16

4 3 0
                                    

"Abang?" tanya Albert.

"Benar, Tuan. Yang Mulia Sion datang ke sini. Beliau sudah ada di depan pintu masuk," ujar Tony.

Kami yang sedang makan malam nyaris saja tersedak dengan kedatangan Raja Sion yang tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan apapun.

Tanpa menunggu lama, Albert menyuruh Tony membawa tamu tersebut masuk. Kami langsung pindah ke ruang tamu.

Emang dah, cuma kami saja yang cukup sering didatangi oleh sang raja.

T-tunggu, ini mah bukan kunjungan biasa. Kenapa mereka berempat-Raja Sion, Ratu Annette, Jace, dan... Dean-datang ke sini?

Albert langsung berdiri setelah mereka datang. Begitu juga dengan kami, anak-anaknya. Lean yang berada di sebelahku menyenggol. 'Ini pasti ada hubungannya denganmu, kan?' ucap matanya.

'Kakak diam saja.'

"Hahaha, maaf ya, Al. Kau sedang senggang, kan?" tanya Raja Sion.
Albert menanggapi dengan ceria tanpa adanya rasa penasaran kenapa mereka datang sekeluarga. "Ah, kami ingin membicarakan hal yang penting," sambungnya.

Setelah kami semua duduk, entah kenapa aku jadi gelisah. Jangan bilang Raja Sion benar-benar akan menjodohkan aku dengan Dean karena kejadian waktu itu?!

Melihatku yang gugup setengah mati, Lean tiba-tiba memberikan sebuah batu koral putih yang sebelumnya berada di dalam vas.

Bujubuneng! Dia pikir aku lagi nahan pup trus aku harus genggam batu, gitu?

"Baik, mari kita langsung mulai saja. Kedatangan kami kali ini... ah itu akan dijelaskan sendiri oleh Dean," ucap raja Sion. Kulihat Dean menjadi sangat terkejut dan kemudian mengatur lagi ekspresinya dengan profesional.

"Hari ini, saya, Edgar Dean Travers datang untuk melamar Anda, Quincy Callista Silvegraft."

BHAK!

Albert, Alrick, dan Lion membatu dengan mulut ternganga. Melihat mereka bertiga yang sangat kaget, Jace berkata, "Kenapa kalian harus terkejut begitu? Bukankah harusnya senang? Dean dan Dek Quincy kan-"

Tanpa basa-basi, Dean langsung menyikut lengan Jace dan disaat yang bersamaan, aku menatap tajam ke arahnya. Dengan pasrah, Jace melanjutkan, "sangat dekat dan serasi."

"Dean!" seru Alrick. "Kau harus bicara denganku nanti."

"Aku akan menjelaskan semuanya sekarang."

***

Kutatap cincin berlian yang disematkan di jari manis kiriku. Perutku penuh dengan kupu-kupu sejak tadi. Senang bukan main! Dean benar-benar menyukaiku? Aku masih tak percaya.

Saat itu, Dean menceritakan banyak hal. Albert yang tadinya sama sekali tak memberi restu, malah menyetujuinya walau tidak 100%. Tapi setidaknya, dia menghargai pilihanku.

Tapi, bukankah aku harus kuliah dulu? Aku tak bisa menikah begitu saja, kan? Udah gitu, Dean bukan orang biasa. Artinya, aku... harus menerima banyak ejekan dan hinaan akibat ulah Quincy sebelumnya.

Aku berbaring pasrah di tempat tidur. Ah, ponsel. Aku harus memberitahu Zi-Jian.

===============
Jianjian

Jian
•Hubungan aku sm
Dean ada kemajuan

•Wow. Apa sekarang
kalian pacaran?

•Hmm
•Kalau dia ngasih aku
cincin berlian,
•Apa bisa disebut iya?

Shénme?!!*
•Kalian mau menikah?!

Magic In The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang