Jangankan makan!
Menyentuhnya saja sudah menjadi pantangan besar bagi 7 keturunan Bani Taubah.◇◇☆◇◇
Jam menunjuk angka 2 ketika Alfiyah duduk di pinggiran teras asrama. Napasnya naik turun tidak beraturan. Sesekali batuk kecil. Netranya terpejam. Mencoba merileks udara yang keluar masuk melalui hidungnya yang bermasalah.
"Batuk lagi?" Azzahra menepuk pelan pundak Alfiyah yang bersandar.
Netra bening itu terbuka perlahan. Sebuah anggukan dia berikan. Lisannya tak mampu berucap karena batuk kembali datang.
"Mau aku pijat?" Tawarnya prihatin melihat sahabatnya tidak bisa tidur karena jantungnya sakit akibat batuk terus menerus.
"Nggak usah. Kamu tidur aja."
Azzahra menggeleng. Dia tau betul sakit yang diderita sahabatnya diakibatkan oleh daging kepiting milik salah satu teman asrama. Dia tidak tau kalau lauk yang diberikan berupa ikan bandeng yang sudah bercampur dengan kepiting.
Awalnya Alfiyah mengira batuknya kambuh karena terlalu banyak makan makanan berminyak. Namun karena menjalar ke jantung baru dia menanyakan asal usul setiap makanan yang dia telan. Ternyata salah satu lauk yang dibagikan teman asrama yang dikirim dari rumah ada campuran kepiting.
"Bu... seribu..." panggilan itu tak menuai respon. Saat menoleh Alfiyah sudah tertidur. Netranya terpejam dengan napas naik turun dengan ritme cepat. "Kasian banget sih kamu," bisiknya menyandarkan kepala lemah Alfiyah di pundaknya.
Meski udara dingin menerpa wajah, dia tidak tega membangunkan untuk sekedar pindah ke asrama. Azzahra memilih menemaninya dan ikut terlelap disana.
◇◇◇◇◇
"Mana nomor teleponnya?"
Pengurus kesehatan masuk ke kamar EIII. Mengecek keadaan Alfiyah yang masih tak sadarkan diri. Netranya terpejam rapat dengan wajah sayu. Selepas subuh gadis itu pingsan. Suhu tubuhnya panas namun menggigil kedinginan.
"Ini, mbak," Azzahra memberikan nomor telpon Alfiyah yang tertera di buku octavo kecil.
Sejak tertidur di teras Alvie muntah darah dan tak sadarkan diri. Semua santri panik ketika berusaha membangunkan tetap tak menuai hasil. Oleh sebab itu, dua santri diutus untuk memanggil pengurus kesehatan.
"Mbak udah menghadap Kiai?" Tanya Azzahra setelah menghubungi orang tua Alfiyah.
"Sudah. Tadi beliau mengatakan untuk bertanya pada orang tuanya mau dibawa pulang apa ke rumah sakit." Ucapnya menyerahkan buku catatan Alfiyah. "Barusan ortunya bilang langsung ke rumah sakit,"
◇◇◇◇◇
"Pergi! Aku mohon jangan ganggu aku. Pergi..."
Kepiting besar itu terus mengejar Alfiyah yang sudah kelelahan. Kakinya terluka karena terus berlari tanpa alas. Keringat membanjir dengan dada terasa nyeri akibat terkena pukulan capit kepiting saat terjatuh terantuk batu.
"Pergi! Jangan sakiti aku," teriaknya masih berusaha berlari menjauh dari pantai.
Sekuat apapun kakinya bergerak menjauh nyatanya itu seperti halusinasi. Dia hanya berputar-putar di pasir putih bercampur batu karang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Bikanafillah (END)
Short Story#01 in 30harimenulis (Senin,14ram1442H) #01 In 30Day (Ahad,270144H_05092021) SANTRI SERIES PART 2 #RAMADHANBERKARYA @WritingProjectAE Berawal dari mimpi mengantarkan takdir pada kenyataan. Sosok lelaki yang ditemuinya di alam bawah sadar justru dipe...