28. Lamaran Tak Terduga

84 11 0
                                    

Tanpa sadar satu persatu asa yang pernah terlantun bertahun lalu Allah tuangkan dalam wadah ijabah

◇◇☆◇◇


"Ambil tempat disana yuk. Biar agak samar dari penglihatan laki-laki." Ajak Alfiyah pada Azzahra yang sedang menyimpan barang-barang di pojokan masjid bagian perempuan.

Dia mengatakan akan mengaji di bagian utara pesarean Syaikhona Cholil ketika Azzahra pamit ingin berwudhu. Sebelum turun, gadis itu mengabadikan makam agung Syaikhona yang penuh taburan bunga.

"Alhamdulillah ya Allah. Engkau berikan hamba kesempatan berziyaroh lagi tahun ini. Mander mogeh padeh ngaolleah barokanah Syaikhona (semoga sama-sama mendapat barokah)."

Hasil jepretan dia jadikan postingan dengan kalimat penuh doa. Berharap siapapun yang melihat stori miliknya dan membaca apa yang tersisip bisa sama-sama mendapat barokah dan diberi hidayah oleh Allah untuk datang berziaroh kesana.

Ada ketenangan luar biasa menyusup dalam hati ketika Alfiyah larut dalam kalam ilahi. Tersenyum merasakan hatinya menghangat. Dia tidak tau semua itu karena berada dekat dengan makam agung waliyullah Madura ataukah ada kenikmatan lain yang akan datang menghampiri. Yang pasti dia begitu nyaman dengan perasaan baru yang dia rasakan.

Jam 10 pagi Alfiyah menutup Al-Qur'an waqaf yang dia gunakan. Menciumnya dengan penuh kecintaan. Lalu meletakkan di suatu tempat. Nantinya akan dia baca kembali.

"Mau kemana?"

"Beli buku Biografi Syaikhona Cholil."

"Ikut, dong."

Alfiyah mengangguk. Menunggu Azzahra meletakkan Al-Qur'an dan menyusul. Keduanya melangkah menuju bagian timur. Dimana barang-barang khas Martajasah di jual.


◇◇◇◇◇


Jamaah solat ashar berdatangan. Semua orang bersiap mengangkat takbir. Menghambakan diri pada Allah--Tuhan semesta alam. Alfiyah dan Azzahra juga sudah menghamparkan sajadah di barisan shof dekat pilar besar. Mereka tak mau ketinggalan setiap moment. Tersebab kesempatan mereka disana hanya satu hari satu malam. Oleh karena itu harus mereka manfaatkan sebaik-baiknya.

"Nak Alfiyah," gadis itu begitu terkejut ketika ingin bersalaman dengan jamaah ashar di samping kanan ternyata Bu Maryam-istri pak Yahya. "Kamu menginap disini?" Pertanyaan itu membuat Alfiyah mengangguk pelan.

"Enggi, Mi. Malam ini Al nginep disini,"

"Sama siapa?"

"Ini. Teman Al. Selama ramadan kami ada di Demangan, Mi. Nyolok. Insya Allah besok langsung pulang dari sana." Jelasnya sebelum Bu Maryan bertanya.

Ibu lima anak itu menggenggam tangan Alfiyah. Wajahnya tampak cerah seakan menemukan kebahagiaan yang telah lama hilang. Sekilas, begitulah yang mampu Alfiyah pahami. Meski dia sendiri tidak paham kebahagiaan macam apa yang telah diperoleh sosok ibu panutan di sampingnya. Mungkinkah anak lelakinya sudah pulang dari Madinah dan mengabarkan ingin menikah? Ataukah justru sudah menikah dan akan segera punya anak? Hah! Gadis itu terlalu banyak berpikir.

"Kalau begitu nanti sore kamu harus buka puasa di rumah Ummi. Ajak serta temanmu itu," spontan Bu Maryam meminta gadis itu tanpa meminta persetujuan.

"Mohon maaf Ummi. Al tidak bisa. Nanti malah merepotkan Ummi sekeluarga."

Bu Maryam menggeleng cepat. "Ummi tidak terima penolakan. Sore ini kamu harus ke rumah. Toh dekat kok dari sini. Nanti biar Faza sama Farhah yang jemput kalian."

Santri Bikanafillah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang