1

11 3 0
                                    

Sekarang pukul 7 malam dan aku berada di kamarku. Oke, pertama-tama namaku adalah Quincy Callista Silvegraft. Putri dari Duke Albert Silvegraft.

Penampilanku sedikit berbeda dari sebelumnya, terutama warna rambutku yang menjadi cinnamon brown. Disini aku cukup terkenal karena sifatku yang bar-bar. Meski begitu, aku selalu mendapat peringkat teratas dalam bernyanyi dan menari.

Ugh. Aku takut kalau suatu saat ada yang menyadari bahwa aku bukan anak ini.

Saat aku pulang, kejadian itu benar-benar ada di mimpiku. Dan yang membuatnya lebih akurat, Leandre dan Lionel datang untuk menenangkan Albert walau mereka tak berguna karena Albert akan terus menangis sampai aku memaafkannya. Untungnya Alrick, Kakak pertama Quincy datang dan meyelamatkanku dari ketidaknyamanan itu.

Keluarga ini merepotkan. Tapi selain itu, aku seperti bisa mencium aroma yang berbeda dari setiap orang. Dan saat ini, aku mencium aroma seperti.. agak susah untuk di deskripsikan, seperti roti yang baru matang ditambah coklat meleleh.

Itu yang kupikirkan sampai aku mendengar suara ketukan di pintu kamar dan muncullah sosok Alrick disana. Dia kemudian memperlihatkan tangannya yang membawa kantung plastik berisi bungkusan nasi padang, makanan favoritku.

"Lapar?" tanyanya.

"Pfftt."

Walau kayak di Eropa modern, tapi tetep aja ini Indonesia. Aku mengangguk dan dia menghampiriku yang sedang duduk di tempat tidur. Jadi, aroma tadi adalah aroma Alrick?

"Hhh. Dasar pria tua itu. Aku akan memberinya pelajaran nanti," ucapnya sambil membuka bungkusan nasi padang.

Apa dia lagi membicarakan Albert?
"Dia itu bapakmu. Jangan keterlaluan," balasku dan dia menatapku heran.

"Kamu abis kesambet apaan? Biasanya kamu selalu setuju denganku kalo kita gibahin that old man." Dia menyuapi satu sendok makan ke mulutku.

Petir. Aku ini udah pernah mati tahu.

"Aku capek. Dan jangan pernah kakak ngomong aku kesambet apa."

Kami berdua diam.

"Ngomong-ngomong, kemarin aku, Lean, dan Lion datang ke rumah orang sialan itu."

"Marquess Douglas?" tanyaku. "Apa kalian bertemu dengan Fyodor saat kesana?"

Fyodor adalah orang yang tadinya mau dijodohkan dengan Quincy. Tapi orang itu benar-benar menyeramkan.

Dan yang membuatku lebih kesal, foto dan orang aslinya sangat jauh berbeda. Tubuhnya tinggi besar dan kulitnya agak gelap. Janggutnya sedikit panjang seperti rambut dan berjarak satu sama lain. Perutnya membuncit dan di tangannya selalu ada kue stroberi. Bukannya aku hanya melihat fisik, tapi itu menjijikan.

Alrick berdehem pelan. "Dia jadi lebih menyeramkan karena kamu menolaknya. Yah, sebenarnya bukan sepenuhnya salah si pria tua kamu dijodohkan dengan Fyodor. Hanya saja sifatnya yang mudah mempercayai orang itu menyebalkan."

Aku tertawa hingga nyaris tersedak. "Bukannya kakak juga percaya sama foto Fyodor?"

"Itu adalah terakhir kalinya aku setuju untuk mengizinkanmu bersama lelaki lain."

Kuambil bantal dan langsung kulempar hingga mengenai wajahnya. "Kakak mau aku jadi perawan tua?! Pokoknya semua salah kakak kalo aku gak menikah! Dasar siscon!"

"Aku ga peduli, bweek," ledeknya lalu berjalan kearah pintu. "Kalo mau lanjut makan, dateng ke ruang makan. Semuanya nunggu kamu di sana."

Ugh. Dasar menyebalkan. Dia membuatku sakit kepala. Aku gamau ketemu sama siapa-siapa sekarang. Tapi, kalo yang lain pada nunggu, aku jadi merasa bersalah. Ya sudahlah.

Magic In The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang