11

7 4 0
                                    

"Mendekatlah."

Tidak, tidak. Ini terlalu mencurigakan. Mau apa dia? Aku semakin panik saat tangannya mendekati wajahku.

Tapi, untungnya tak terjadi apa-apa karena aku menatapnya dengan tajam, seperti Alrick. Yang Dean lakukan hanya menjentikkan jarinya di depan wajahku.

"Semoga beruntung," ucapnya yang membuatku membeku. "Kamu pasti bisa. Percayalah pada dirimu sendiri."

Aku mengangguk lalu keluar dari mobil. Dean kemudian menurunkan jendelanya. "Telpon aku pas pulang nanti. Aku jemput."

Huft, oke. That's weird. Aku hanya merasa kalimat itu tidak cocok untuk diucapkan oleh seorang Dean.

***

Semua sudah pada tempatnya masing-masing. Dalam 1 menit, kami akan mengerjakan soal UTBK ini. Dan besok, aku akan bernyanyi di acara ulang tahun Ratu Annette.

Oke, tarik napas, hembuskan. Kamu pasti bisa, Quin!

Di saat aku mengerjakan soal, sepertinya tak ada hambatan. Semua barang yang diberikan padaku kupakai dan penghapus Lion kutaruh di meja. Walau Dean tidak memberikan apapun, sepertinya dia juga membantuku dengan kekuatan 'luck' nya itu.

Ah.. benar-benar lancar. Otakku sama sekali tidak nge-blank. Aku sangat bersyukur!

Waktu pengerjaan selesai pun tiba. Setelah nelpon Pak Sugeng biar ngga usah jemput, aku ngechat Dean.

==============
Dēn

Aku udh pulang

Ok
Otw
Tunggu bentar

🙃
Lama gak nih?
Aku mo jajan seblak dulu y

Mau
1 yg super pedes
Ntar aku ganti uangnya

Okey dokey

=========

"Om, seblak 2 ya. Yang satu pedes, satunya nol cabe," pesanku ke si penjual seblak. Semuanya manggil dia om. Aku sih ngikut aja, haha. "Sama kerupuk ini satu."

Aku berdua bersama Shen, tapi sejak pacarnya datang, aku malah jadi nyamuk. Ya sudah, aku duduk agak jauh dari mereka. Di kursi sebelah om seblak.

Ngga lama setelah pesananku jadi, mobil Dean akhirnya muncul. Aku pamit ke Shen (dan pacarnya) lalu masuk.

Karena hari ini cuman UTBK dan aku dapat di sesi 1, langit masih terang. Aku tak tahu kemana Dean akan membawaku, yang kulakukan hanya makan.

"Itu seblak atau mie rebus?" tanya Dean. Karena aku pesan yang nol cabe, warna kuahnya ya ngga merah.

"Kan aku pernah bilang kalo aku ngga suka pedas."

"Pfft."

"Mumpung lagi lampu merah, mau ngga nih?" Kubuka seblak milik Dean dan menyendoknya.

T-tunggu. Kenapa aku malah nyuapin dia sih? Dia juga berharap gitu lagi! Mana mulutnya udah nganga.
"Makan sendiri ah."

"Kamu ngga lihat aku sedang menyetir?"

Alasan!

Gapapa deh kalo cuman sesuap. Karena ini sangat panas, kudiamkan beberapa saat sebelum menyuapkan ke mulut Dean.

Magic In The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang