"Hei. Kau sedang apa di sini?" tanya seorang pemuda berjaket hitam.
Kalau kulihat lagi, ini jaket yang sama seperti orang di mimpiku. Apa dia orangnya? Tapi, Danny juga memakai jaket yang sama.
Aku mencoba untuk mencari alasan dan aku teringat kalau aku adalah anak baru. Jadi, aku menjelaskan padanya kalau aku hanya berjalan-jalan mengelilingi sekolah.
Tanpa basa-basi, dia malah mengajakku untuk ikut masuk ke dalam gudang. Aku berdiam kaget.
Whaat? Is it okay if i come in?
"Santai aja sih. Kami semua ngga makan orang," ucapnya sambil berjalan di depanku. "Ayo masuk."
Semuanya menatapku saat aku di dalam. Si peluit berdiri kemudian berjalan menghampiriku. Badannya besar dan dia punya aura layaknya seorang berandalan.
Mungkin karena blazer, dasi dan ikat pinggangnya yang entah kemana, kemeja putihnya tak dikancing dan dikeluarkan, lalu rambutnya juga disemir. Meski begitu, dia terlihat tampan di mataku.
Si yangkee menyeringai dan berkata, "Pacarmu, Bro?"
"Bukan," balas si jaket hitam. "Dia anak baru yang kebetulan lewat, jadi kuajak. Btw, Pak. Dia cake."
Si peluit mengangguk setelah mengelilingi sambil menatapku dari atas sampai bawah. Aku agak gelisah melihat perlakuannya. "Nama?" tanyanya.
Kutatap mata si jaket hitam, lalu beralih ke Danny yang tetap diam sambil menulis sesuatu. Si jaket tersenyum padaku. "It's okay. Kamu ga perlu takut. Kita semua ga jahat."
"Quin ... cy."
"Yosh Quincy!" Si peluit tiba-tiba saja merangkul pundakku. " Selamat datang! Duduklah di sana."
Si jaket hitam berdiri di sebelahku setelah aku dipaksa untuk duduk di sebuah sofa usang oleh mereka.
"Aku jelasin ya. Kita semua di sini adalah 'cake'. Kenapa aku bilang cake, karena aku suka banget sama kue, yang artinya itu spesial. Kamu punya semacam special power gitu, kan?"
"Dari man-"
"Kita semua punya itu," sela si yankee. "Yang tahu dan bertugas buat nyari orang kayak kita itu, Mike."
Mike, si jaket mengangguk. “Biasanya aku mencari saat tahun ajaran baru, makanya kami sudah kenal sejak lama.”
"Oke, guys. Kita perkenalan dulu biar si anak baru ini ngga bingung. Aku Jake Pax Warron. Kelas 12 IPS 2. Panggil aja Jake," terang si peluit.
Si yankee kemudian duduk di sampingku. "Aku Fellicia Jane Terrian. Panggil Fey aja. Kelas 10 MIPA 4."
Lalu, Mike juga ikutan duduk di sisi lain. "Aku Michael Dannish Kingston. Semua memanggilku Mike, kecuali si bapak ketua kita. Dan ini Danny. Yah, dia ngga suka nama panjangnya diketahui sama orang lain."
"Kalian bersaudara?" tanyaku dan mereka semua mengangguk. Hahaha, mereka lucu juga. "Aku tahu namanya, kok. Kami berdua sekelas."
"Apaa? Danny, kenapa kamu ga bilang?" tanya Mike sambil mengguncang badan saudaranya itu.
Danny yang merasa terganggu dan kesal menangkup kedua pipi Mike. "Aku merasa itu ngga penting. Lagipula ini hari pertama dia datang ke sekolah ini."
K-kenapa aku merasa seperti melihat sepasang kekasih..
"Hai ...," sapa seorang gadis. "Aku Wang Zi-Jian. Kelas 11 IPS 2. Salam kenal, ya."
Aku balas senyuman manisnya. Dia sangat cantik!. "Salam kenal."
Dan, tinggal 1 orang lagi. Dia terlihat cukup misterius bagiku. Tipe orang yang sama seperti Lean.
Um, sepertinya tidak juga. HE HAS AN ANGELIC SMILE!
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic In The Air
FantasyAku adalah seorang mahasiswi yang tengah kuliah di Jerman. Namun karena pandemi Covid melanda, mau tak mau aku terpaksa kembali ke Negara asal, Indonesia. Di tengah jalan, tiba-tiba saja aku tersambar petir yang membuatku kehilangan nyawa. Hmm, sep...