13

8 3 2
                                    

"Sejak kapan kalian jadi sedekat itu?" bisik Zi-Jian sambil menyenggol ku dengan sikunya.

"Hehe, maaf ya aku tak bilang apa-apa."

Perkumpulan kali ini membicarakan tentang pria paruh baya yang berbau busuk itu. Kami bersembilan-ditambah Wei-Xun, kakaknya Zi-Jian-sepakat untuk mencari dalang sebenarnya dalam peristiwa nanti, dimulai dari pria itu.

Dari ciri-ciri yang kusebutkan, ada 2 kemungkinan nama dari orang tersebut. Bisa jadi dia adalah Viscount Hanan Grantham, atau Baron Krynt van Hyden. Tapi sayang, mereka tak punya codet di leher seperti pria itu.

Salah satu kebodohan Quincy yang membuatku kesulitan. Dia tak pernah bergabung ke perkumpulan bangsawan. Akibatnya begini, buta wajah.

Mana yang lihat muka orang itu hanya aku dan Fey. Aku aja ngga kenal, apalagi dia yang hanya rakyat biasa.

"Selain dia, ada lagi yang berbau busuk," kataku yang membuat mereka diam. "Aku dan Dean menemuinya di malam hari. Entah dia cake atau bukan, tapi baunya tak jauh berbeda dengan si bapak."

Jake menanggapi, "Besok pagi kita mendatanginya." Dia kemudian menatapku, Mike, dan Fey. "Kita berempat pura-pura bertamu untuk menyelidiki orang itu."

"Lebih baik aku diganti dengan Dean supaya tak ada kecurigaan. Aku baru sekali bertemu dengannya, agak aneh kan kalau bukan Dean yang bertamu?" saranku yang kemudian disetujui.

Itu yang terbaik. Mike akan melihat apakah dia seorang cake atau bukan, Jake dengan hypnotize power-nya, dan Fey akan berjaga-jaga kalau ada sesuatu dan akan 'menguncinya' dengan strong power.

***

"Aku kira kalian sudah pulang," kataku pada Alrick karena mereka bertiga, kecuali Albert masih ada di ballroom yang mulai sepi.

"Pak tua yang menyuruh. Dia sudah terlalu lelah, jadi pulang duluan."

"Mau dong, aku haus." Kurebut gelas yang dipegang oleh Alrick dan langsung kuminum sampai habis.

"Hei Quin, Jang-.. Astaga." Alrick langsung merebut minumannya dan wajahnya langsung panik.

Apaan nih? Rasanya kok aneh? "Innii.. ess tweeeh kann? Ww-arnanya cokwlat trus pake es battu."

===============

Melihat Quincy yang sempoyongan, Alrick menangkup kedua pipi adiknya lalu melihat ke sekitar. "Lean! bantu aku!"

Mata Leandre terbelalak dan langsung menghampiri Alrick yang sedang dijambak oleh Quincy.

"Hehehe.. komuk Kakak lucu, deh." Gadis itu menoleh saat Leandre datang. "Kak Alrick gantenggg kan?" tanyanya kemudian menowel dada Lean dengan jari telunjuknya. "Bilang iya. Kalo ngga, nanti aku marah sama Kakak."

Lean yang kebingungan hanya mengikuti kemauan adiknya itu lalu menatap Alrick. "Dia kenapa, Bung?" tanyanya.

Alrick memberinya sebuah lowball glass yang baru saja isinya dihabiskan oleh Quincy.

"Dia pikir ini teh."

"Ah!" seru Quincy tiba-tiba lalu berlari meninggalkan mereka berdua. Kini, Alrick dan Lean menunjukkan ekspresi poker face saat Quincy memeluk Dean di depan mata mereka.

Dean yang kaget tiba-tiba dipeluk, menatap Quincy, kedua kakaknya, lalu kembali lagi ke Quincy. "Hei.."

Beberapa detik tak ada jawaban, tangannya kini ditarik oleh gadis itu hingga membawanya ke taman istana. Alrick dan Lean saling menatap dan kemudian mengikuti 2 orang tersebut.

"Quin, kamu habis minum alkohol?" tanya Dean sambil menggenggam lengan Quincy untuk membantunya berdiri tegak.

Gadis itu hanya menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri. "Alkohol? Aku minum teh. Ah Dean! Lihat, itu venus!"

Magic In The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang