Tiga bulan berlalu. Sekarang sudah bulan September dan mulailah debutku sebagai seorang mahasiswi.
Beberapa hari ini cukup menyenangkan, terlebih aku seperti orang baru dimana tak ada yang mengenalku. Aku sangat senang bisa bebas berteman.
"Hei guys, udah denger belom? Ada bahan baru nih," ucap seorang gadis tak jauh dariku pada tiga temannya. "Kudengar Pangeran Dean sudah bertunangan."
Jleb
Apa akhirnya aku akan ketahuan? Setelah tiga bulan ini??
"Whaaat?!" sahut mereka bertiga.
"Beneran Pangeran Dean yang itu?" tanya salah satunya.
"Aku tak tahu ini benar atau tidak. Lagipula, siapa sih ceweknya?"
"Eh, tapi aku memang pernah melihatnya menjemput seorang gadis. Di universitas ini."
"S-siapa?"
"Entahlah. Aku tak mengenali wajahnya. Tapi warna rambutnya, coklat kayu manis kalau tidak salah."
"Banyak anjir yang rambut coklat."
Fyuh. Sepertinya keberuntunganku masih berlaku. Ugh, kenapa dia harus se-terkenal itu, sih? Padahal dia bukan pangeran mahkota, tapi malah lebih tenar daripada Jace. Lagian si Jace ngga go-public sih.
"Dek Quincy!" panggil seseorang dari belakangku. Dari suara dan cara memanggil sih pasti Jace. Baru juga diomongin, eh orangnya datang.
Kakinya sudah sembuh, jadi dia sudah bisa berjalan normal lagi. Eh tunggu, ngapain dia ke sini?
"Kak Jace? Dean ke mana?"
"Maaf ya, Dean sedang sibuk di istana. Aku tahu kamu lagi perang dingin dengannya, jadi dia minta aku yang menjemputmu."
"Oh, oke." Iya, aku lagi marahan sama Dean. Aku tahu aku egois, tapi akhir-akhir ini aku merasa tersaingi oleh kesibukannya. Dia jarang ada waktu untukku, tak seperti dulu.
Kemudian, Jace langsung menghampiri 4 gadis tadi setelah mendengar nama adiknya disebut.
"Halo, teman-teman," sapanya.Mereka berempat melongo melihat Jace yang parasnya tak jauh berbeda dari Dean. "Kalian lagi ngomongin apa, ya?"
"E-em, itu kak. Kami mendengar gosip kalau Pangeran Dean sudah bertunangan dengan anak sini."
"Wah, sepertinya menarik. Apa kalian fangirl-nya pangeran?" tanya Jace. "Aku juga penggemarnya."
"Beneran? Mutualan yuk kak," seru salah satunya yang kepincut dengan ketampanan Jace.
"Hmm, boleh. Jadi menurut kalian, tunangannya itu seperti apa?"
"Dilihat dari postur tubuhnya sih, kayak pure girl gitu. Ew, pasti sok-sokan baik di depannya. Banyak tipikal cewek kayak begitu padahal dia lonT."
"Haha, astaga. Jadi kalian tidak mendukung mereka? Bukankah sebagai penggemar harus menghormati pilihan biasnya?" ucap Jace yang membuat mereka terdiam. "Yah, aku tak tahu siapa dia, tapi kalau gadis itu bisa membuat pangeran senang dan nyaman, kita tak bisa apa-apa bukan?"
Setelah mereka pergi, aku menghampiri Jace. Dia menatapku iba. "Ayo, Dek. Aku akan mengantarmu ke istana. Semuanya ingin kamu datang ke sana."
Sesaat setelahnya, wajah Jace mendekatiku.
Ya ampun, kebiasaannya ini.
"Kak. Nanti aku bilang Dean, ya."
"Haha... Kalau kamu mengancamku terus, sepertinya kebiasaanku akan hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic In The Air
FantasyAku adalah seorang mahasiswi yang tengah kuliah di Jerman. Namun karena pandemi Covid melanda, mau tak mau aku terpaksa kembali ke Negara asal, Indonesia. Di tengah jalan, tiba-tiba saja aku tersambar petir yang membuatku kehilangan nyawa. Hmm, sep...