Gelisah pada keadaan Sang Kakak tertua, sedih dengan keadaan Kakak tertua, dan marah pada dirinya sendiri.
"Ini semua gara-gara Fahri! Seharusnya gue nggak ngasih Cynthia ke dia! Dasar cowok brengsek!" kesal Aqilah pada dirinya sendiri. Ia meninju dinding untuk meredakan amarahnya.
"Hiks Cynthia hiks." Chika terus menggumamkan nama kakak tertuanya dengan sesenggukan.
"Gue goblok, gue tolol, gue bodoh," Lala terus merutuki dirinya sendiri sambil memandang kosong.
Fyah dan Naya hanya diam menunggu kabar dari dokter.
Setelah 10 menit akhirnya pintu UGD pun terbuka.
Cklek...
Keluarlah Sang Dokter dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.
"Wali dari Cynthia?" panggil Dokter tersebut.
Rara segera bangkit dari duduknya lalu menghampiri dokter tersebut.
"Sa---" ucap Aqilah terpotong.
"Saya dok, bagaimana keadaan Kakak saya?" tanya Rara dengan gelisah.
"Kakakmu terkena demam tinggi dan tekanan darahnya juga rendah," jelas dokter kepada yang lainnya.
"Itu saja dok?" tanya Rara lagi.
"Iya,"
"Boleh kami masuk dok?" tanya Aqilah.
"Boleh tapi saya harap tidak menganggu pasien," ujar Dokter tersebut.
Mereka pun memasuki ruang UGD tersebut.
"Makasih dok," ujar Lala sambil membungkukkan badannya.
•
•
•"Panas," ujar Rara setelah memegang dahi Cynthia.
"Pipinya juga." Naya ikut menimpali.
"Tapi tangannya dingin," ujar Lala yang menggenggam tangan Cynthia untuk berbagi kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE SHOES
Teen FictionSeperti yang dikatakan Tulus, "Kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tak bisa bersatu" sama halnya dengan pertemanan ke7 gadis ini. Walaupun tak bisa bersatu seperti sepatu setidaknya mereka bisa bersama dalam melewati segala kesedihan, kekece...